Chapter 5

9.4K 960 799
                                    

Pagi tadi cuaca sedikit mendung dengan awan kelabu bergulung-gulung di langit Seoul. Namun ketika jarum jam menunjukan pukul delapan lewat 30 menit, sinar matahari mulai bersinar terang. Menembus kaca jendela gedung-gedung pencakar langit. Seluruh karyawan SJ Corp berlalu-lalang diatas lantai kantor. Beberapa membuat langkah yang cepat karena dikejar waktu. Semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kecuali Park Chanyeol.

Pria itu menghabiskan waktunya menatap layar laptop semalaman dan naik ke tempat tidur di jam 3 pagi. Bangun dua jam kemudian untuk mengecek email masuk dan membalas beberapa yang dia pikir penting. Chanyeol meninggalkan kediamannya ketika matahari masih tersembunyi dibalik awan kelabu. Membuka jendela mobilnya, Chanyeol mencium bau sehabis hujan gerimis semalam sambil melirik satu atau dua mobil yang melintas karena dia berangkat cukup pagi.

Karena sebagian besar pekerjaanya telah selesai. Chanyeol memilih bersantai di ruangannya. Namun untuk kesekian kalinya, pria itu tenggelam kedalam lamunan. Kedua maniknya menatap langit yang cerah dan sedikit berawan dari jendela ruangan kantornya. Pantulan cahaya matahari menyentuh sudut-sudut ruangan, menembus sepasang lensa matanya sehingga membuat selaput pelangi keperakan itu berkilau seperti berwarna biru.

Pria lain yang berada diruangan itu mengerucutkan bibirnya saat menyadari bahwa kehadirannya diabaikan. Tapi kemudian menarik senyumnya ketika sebuah ide muncul didalam kepalanya. Tubuhnya mendekat, hendak mencuri kecupan di pipi kiri pria yang tengah melamun. Namun tepat sebelum bibir itu menyentuh pipinya, rahangnya dicengkeram dengan kuat oleh tangan pria itu. Menyebabkan desisan lirih keluar dari bibir merah mudanya.

“Apa yang kau lakukan, Luhan ?”

Luhan meringis lirih saat jari-jari itu menekan tulang pipinya. Dia tidak tahu darimana Chanyeol memiliki reflek secepat itu, bahkan kedua matanya tidak berkedip. Sepasang kelereng abu-abunya berkilat dengan berbahaya. Luhan membuat senyuman kecil. Merasa menang karena berhasil mendapatkan atensi pria itu kembali.

“Hati-hati, wajahmu akan berada di media pers besok jika penggemar mulai bertanya darimana aku mendapatkan bekas jari tangan dikedua pipiku”

“Kau tidak akan”

Try me” ucap Luhan dengan tenang. Menantang pria didepannya. Sorot mata keduanya saling berperang untuk beberapa saat sebelum Chanyeol perlahan mengurangi tekanannya. Namun belum melepaskan cengkeramannya.

Selain Minseok, mungkin hanya Luhan orang yang berani menguji tempramen Chanyeol. Hal itu bukan karena mereka memiliki hubungan khusus atau semacamnya yang menjadikan Luhan memiliki nyali dihadapan Chanyeol. Tidak, bahkan pria bermanik rusa itu secara terus terang mengatakan bahwa dirinya tidak menyukai Chanyeol. Tapi Luhan mengakui jika dia memang sering “menganggu” Chanyeol untuk sekedar bersenang-senang. Seperti saat ini.

Sementara Chanyeol tidak memiliki waktu untuk bermain dengan rusa nakal didepannya.

Luhan memang memiliki paras yang cantik. Sepasang manik rusa yang polos namun juga menggoda disaat yang bersamaan. Hidung bangir yang mungil dengan bibir ranum alami. Kecantikannya tidak tertandingi, bagaikan pangeran yang keluar dari buku dongeng, malaikat yang jatuh ke bumi, dan banyak sebutan lain yang penggemar berikan kepadanya.

Tapi hal itu tidak berlaku bagi Chanyeol. Pria itu sama sekali tidak memiliki ketertarikan pada Luhan. Tidak dahulu, maupun sekarang. Satu-satunya hal yang menahan sikap Chanyeol dihadapan Luhan adalah hubungan pria bermanik rusa itu dengan adiknya, Sehun.

“Enyah dari sini” ucap Chanyeol setelah melepas tangannya.

“Oh ayolah, apa wanita tua tadi membuat suasana hatimu menjadi buruk ?”

THE ASHEN EYES (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang