D u a p u l u h e m p a t

229 35 0
                                    

"Clau, apa bedanya lo sama jam 10 pagi?" tanya Delvin bersiap akan menggombali Claudia.

Claudia menatap sekilas pada Novita yang ada disebelahnya. "Mau ngegombal lo?" tanya Claudia dengan sewot.

Delvin tersenyum geli. "Kalo jam 10 pagi itu kesiangan, kalo lo itu kesayangan, aaa!"

Claudia tertawa melihat ekspresi menggemaskan Delvin. Cowo itu bisa saja! perlu diingat, Claudia tidak pernah sekalipun merasa baper oleh gombalan atau perkataan Delvin. Dia bukan tipenya!

"Bisa aje lo kutu aer!" desis Novita.

Delvin menatap sinis kearah Novita. "Sirik aja lo! mau digombalin juga haa? sini gue gombalin pake bahasa Arab!" ucapnya pada Novita.

"Innalilahi wainna ilaihi rajiun!" Delvin maupun Claudian tertawa terbahak-bahak.

Novita mengerucutkan bibir. Nasib memiliki wajah pas-pasan begini amat! alih-alih berharap mendapat gombalan maut yang membuat jantung berdebar oleh cowo tampan itu, malah menjadi bahan tertawaan!

Delvin menatap Claudia. "Clau pacaran yuk!" ajaknya.

"Kalo gue tolak gimana?" tanya Claudia dengan smiriknya.

Delvin terkekeh. "Mati satu tumbuh seribu! lo nolak, masih ada Amel, Cahya, Zafira!" jawabnya santai.

Claudia menepuk-nepuk paha Delvin sambil geleng-geleng kepala. Jangan kira Claudia tidak tahu dengan nama cewe yang disebut Delvin. Mereka ialah kakak kelas cantik dan seksayy!

"Gila sih, pilihan lo cantik semua," ucap Claudia takjub.

Delvin bukanlah playboy sejati, bukan! dia hanya seorang cowo pemilih, gampang ilfil dan juga gampang bosan.

Delvin terkekeh, "Yoi!"

Tak lama Gibran datang menghampiri mereka, "Vin, ayo cabut! Leon udah duluan," ucap Gibran yang diangguki semangat oleh Delvin.

Resa yang berada disamping Gibran berdiri langsung menatap tajam sambil mendongak kearah cowo itu.

"Jam kesatu ada jam kedua hilang, masuk lagi pelajaran terakhir! seenak jidat aja lo masuk kelas!" sewotnya.

Keempatnya menoleh kearah Resa. "Suka-suka gue lah!" balasnya.

Resa mendelik. Novita menimpali. "Emang gak ada kasian-kasiannya lo sama emak sendiri!"

Gibran menyilangkan kaki dengan satu tangan bertumpu pada meja. "Emak gue aja gak kasian sama gue! udahlah sekarang lo aja yang jadi emak gue, gimana?" ucap Gibran sambil melihat Delvin lalu tertawa.

Resa memukul paha cowo itu lumayan keras, "Gue bilangin Tante Gina, mampus lo!" ancam Resa.

Tak heran jika Resa mengetahui keluarga Gibran, kedua orang tuanya bersahabat baik. Tak jarang Tante Gina atau Ibunya Gibran selalu mengajaknya untuk berkunjung kerumahnya.

Gibran melebarkan mata. Resa bukan tipe cewe yang suka berbohong dengan ucapannya. Terakhir kali Gibran hampir diusir oleh Ibunya karena Resa mengadu karena Gibran membuang bekal yang diberikan Ibunya. Bukan apa-apa, tapi please! Gibran sudah dewasa dan laki banget, masa harus membawa bekal nasi goreng dengan wadah berwarna merah muda! Astaga, bisa-bisa seisi kelas menertawakannya.

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang