Chapter 10

10.1K 902 404
                                    

Saehee baru saja keluar dari kelasnya. Hari ini dia belajar berhitung dan menggambar. Oleh karena itu ujung lengan bajunya sedikit basah saat dia membersihkan noda crayon yang ada ditangannya tadi. Itu belum sepenuhnya bersih tapi Saehee yakin papanya tidak akan marah jika tahu bajunya sedikit kotor. Sepasang iris keperakan itu lalu berkedip beberapa kali untuk mencari papanya namun anak itu malah melihat figur seorang pria dari kejauhan yang dia sebut sebagai paman peri berjalan menghampirinya.

Chanyeol menyimpan kedua tangan dibalut oleh sarung tangan kulit itu kedalam saku celananya. Jas abu-abunya dibiarkan terbuka, memperlihatkan dada bidangnya yang tercetak jelas dari balik kemeja hitamnya. Chanyeol berjalan lurus kedepan, mengabaikan setiap pasang mata yang mengikuti gerakannya. Helaian rambutnya bergoyang dengan anggun setiap kali dia menggerakkan kakinya.

Dia menurunkan kacamata hitam yang menyembunyikan iris kelabunya begitu langkahnya sampai didepan anak perempuan berusia 4 tahun itu. Jika pertemuan mereka sebelumnya Saehee mengenakan jepit kupu-kupu, kali ini Chanyeol menemukan dua jepitan bewarna cream polos yang berada disebelah kanan dan kiri surai hitamnya. Saehee mengenakan rompi sedikit tebal berwarna cokelat muda yang cocok dipadukan dengan warna sepatunya. Walaupun tidak berangin, cuaca memang sedikit dingin. Panas matahari tidak sepenuhnya menyentuh bumi dalam waktu yang lama hari ini.

"Paman, kenapa bisa disini ?. Apakah kita akan membeli es krim lagi ?" tanya Saehee lengkap dengan senyum cerahnya ketika melihat temannya itu datang.

"Gigimu bisa berlubang jika terlalu banyak makan es krim"

Saehee mengerucutkan bibirnya kedepan, "Itu tidak akan terjadi karena Saehee rajin sikat gigi setiap hari dan.. um.. Saehee hanya makan es krim seminggu satu kali !. Atau.. mungkin dua ?" jawab Saehee begitu pelan diakhir bersama dengan pipi gembilnya yang memerah. Chanyeol menahan bibirnya untuk tidak tersenyum karena melihat tingkah gemas bocah didepannya.

"Masuk ke mobil. Aku akan mengantarmu pulang"

"Eh ?. Papa dimana ?"

"Di apartemen. Dia sedikit kelelahan jadi aku menggantikannya mengantarmu pulang"

Dia sebenarnya harus sudah berada dikantornya dan sempat berpikir untuk menyuruh seseorang yang menjemput anak itu. Tapi pada akhirnya Chanyeol tetap pergi sendiri tanpa menyuruh bawahannya.

"Kelelahan ?. Paman ayo cepat pulang kerumah kalau begitu !. Papa sendirian disana" ucap Saehee kini telah menarik-narik tangan Chanyeol. Pria itu terdiam untuk beberapa saat begitu mendengar kata "rumah" terucap dari bibir anak itu. Namun pekikan Saehee segera membuat tubuhnya bergerak dan menuntun bocah itu ke mobilnya.

Disepanjang perjalanan, Saehee menceritakan apa saja yang dipelajari anak itu saat disekolah. Mulutnya tidak lelah berbicara sampai Chanyeol bertanya-tanya darimana bocah itu mendapatkan energinya yang seolah tidak habis-habis.

"Papa pasti terlalu banyak bekerja" celetuk Saehee setelah selesai menceritakan seekor anak katak yang masuk ke kelasnya hari ini dan membuat teman-temannya berteriak ketakutan.

Oh, seandainya anak itu tahu alasan kelelahan Baekhyun yang sebenarnya. Chanyeol melirik anak itu dari ekor matanya. Iris keperakan yang terbingkai oleh sabit itu terkadang membuat Chanyeol terhipnotis dan enggan mengalihkan pandangannya.

"Saehee"

"Ya ?"

"Dimana Saehee tinggal sebelumnya ?"

"Munchën. Kamar Saehee sangat, sangat kecil. Tapi itu hangat karena papa selalu memeluk Saehee !"

Munchën ?, ulang Chanyeol didalam hatinya. Kerutan dipangkal hidungnya tidak dapat disembunyikan begitu dia merasa ada sesuatu yang tidak benar setelah mendengar jawaban Saehee.

THE ASHEN EYES (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang