S e b e l a s

267 45 2
                                    

"Ayo ngantin!" teriak Novita diambang pintu, membuat seisi kelas sakit telinga atas teriakan membahana itu.

Bara berlari kearah Novita lalu membekap mulutnya. "Berisik banget! gue potong juga bibir lo!" desisnya lalu mendorong Novita pelan.

"Gue gak ngajak lo ya Bar," katanya.

"Siapa juga yang mau ngantin sama lo, malu gue bawanya." timpal Bara lalu berlari keluar sebelum kena semprot Novita.

Novita mengejar Bara yang sudah berlari jauh darinya.

"Awas lo Bar! dateng gue getok pala lo pake palu!!" teriak Novita dengan raut kesal dan menjadi pusat perhatian.

Novita berbalik lalu menoleh ke arah murid yang sedang memperhatikannya.

"Apa, lo liatin gue, mau digetok juga?!" sewotnya lalu berjalan kembali ke kelas.

"Eh, Zi. gausah ngantin, gue bawa makan nih banyak, kita makan berdua yu," ajak Vika lalu mengambil kotak makannya didalam tas.

Ziana menoleh kearah Vika. Vika bukan hanya gadis cantik tapi hatinya sangat baik, pantas saja Bara menyukainya.

"Ini gue masak sendiri lho, sebenernya sih sengaja bawa banyak soalnya gue baca di grup kelas lo mau sekolah. jadi kita bakal makan berduaa," ungkap Vika.

Ziana tersenyum tipis. "Jadi gue gabakal dibagi gitu?!" tanya Novita tiba-tiba.

Ziana dan Vika hanya menatap Novita tanpa bersuara.

"Ayo Gea, Resa kita ngantin," ajak Novita lalu menatap kembali pada Vika dan Ziana yang masih terdiam kemudian membuang muka.

Setelah kepergian Novita Ziana dan Vika menatap satu sama lain lalu tertawa tanpa sebab.

"Makasi ya Vik, lo baik bener deh." ucap Ziana lalu menyuapkan satu sendok nasi goreng kedalam mulutnya.

"Gimana enak ga?" tanya Vika.

"Eumm, enak banget. Pinter juga lo masak Vik," pujinya.

"Ayah gue yang ngajarin," balasnya dengan jujur.

Ziana menghentikan aktifitas mengunyahnya. Ayahnya juga pintar memasak, setiap kali memiliki waktu luang Ayahnya akan memasak untuk Alen dan dirinya tak jarang dia selalu mengajari Ziana untuk memasak untuk bekal nanti jika nanti dirinya menikah.

Tapi… itu hanyalah masa lalu yang harus dikubur dalam-dalam. Dia tak ingin mengingat semuanya. Ayahnya sudah melukainya, dia lebih memilih pergi bersama wanita ular itu dan meninggalkan Ziana dan Alen tanpa ada rasa kasihan sedikitpun.

Panggilan Vika membuyarkan pikirannya, "Kenapa?" tanyanya.

Ziana tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan untuk jawaban.

Kini, empat orang gadis berseragam putih abu tengah duduk berhadapan dengan dua lipstik berwarna pink dusty dihadapannya.

"Gue minta yang ini ya, Vik," ucap Claudia mengambil satu lipstik itu.

Ziana memperhatikan Claudia yang sedang memakai lipcream itu dengan cermin kecil berbentuk bulat yang tak pernah lepas dari genggamannya.

"Kenapa lo minta sama Vika? kemana lipstik-lipstik lo yang banyak itu?" tanya Ziana.

Claudia memang gadis yang suka berdandan liat saja didalam tasnya pasti penuh dengan make up. Setiap dua jam sekali pasti dia akan memakai bedak atau tidak lipstik.

"Ada, tapi kalo minta sama temen tuh berasa bagus aja gitu," balasnya lalu tertawa.

"Makasiii," ucap Claudia sambil menaruh lipstik nya dihadapan Vika. Vika hanya tersenyum menanggapi.

"Lain kali, kalo dia minta jangan dikasih keenakan nantinya," ujar Novita pada Vika.

"Gapapa lah, lagian kan kita juga sesama cewe pasti butuh," balasnya lembut.

"Gue kemarin ceritanya mau pasang bulu mata, cuman takut kena razia Bu Gendut. yaudah uangnya gue beliin serum buat ngilangin beruntusan ini," cerita Claudia sambil memegang dahinya.

"Kalo gue sih jadi lo mending jajanin tuh uang daripada dibeliin skincare," balas Ziana.

"Lo mah urusan perut aja Zi," ucap Claudia lalu terkekeh pelan.

"Biarin lah yang penting kenyang,"

"Eh, iya Zi. skincare malem lo apa?" tanya Claudia semangat.

Ziana menopang dagu dengan kedua tangannya sambil menatap Claudia.

"Kalo malem ya gue tidur gak harus pake skincare-skincare segala, ribet." balasnya.

Ziana benar-benar tak terlalu suka untuk memakai skincare. Memakai bedak bayi ditambah lipblam juga sudah membuatnya tampil cantik… mungkin.

"Kok gitu? lo emang ga pakai yah?" tanya Claudia.

"Nggak, gue kan bukan budak skincare banget kayak lo, selain itu juga gue sedikit gak ngerti." balas Ziana yang diangguki oleh Claudia.

"Oh ya, waktu itu pernah mau beli lipstik terus ditanya sama mbak-mbaknya mau nomer berapa lah gue kagak tau harus jawab apa. soalnya gue kagak tau fungsi nomernya buat apa. akhirnya gue kagak jadi beli dengan alasan uangnya kagak cukup. pliss itu malu banget sumpah," ucap Ziana mengingat masa memalukan itu.

Claudia dan Novita tertawa dengan keras sambil memukul meja.

"Parah banget, nomernya itu, semacam pilihan untuk warnanya." beritahu Claudia disela tawanya.

"Enak lo ya, ngetawain gue!" desis Ziana. "Ya mana gue tau, gue kira cuman nyebutin gue pengen warna ini. ternyata ada nomernya," lanjutnya.

Novita menghela nafas. "Jujur nih ya, gue kadang sering ngerasa incesure kalo deket kalian, gue sama kalian bertiga itu kek remahan rengginang ditumpukan berlian," kata Novita dengan nada sedihnya.

"Jangan dibanyakin incesure mendingan bersyukur aja apa yang diberi tuhan." ucap Vika sambil tersenyum.

"Gue juga bakal bersyukur kalo gada orang yang bikin incesure." timpal Novita.

"Lo Zi, gapernah pake skincare apa-apa juga tetep cantik, lo putih bersih, hidung mancung lah gue muka banyak jerawat, berminyak, beruntusan lagi. Gue sendiri juga nih kalo ngaca udah gak kenal yang dikaca itu gue, bener-bener kek gembel." ucap Novita kembali. "Mana gapernah ada yang suka lagi sama gue. sedih deh pokoknya," lanjutnya.

"Jangan kayak gitu, mungkin sekarang belum tapi nanti kedepannya gatau kan. Fisik itu gaperlu cantik-cantik yang penting attitude, sama hati kita harus baik," ujar Vika.

"Iya, sih. kenapa harus ngomong gitu. yang cantik juga belum tentu punya pacar." ucap Novita lalu terkekeh.

"Buktinya Ziana, noh belum ada pacar." lanjut Novita sambil menunjuk Ziana dengan dagunya.

Novita tak menyebutkan Claudia karna dia persis tau si Claudia suka ganti-ganti pasangan setiap minggunya.

"Gada tenaga gue buat pacaran buang-buang waktu aja dan juga gue itu terlalu subhanallah buat dimiliki," balas Ziana.

"Heleh, bilang aja lo kena friendzone sama si Bara, jadi males buat ngenal orang baru. Gue yakin nih diantara kalian pasti ada yang berharap lebih dari sekedar sahabat," ceplos Novita.

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang