D u a p u l u h

280 41 7
                                    

"Wah gila sihh SEKERENSOTT SEKERENSOTT WOYYY!" heboh Gibran dengan camilan dipangkuannya.

Mereka bertiga sedang bermain dirumah Leon, kini Leon sudah memberitahu sahabatnya tentang chat dari Ziana.

Delvin menunduk, ditangannya terlihat cairan bening yang muncrat dari mulut Gibran. "Bangke! jigong lo kena tangan gue anjir!" ucap Delvin lalu menggosok-gosokan tangannya pada baju Gibran.

Gibran hanya nyengir lebar lalu kembali mengunyah camilannya.

Leon tertawa puas. Dia menyisir rambutnya kebelakang dengan perasaan senang.

"Dimana ada cewe yang gak mau sama Leon." katanya sombong.

Gibran dan Delvin langsung menatap jijik pada Leon. "Sombong amat!" sewot Gibran.

Leon terkekeh. "Dih bilang aja lo iri sama gue!" balas Leon lalu mendelik.

Tiba-tiba Egel datang ke kamar Leon dengan boneka panda yang ia bawa. "Ikut nongkrong dong," ucapnya lalu duduk di karpet berbulu sebelah Gibran.

Tiga pemuda itu terdiam menatap Egel. "Egel tahu, Egel itu ganteng dan manis, jadi gak perlu liatin sampe kayak gitu. Jatuhnya kayak iri gitu sama ketampanan yang Egel punya." cerocos bocah itu.

Leon menimpuk kepala Egel dengan bantal. "Cih, anjir iri kok sama bocil! mana laki sukanya boneka lagi." ucap Leon berdecih.

Gibran menepuk-nepuk pelan pipi Egel, cowo itu sangat menyukai anak kecil. "Gapapa ya kan Gel, suka boneka juga bermanfaat kok," ujar Gibran.

Egel mengerjap beberapa kali, ia belum paham dengan apa yang diucapkan Gibran. Gibran yang paham langsung tertawa pelan kemudian mengacak gemas rambut Egel.

"Bermanfaat kalo misal Egel punya pacar banyak jadi bisa kasih boneka yang Egel punya. Gak perlu lagi beli." jelasnya.

Egel membulatkan mulut lalu tersenyum, "Egel tadi udah mutusin Dira, terus sekarang pacaran sama Gina sama Hani. Besok Egel mau kasih boneka sama mereka berdua."

Leon membelalakan mata dengan mulut terbuka. Bagaimana bisa Egel mempunyai dua pacar! siapa yang mengajarkannya seperti ini.

Pandangannya kini jatuh oada Gibran dan Delvin yang menatap Egel bangga.

"Dapet ajaran darimana lo kayak gitu?" tanya Leon dengan mata memicing.

"Dari Bang Gibran sama Bang Delvin." balasnya dengan polos.

Sudah diduga! memang setan teman-temannya ini!

Leon menatap kedua temannya yang sengaja mengalihkan tatapannya kearah lain.

"Delvin! Gibran! berani lo racunin adek gue haa?! mau jadi apa lo Egel besar nanti?!" teriak Leon frustasi.

"Jadi lekboy…" balasnya dengan pede.

"Playboy bangsat!" seru ketiganya dihadapan muka Egel.

oOo

Pagi-pagi sekali Leon sudah nangkring dihalaman depan rumah Ziana. Sambil duduk diatas motor sport berwarna hitam kesayangannya dan bersiul-siul.

Ziana membuka pintu rumah, ketika melihat kedepan, matanya membelalak kaget seolah dirinya tengah melihat hantu. Dia bersiap akan kembali kedalam rumah namun Leon dengan sigap turun dari motor dan menahan tangan cewe itu.

"Hai sa-" belum sempat menyelesaikan ucapannya. Ziana sudah memotongnya.

"Sayang, sayang pala lo peyang!" sewotnya kemudian menghentakan tangan Leon agar terlepas darinya.

Leon mengacak rambutnya sendiri sok ganteng. "Gapapa lah, kan kita udah resmi pacaran." balasnya lalu tersenyum manis.

Ziana memelototkan mata, pikirannya melayang pada kejadian kemarin. "Nggak! gue bukan pacar lo! kapan gue bilang gitu. Jangan ngadi-ngadi lo!"

Leon terkekeh pelan. "Mau aku liatin isi chat-nya?" tanya Leon.

Ziana bergidik geli, kala Leon mengucapkan kata aku. Leon sudah akan memperlihatkan isi chat itu namun urung.

"Udah deh, gak usah! lagian gue salah orang, gue kira emak gue. Eh ternyata elo! itu kecelakaan gak disengaja." tajamnya.

Leon memasukan kembali ponselnya. "Berarti kalo aku hamilin kamu dengan alasan gak sengaja bisa ya,"

Ziana melotot lalu menginjak sepatu cowo itu dengan kencang, membuat si empu meringis kesakitan. "Gak gitu juga bangsat!" teriaknya.

"Sakit anjing!" umpat Leon. "Gak boleh kasar lho sama pacar." imbuhnya.

Ziana mendelik dengan tangan terlipat. "Lo barusan ngomong kasar sama gue!" sewotnya.

Leon tertawa sambil mendongak sehingga terlihat jakunnya naik turun. Dia sangat seksi, membuat Ziana seketika tak bisa melepaskan pandangannya pada cowo itu.

"Berarti, kamu udah anggap aku sebagai pacar." ucap Leon lalu berjalan kearah motornya.

Ziana menghentakan kaki dengan tangan terkepal. "Kapan gue bilang?" tanyanya menahan kesal.

"Kemarin sama barusan." balas Leon yang sudah naik keatas motor.

Melihat Ziana yang akan kembali berbicara, dengan cepat cowo itu menyelanya.

"Gak ada lagi kata lo-gue adanya cuman kamu sama aku! kita sekarang pacaran. Kalo gak mau ngaku aku bakal liatin isi chat ini sama semua orang." ancam Leon.

Ziana akan protes namun kembali disela oleh Leon. "Gausah banyak bicara, kita bisa dihukum sama Pak Andi mau?" tanya Leon. Ziana berdecak sebal kemudian berjalan menghampiri cowo itu.

"Ayo naik pacar," titahnya.

"Lo-"

"Aku, aku Zi. biasain." selanya, kemudian terkekeh pelan melihat Ziana yang sudah kesal.

oOo

Berita tentang dirinya dan Leon berpacaran kini sudah menyebar luas dipenjuru sekolah, bahkan sekarang ketika Ziana menuju kantin entah apa kesalahannya sampai banyak adik kelas maupun kakak kelas mendelik tajam kepadanya.

Ziana menampilkan raut memelas. "Duapuluh." hitungnya kala seorang cewe mendelik kearahnya lagi.

Ziana menghembuskan nafas kasar. Novita, Claudia dan juga Vika cekikikan melihat Ziana yang sudah frustasi.

"Sepopuler itu kah Leon sampe saat ini ada duapuluh cewe yang gak suka sama gue gegara tahu kalo gue pacaran sama dia!" pekiknya.

Ziana memicingkan mata kearah Novita. "Pasti lo yang udah nyebarin ini kan?" tanyanya curiga.

Benar! tebakan Ziana benar. Buktinya Novita ketar-ketir ditempat seperti orang bodoh.

"Tukang gosip sialan!" teriak Ziana dihadapan Novita.

Novita menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sambil tersenyum canggung. "Maaf," ucapnya sambil menampilkan deretan giginya.

Ziana mengalihkan tatapannya kearah lain dengan kesalnya. Kebetulan saja ada tiga orang siswi yang salah satunya menatap tak suka kearahnya.

"Apa lo ngeliatin gue kayak gitu haa?!" tanya Ziana dengan nada tinggi.

Siswi yang diketahui bernama Susi kelas XI IPS 4 itu mendelik tajam kearah Ziana. "Mata-mata gue, terserah gue dong!" sewotnya lalu mengibaskan rambut kemudian berjalan melewati Ziana.

Ziana menghentakan kaki dengan raut kesalnya. "Iri kan lo sama gue karena gak bisa dapetin Leon?!" teriak Ziana yang tak digubris sedikitpun oleh Susi.

"Ngaca lo Susu!!"

"Udah Zi, mereka gitu karena iri sama lo," ucap Vika menenangkan sahabatnya.

Ziana mendengus kesal, "Yaudah ayo. Gue laper nih."

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang