Didalam kamar bernuansa putih, seorang gadis sedang tertidur lelap dibalut dengan selimut hingga yang terlihat hanya kepalanya saja. Tapi, tunggu ada sesuatu didahinya, kain basah berwarna putih menempel disana.
Cklek
Pintu kamar Ziana terbuka menampilkan sosok wanita sudah berumur yang masih terlihat segar nan cantik yakni Alena Mamahnya. Dia membawa nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas air tak lupa juga obat penurun panas.
Alena menaruh nampan itu diatas nakas, lalu membuka gorden kamar yang menampakan matahari yang masih malu-malu untuk keluar.
Ziana tak sedikitpun terganggu tidurnya, Karna semalaman Ziana tak bisa tidur disebabkan demam tinggi. Ini pasti karena kemarin dia kehujanan sekaligus kedinginan.
Alena duduk disisi ranjang sambil memandang wajah putri semata wayangnya.
"Zia kenapa?" tanya seorang laki-laki berumur dengan wajah panik sambil memandang gadis kecil dipangkuan ibunya.
"Zia, demam tinggi mas," beritahunya.
Pria itu langsung menggendong Ziana kecil dengan sayang.
"Kita kerumah sakit sekarang," ucapnya.
"Papah, Zia gapapa kok. Zia gamau dilumah sakit, Zia gamau dilawat sama doktel. Zia maunya dilawat sama Papah, Mamah aja," ucap Ziana kecil sambil memeluk Papahnya erat.
"Cepet sembuh ya sayang, Papah gamau liat kamu sakit." katanya lalu mencium kening Ziana kecil dan merangkul Alena dari samping.
"Mamah, kenapa nangis?" tanya Ziana yang entah kapan dia terbangun.
Alena tak sadar mengingat masa lalu hingga menetaskan air mata. Lalu dia buru-buru menghapus air matanya.
"Kamu udah bangun, makan dulu yah." ucapnya mengalihkan pembicaraan.
Ziana persis tau Alena menangis karna apa, pasti dia mengingat masa lalu.
Ziana lalu mengangguk tak ingin meneruskan pembicaraan awal yang akan membuat Mamahnya kembali sedih.
"Masih anget," kata Alena sambil meletakan tangannya didahi Ziana.
"Mamah ga kerja?" tanyanya sambil berangsur duduk.
"Tadinya mau, cuman mamah ga tega ninggalin kamu sendiri lagi sakit," balasnya sambil menyuapkan sesendok bubur pada Ziana.
"Kalo Mamah mau kerja, kerja aja. aku gapapa kok sendiri, lagian aku tiduran seharian pasti langsung sembuh." ujar Ziana lalu tersenyum.
Alena seperti mempertimbangkan, "Aku gapapa Mah." ucap Ziana meyakinkan.
"Yaudah, tapi inget ya kalo ada apa-apa langsung hubungin Mamah, nanti obatnya diminum lagi. jangan keluar dari rumah bila perlu rumahnya kunci, terus jangan sampe telat makan." cerocos Alena.
"Iya Mamahkuu sayangg," balas Ziana sambil tertawa kecil.
"Zia!!" teriak Bara dari depan rumah Ziana untuk mengajaknya pergi sekolah bersama.
Ziana memutar bola matanya malas, dia kesal sekali pada Bara. Dia sudah meninggalkannya kemarin dan tidak menemuinya lagi!
Ziana mengambil ponselnya lalu menelpon Bara.
"H-" belum sempat Bara berbicara Ziana sudah memotongnya.
"Gue, gabakal sekolah. sakit!" ucap Ziana.
"Hah!! lo sakit? pasti bohong. sejak kapan lo bisa sakit,"
"Heh, gue juga manusia ya. gausah mancing emosi deh masih pagi. lagian gue gada tenaga buat adu bacot sama lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Leon King! [SELESAI]
Teen FictionGanti judul. Ganti cover. Ziana mencintai Bara sahabat kecilnya. Namun sepertinya, cintanya akan terus bertepuk sebelah tangan karena Bara sudah menyatakan perasaannya pada Vika Arabella si murid baru. Disisi lain ada Leonardo, cowo ngeselin sedunia...