T i g a b e l a s

290 42 2
                                    

"Kalian ini mengapa selalu membuat ulah!" teriak Pak Andi dengan Ziana yang ada disisi kanannya sedang menghukum ketiga pemuda bengal dihadapannya.

"Pake acara nyogok satpam segala! pelajaran dari siapa itu haa?!" tanya Pak Andi.

Leon mengusap peluh didahinya, "Tapi, Pak Satpam itu salah paham, saya cuman nunjukin uang 50 ribu doangan, eh disangka mau nyogok. Padahal saya mau tes matanya masih normal gak, gitu doangan kan gess?" jelas Leon lalu diangguki kedua temannya.

Pak Andi menghela nafas jengah, "Sama saja, kalian bertiga salah! kenapa juga datang terlambat dan memaksa Satpam untuk membuka gerbang."

"Ya- kita kan mau belajar, Bapak tahu kan pepatah, lebih baik lambat daripada tidak sama sekali…" timpal Gibran.

"Tapi sekolah juga punya peraturan Gibran!" tegas Pak Andi.

Leon menatap Ziana sekilas, lalu kembali menatap Guru dihadapannya. "Oh ya, ada yang bilang katanya… adanya peraturan itu untuk dilanggar," ucap Leon tanpa dosa.

Pak Andi mengusap wajahnya kasar. "Jika kalian niat untuk pergi sekolah tidak mungkin akan terlambat! memangnya saya tidak tahu jika kalian tidak kena omelan pagi-pagi oleh orang tua, tidak mungkin sekarang kalian ada disini,"

Leon kembali menatap Ziana yang sedang menunduk karena teriknya sinar matahari. "Ya gimana lagi, ngumpulin niat itu susah, perlu mengadakan ritual melamun dulu sebelum memulai segalanya." balas Leon.

Pak Andi memutar bola matanya malas, "Menjawab saja kamu,"

"Lha, kan Bapak nanya, kita jawab dong. ya kan gess," celetuk Delvin lalu mengajak kedua temannya bertos ria.

Pak Andi sudah kehabisan kata-kata jika berbicara dengan mereka. Lebih baik dirinya diam dan menghukum ketiganya. Jika dia terus berbicara dengan pemuda itu bisa-bisa darahnya kembali tinggi. Cari penyakit saja!

"Lari keliling lapangan!" titahnya lalu melirik Ziana. "Kamu awasin mereka bertiga. Bapak ada keperluan." perintahnya.

Ziana menghela nafas, dia bersiap akan menolak namun tawaran yang sangat menggiurkan dari Pak Andi membuatnya menyetujui ini.

"Bapak kasih nilai untuk ini," katanya membuat Ziana bersorak gembira.

Leon tersenyum kecil menatap gadis cantik dengan eksperesi lucunya. "Neduh gih," suruh Leon.

Ziana mendelik tajam. "Tanpa lo suruh pun gue bakal neduh." sewotnya lalu melengos pergi.

oOo

Novita tak henti-hentinya tertawa setelah mendengar cerita lucu dari Ziana, begitupun dengan Vika.

"Serius?" tanya Vika dengan tawanya.

Ziana mengangguk sambil memegangi perutnya yang sakit akibat terus tertawa.

"Waktu itu, pernah juga ngajak main nenek sama kakeknya Bara ke taman deket komplek. terus…" Ziana menggantung ucapannya lalu tertawa terbahak-bahak seakan mengingat hal yang amat lucu.

Vika yang melihat Ziana terheran-heran tapi tak ayal dia pun ikut tertawa bersama begitupun Novita yang sedari tadi diam ikut tertawa.

"Gila anjir, ngapain ngikut ketawa ceritanya belum selesai woy lah," ucap Novita disela tawanya.

Ziana meredakan tawanya lalu mengusap air disudut matanya kemudian berdeham pelan.

Mata Ziana kembali menatap Vika dan Novita yang menunggu kelanjutan dari ceritanya.

"Terus kan…" Ziana kembali tertawa sambil memegangi perutnya.

"Elah, apaansi cerita dulu baru ketawa," ucap Novita yang sudah greget ditambah penasaran apa yang membuat Ziana tak berhenti tertawa ini.

"Nenek, Kakeknya Bara ngeliat komidi putar yang biasa dinaikin anak kecil itu lho…" kata Ziana lalu diangguki oleh Novita dan Vika.

"Nah, Nenek sama Kakek… pengen naik itu, kata Bara jangan kan takutnya jatuh…" Ziana kembali tertawa yang membuat Novita semakin jengkel dibuatnya.

"Terusss ah elahh," katanya kesal.

"Tau kan kalo Nenek-nenek emang suka kekeuh, dari sana Nenek naik tuh tanpa dengerin kata Bara, abis tuh dia duduk dan muterin stirnya dia seneng banget sampe ketawa-ketawa," ucap Ziana lalu meredakan tawanya dan menarik nafas dalam.

"Terus, dia ngajak Kakek buat naik. Bara udah nyerocos larang-larang tapi gak didengerin. akhirnya si Kakek naik, duduknya sebelahan sama Nenek…" Ziana menahan tawanya agar tak meledak.

"Puteran ke satu mereka biasa aja masih ketawa-ketawa, puteran kedua… Bara dan gue teriak histeris soalnya tuh komidi puter udah sedikit gak ngimbang gitu…" lagi-lagi Ziana menahan tawanya agar tak meledak.

"Pas puteran ketiga, apa yang gue dan Bara takutin terjadi. tiba-tiba bunderan itu terguling kebelakang… karna berat sebelah…" akhirnya tawa ketiga gadis itu pecah seketika, sehingga mereka menjadi pusat perhatian seisi kelas.

"Terus gue sama Bara bukannya nolongin malah ketawa dulu baru ditolongin…" imbuh Ziana disela tawanya.

Seisi kelas menatap ketiga gadis itu dengan tatapan heran dan penasaran, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya semula.

Tawa yang bersahutan dari ketiga gadis itu kini mulai mereda. Bara, berjalan menghampiri ketiganya dengan senyuman lebar menuju kearah…Vika.

"Vik, ayo ikut gue," ajak Bara sambil menatap Vika lembut.

"Eh, kemana?" tanya Vika sambil menyalipkan anak rambutnya kebelakang telinga lalu menatap sekilas pada Novita dan Ziana.

"Ayo, ikut aja," ucapnya lalu menarik lembut pergelangan cewe itu.

Ziana menghela nafas, hatinya seperti disayat-sayat ketika Bara menatap Vika dengan penuh cinta. Moodnya rusak seketika!

"Bara bucin banget, ya," ucap Novita setelah Vika dan Bara hilang dari balik pintu.

Ziana tersenyum lalu mengagguk, dia tidak ingin menunjukan rasa cemburunya pada si julid dihadapannya. "Gue ikut seneng," timpalnya.

"Pergi lo dari sini," usir Leon pada Novita.

Ziana mendongak menatap cowo yang ada disampingnya.

"Apa lo, ngusir-ngusir gue?! emang ini bangku lo haa?" tanya Novita sedikit emosi.

Leon duduk disamping Ziana. "Kalo lo mau jadi kamcong sih gapapa," balasnya yang mendapat tatapan tajam dari Ziana.

Novita membuka mulutnya, "Whatt! jadi lo berdua pacaran?" tanyanya kaget yang mengundang tatapan dari seisi kelas.

Ziana bersiap akan mengomel, tapi Leon membekap mulut cewe itu. "Iya, gue pacaran sama Zia, sebarin gih, ke satu sekolah. Biar gak berharap lagi sama gue," ucap Leon dengan pedenya.

Seisi kelas dibuat hening oleh pengakuan Leon. "Boh-" ucapan Ziana terpotong kala Leon menariknya keluar kelas.

"Lo gila!" bentak Ziana dan melangkah akan pergi kembali ke kelas namun urung kala ditahan oleh Leon.

"Gapapa sih Zi, prank orang gak bikin dosa kan," balasnya santai. "Kali aja, kalo udah nyebar pacarannya di jadiin." imbuhnya lalu tertawa.

Ziana mengetuk-ngetuk kepalanya dengan tangan, "Amit-amit, gue gak mau pacaran sama lo! gak usah berharap ya," sarkas Ziana.

Leon terkekeh, "Gue gak berharap sama lo," balas Leon yang membuat Ziana sedikit malu karena ucapannya.

Leon menatap Ziana dengan tatapan meneduhkan, "Tapi, kalo lo mau sama gue, ya, ayo!" lanjutnya yang membuat Ziana menahan nafas seketika.

"Tapi, boong,"

"Leon!!!" teriak Ziana sambil menghentak-hentakan kaki dengan Leon yang sudah kabur dari hadapannya.

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang