Chapter 6

8.6K 952 495
                                    

Matahari belum benar-benar diatas kepala ketika mobil Maserati berwarna hitam metalik terlihat memasuki kediaman Park. Setelah gerbang terbuka secara otomatis, sang pengemudi kembali melajukan mobilnya sebelum kemudian berhenti didepan pintu masuk bangunan bergaya eropa. Pengemudi itu segera bergegas keluar untuk membuka pintu mobil untuk penumpangnya.

“Bos, kita sudah sampai” ucap Tao tidak lupa membungkukkan tubuhnya. Sepasang kelopak mata yang sebelumnya terpejam itu terbuka. Kemudian membawa tubuhnya turun dari mobilnya. Menginjakkan kaki ditempat yang sebenarnya tidak ingin dia datangi.

Pria itu mengenakan kemeja abu-abu dengan rompi dan jas berwarna hitam yang tidak cukup bekerja untuk menutupi otot lengan yang kokoh dan dada bidangnya. Trench coat hitam selutut disampirkan diatas bahunya. Kedua tangannya yang dibalut sarung tangan kulit bertengger disaku celananya. Punggungnya tegap dengan bahu yang tenang dan sepasang abu-abu kebiruan yang tajam.

Pria itu berdiri layaknya dunia berada dibawah telapak tangannya. Garis wajahnya bagaikan sebuah seni yang hidup. Tao bisa mengerti kenapa banyak orang berusaha keras untuk mendapat perhatian dari perwujudan dewa mitologi yunani yang berada didepannya.

Tao segera mengikuti bosnya ketika pria itu mulai melangkah masuk. Diruang tamu, mereka bertemu dengan wanita paruh baya yang berpakaian elegan dengan hiasan topi diatas kepala. Beberapa pelayan berdiri dibelakangnya dan salah satunya membawa satu koper yang tidak cukup besar.

“Mother,” ucap Chanyeol kemudian memberi kecupan dikedua pipi ibunya.

“Madam” ucap Tao dengan membungkukkan badannya begitu sampai didepan wanita yang merupakan ibu bosnya. Elena mengangguk sebelum mengalihkan pandangannya kepada Chanyeol.

Son, tepat sekali. Aku baru ingin ke perusahaanmu”

“Ada apa ?”

“Kakekmu terkena serangan jantung ringan. Mother harus pergi untuk melihat keadaannya”

Saat mendapati pandangan putra sulungnya yang melirik koper dibelakangnya, Elena mengulas senyum.

“Aku akan segera pulang setelah memastikan kondisi kakekmu baik-baik saja”

Chanyeol menghindari mata wanita didepannya. Memilih mengabaikan ucapan ibunya.

“Aku hanya ingin mengecek obat-obatan mother tidak ketinggalan”

Bohong, itu adalah kebohongan. Sekalipun obat-obatannya tertinggal, putranya tahu bahwa dia memiliki persediaan lain disana. Wanita itu memang memiliki migrain yang buruk, jadi dia akan menganggap bahwa Chanyeol mengkhawatirkan kesehatannya. Elena tidak ingin memprovokasi perasaan putranya lebih jauh.

“Obat-obatannya sudah ada di koper. Oh ya, tidak biasanya kau ke rumah”

“Ada berkas perusahaan yang harus kuambil diruang kerja ayah”

“Oh begitu. Chanyeol, sepertinya aku harus bergegas menemui Sehun sebelum penerbangan ke Heathrow (Bandar udara di London)”

Chanyeol mengangguk, “Hati-hati dijalan”. Elena mengangguk dan mengusap lengan kanan putranya.

“Jaga dirimu. Mother mencintai—”

Sebelum Elena sempat menyelesaikan ucapannya, Chanyeol telah lebih dulu menundukkan kepalanya. Memberi hormat.

“Sehun orang yang sibuk, sebaiknya mother segera pergi”

Elena mengatupkan bibirnya, menarik lengkung senyum sendunya.

“Baiklah, mother pergi dulu” ucap Elena lalu melangkah menuju pintu keluar mansionnya. Meninggalkan Chanyeol yang masih setia memandang lantai marmer dibawahnya. Setelah suara langkah kaki ibunya semakin jauh, Chanyeol baru menegakkan kepalanya dan berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Tao segera tersadar dan mengikuti langkah Chanyeol yang telah menjauh.   

THE ASHEN EYES (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang