Chapter 19

8.2K 752 338
                                    

PERINGATAN⚠️

Chapter ini berisi obat-obatan terlarang, masalah kesehatan mental dan percobaan bunuh diri yang mungkin membuat pembaca kurang nyaman. Mohon berhati-hati dan bijak dalam membaca. Terimakasih.

-----Ж-----

November, 5 tahun yang lalu.

Sebulan telah berlalu sejak pria bermanik bulan sabit itu hilang dari dunia Park Chanyeol. Dia tidak bisa menemukan keberadaan pria mungil itu dimanapun. Keputusasaan berada dikedua manik kelabunya. Tiga hari Chanyeol tidak beranjak dari kamarnya. Menghabiskan waktunya menatap langit dari jendela kamarnya. Memperhatikan sinar matahari yang masuk dari kaca jendela hingga malam kembali merengkuhnya dalam kegelapan. Suara ketukan pintu terdengar, namun tubuhnya terus bertahan diatas ranjang. Memandang kawanan burung yang melintas dengan pandangan yang kosong.

Ha Munyeong masuk, menemukan botol-botol minuman keras yang berserakan lagi diatas lantai. Mengarahkan pandangannya ke nakas, makanan yang wanita paruh baya itu antar semalam sama sekali tidak tersentuh. Ha Munyeong merapatkan bibirnya ketika ombak kesedihan kembali pasang didalam hatinya. Kepala pelayan keluarga Park itu telah merawatnya sejak kecil, sehingga melihat Chanyeol hancur seperti ini begitu menyakitinya. Ha Munyeong sempat berpikir untuk menghubungi Madam Elena. Namun sebelum dia sempat melakukannya, Chanyeol telah lebih dulu berteriak dan mengancamnya.

Dia baik-baik saja. Itulah kebohongan yang selalu Ha Munyeong dengar dari bibir Chanyeol.

Mendapat didikan yang keras dari Park Won Hae, membuat Chanyeol tumbuh dengan lengkungan senyum di bibirnya yang kian memudar seiring waktu. Menjadikannya terbiasa untuk memendam apa yang dia rasakan. Putra sulung keluarga Park itu berhasil mencegah airmatanya untuk tidak jatuh ketika usianya beranjak 11 tahun. Menunduk dengan patuh dan tak gentar saat Park Won Hae memberinya pelajaran diruang kerjanya. Emosi seorang anak tidak seharusnya terkekang seperti itu, ironis.

Walaupun begitu, dihadapan adik juga ibunya Chanyeol akan tetap bersikap seperti biasa. Menjadi figur seorang kakak yang penyayang dan pelindung untuk adiknya, Park Sehun. Itu mengerikan bagi Ha Munyeong untuk melihat bagaimana seorang anak  menyimpan kesedihannnya sendiri daripada mengadu kepada ibunya.

Hingga beranjak dewasa, pria itu masih memiliki pembawaannya yang dingin dan acuh. Namun Ha Munyeong tahu bahwa ada seseorang yang berhasil meretakkan kerasnya hati saat tanpa sengaja memergoki senyum tuan mudanya. Selanjutnya dia mengetahui bahwa orang yang dapat membawa kehangatan dalam lengkung bibir tuan mudanya itu bernama Baekhyun. Orang yang berikutnya membawa kekosongan dalam iris kelabunya.

Setelah memasukkan botol-botol kedalam kantong sampah, wanita paruh itu melangkah mendekati nakas untuk meraih baki makanan yang sama sekali belum tersentuh. Melirik Chanyeol sebentar dengan sorot kesedihan sebelum beranjak keluar dari kamarnya. Ha Munyeong memberikan kantong juga makanan itu kepada pelayan lain untuk dibuang. Ketika menuruni tangga, dia melihat Kai dari kejauhan yang berjalan menuju kearahnya. Jelas akan menemui Chanyeol dan wanita paruh itu tahu apa yang akan Kai berikan pada tuannya.

“Tuan Kai” ucap bibi Munyeong ketika pria itu sampai didepannya. Kai membungkuk sedikit untuk membalas salamnya.

“Saya harus menemui Bos”

Bibi Munyeong menahan lengan Kai, menggeleng dan menatapnya dengan pandangan memohon. Namun Kai membuang wajahnya untuk menghindar dari sorot mata wanita paruh baya itu.

“Anda tahu saya tidak bisa melakukannya” lirih Kai.

Pahit berada dilidahnya. Perih menusuk hatinya saat mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya sendiri. Kai menunduk, memperhatikan tangan keriput yang sedikit bergetar dilengannya.

THE ASHEN EYES (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang