T i g a p u l u h d e l a p a n

216 45 5
                                    

Ziana berdecak kagum untuk kesekian kalinya. Bagaiamana tidak, lihatlah sekarang, disebuah gedung mewah tengah menggelar acara pesta yang disiapkan Areos hanya untuk memperkenalkan dirinya pada seluruh pembisnis besar.

Gadis itu berjalan anggun menghampiri Alena yang tidak bisa lepas dari gandengan Areos.

"Mah," panggilnya.

Alena maupun Areos menoleh kebelakang dimana gadis cantik dengan balutan dress berwarna cream memanggilnya. Pria itu langsung mengakhiri perbincangannya dengan salah satu rekan kerjanya.

"Kenapa sayang?" tanya Alena. Wanita itu malam ini terlihat begitu cantik dengan polesan make up yang cukup tebal.

Ziana terkekeh kecil. "Om nyiapin semua ini beneran buat aku?" tanya Ziana entah keberapa kalinya. Dia masih tidak mempercayai ini. Bayangkan saja, Areos begitu tiba-tiba menyuruh Ziana ke salon kemudian membawanya keacara ini.

Biasanya, dia akan mendatangi pesta orang lain. Kini dirinyalah yang mengadakan pesta. Ini menjadi pertama kali baginya. Sungguh!

Areos tersenyum hangat kemudian mengangguk. "Om mau ngenalin kamu ke semua orang." ucapnya.

Ziana tersenyum sekaligus terharu. Dia ingin menangis saja, rasanya Tuhan telah mengabulkan do'anya memiliki kembali seorang Ayah yang baik dihidupnya. Bahkan dia juga menambah bonusnya untuk Ziana, selain tampan Ayahnya juga kaya raya.

"Aku mau nangis aja rasanya," katanya sendu. Tapi rautnya tiba-tiba berubah menjadi bingung. "Oh ya, Afzar mana? terus ini acaranya kapan dimulai?" tanya Ziana.

"Afzar dateng sama Tante Karina. Dia dari sore gak mau lepas dari Leon." beritahu Alena.

Areos menatap sekelilingnya lalu memfokuskan kembali pada Ziana. "Acaranya kita mulai setelah keluarga Bagaskara dateng sama tamu Om satu lagi." ucapnya yang diangguki Ziana.

Baru saja membicarakan keluarga Bagaskara, mereka kini sudah terlihat dari balik pintu besar nan tinggi. Semua mata memandang kearahnya terutama Leon. Aura ketampanannya benar-benar menghipnotis tua dan muda termasuk Ziana.

Kaos putih dibalut jas hitam juga rambutnya yang rapi tidak seperti biasanya. Dia berjalan dengan anak kecil yang ia tuntun menghampiri Ziana.

Setelah dihadapan gadis cantik itu, dia mengeluarkan satu wadah bulat berukuran kecil dari balik punggungnya.

"Dengan kehendak diri sendiri aku melamarmu dengan satu bongkah kuaci hasil panen kemarin sore." ucap Leon dramatis.

Semua orang menahan tawa akibat kelakuan konyol pemuda dihadapannya ini.

Malu sungguh malu Ziana! "Le ngapain sih, malu dong diliatin orang," omel Ziana setengah berbisik.

Leon seketika menunjukan raut terkejutnya yang dibuat-buat. "Kamu mau langsung nikah?!" pekiknya tertahan mungkin itu hanya bisa didengar oleh orangtuanya dan juga orangtua Leon.

Ziana memberikan tatapan membunuh pada Leon. Pemuda itu dengan hebohnya langsung memegang tangan Gofar dan juga Karina.

"Mah, Yah. Dengerkan Ziana mau langsung dinikahin, jadi gimana nih?" tanyanya.

Gofar menjewer telinga pemuda itu. "Pulang kamu! malu dong Bang sama penampilan! bisa kan lebih cool sedikit kayak Ayah." ucapnya sambil menaik turunkan alis.

Leon mengerucutkan bibir, "Mah, Ayah mau selingkuh, liat aja matanya jelalatan." bisik Leon pada Karina kemudian menarik Ziana pergi bersamanya sebelum kena omel dari paduka raja Gofar.

Areos mempersilahkan tamu-tamunya menikmati acara ini sambil mencicipi semua makanan yang sudah dihidangkan.

"Buna,"

Areos maupun Alena sontak menunduk melihat anak kecil yang sudah blepotan akibat memakan es-krim.

Wanita itu geleng-geleng kepala, "Ayo, Bunda bersihin." ajaknya lalu berlalu pergi.

Sesaat setelah Alena pergi dari arah pintu, terlihat satu kelurga dengan senyuman bahagiannya berjalan masuk sambil bersalaman dengan rekan kerja lainnya.

Areos menyeringai kemudian menghampiri mereka. "Pak Areos," sapa pria paruh baya itu menjabat tangan Areos kemudian memeluknya singkat.

"Terimakasi karena sudah hadir," ucap Areos menunjukan senyum tipis.

Pria itu tertawa kecil, "Suatu kehormatan besar karena diundang oleh anda Pak." katanya dengan senang.

Areos berjalan menaiki podium dengan penuh wibawa. Berdiri menatap semua rekan kerjanya dengan mix yang ia pegang.

"Terimakasi banyak karena sudah hadir diacara ini. Kali ini tidak seperti biasa dimana saya mengadakan acara hanya seputar pekerjaan atau peresmian apapun. Diacara ini yang sangat spesial saya akan memperkenalkan pada kalian semua Istri dan anak-anak saya." ucap Areos lalu disambut tepuk tangan meriah.

Pria berkacamata berbalut jas navy menoleh pada Istrinya. "Mah, nanti kamu deketin Istrinya. Siapa tau kita bisa kerjasama sama perusahaannya yang besar." katanya.

Gadis berusia 17 tahun disamping Pria itu berdecak. "Modus bisnis nih," Pria yang diyakini Ayahnya itu langsung terkekeh kecil.

"Buat memperbesar perusahaan kita sayangg," balasnya lembut.

"Oke, tidak perlu tunggu lama lagi. Ini dia, Istri dan anak-anak saya yang sangat berharga."

Alena berjalan paling depan dengan Ziana dibelakang sambil menuntun Afzar. Suara tepuk tangan menyambut mereka bertiga. Areos menghampiri Alena lalu membantunya menaiki tangga.

Ziana tersenyum malu setelah berada diatas panggung dengan semua orang penting yang menatapnya. Sialan! lihatlah apalagi Leon yang menatapnya lekat sambil berjongkok dan menangkup kedua pipinya. Persis seperti bocah!

"Dia Alena Dwi putri Arifin. Istri saya." perkenalkannya. Alena tersenyum hangat, lalu tatapannya bertemu dengan sosok Pria yang sangat familiar. Seketika dia langsung menoleh pada Ziana yang ada disampingnya masih tersenyum manis.

"Zia," panggil Alena pelan.

Ziana menoleh. "Apa sekarang bagian aku?" tanya Ziana. "Aku udah gak sabar, ngomong dihadapan semua kolega bisnis." imbuhnya.

Areos terkekeh pelan lalu menggenggam tangan Ziana. "Dia putri pertama saya. Ziana Qalisya Arifin dan dia Afzar Orgio Arifin putra kedua saya." ucapnya lalu mendapat tepuk tangan meriah.

Ziana terseyum manis. "Pertama, aku mau ngucapin kepada semua Om dan Tante karena sudah berkenan hadir diacara ini." ucapnya.

Kini gadis itu menatap Areos lekat. "Aku gak tau lagi harus bilang apa, yang pasti…terimakasi, karena sudah menerima aku dan juga Mamah…Papah." ucap Ziana tulus dari lubuk hati yang paling dalam.

Areos tertegun mendengar kata terakhir yang Ziana ucapkan padanya. Papah! dia tersenyum lega akhirnya Ziana benar-benar sudah menerimanya.

"Terimakasi karena sudah berusaha membuktikan bahwa Papah benar-benar tulus sayang sama aku dan Mamah…" ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

"Zia sayang Papah."

Areos langsung memeluk anaknya. Ziana tidak menyangka dirinya akan se-emosional ini. Areos benar-benar membuktikan bahwa dirinya memang tulus menyayangi Alena dan dirinya. Kini kebahagian yang dulu hilang telah kembali lagi.

Areos mencium singkat kening Ziana. "Terimakasi sudah memanggil Papah untuk yang pertama kalinya." bisik Areos.

Semua orang bertepuk tangan menyaksikan keluarga kecil ini. Tak banyak orang yang berbisik-bisik kala melihat Ziana yang sangat cantik.

"Atu ndak ditium? Papa dahat. cetayang tayangna ama tata." ucap bocah itu sedikit merajuk.

Yang mendengar penuturan Afzar langsung tertawa. Areos melepaskan pelukannya lalu menggendong putra kecilnya kemudian menghujaminya dengan ciuman.

"Ini Papah atu tama tata. talian danang ili!" ucapan Afzar lagi-lagi membuat semua orang tertawa. Tak banyak dari mereka yang tidak mengerti namun tetap tertawa karena merasa Afzar sangatlah menggemaskan.


Nah, nah mulai gak jelas nih cerita. Udah ngalor ngidul, hiks.

Tapi gapapa.

Vote dulu yuk!

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang