Ziana meneguk botol aqua untuk yang ketiga kalinya hingga tandas. Wajahnya memerah dengan keringat bercucuran deru nafasnya pun tak beraturan. Kaki yang semula tampak baik-baik saja kini lemas, bahkan sekarang Ziana enggan untuk pulang dan hanya ingin terduduk dibawah pohon sambil selonjoran.
Dihadapannya kini ada Leon yang tengah menatapnya sambil terkekeh kecil.
"Gila, tadi aku hebat banget kan ya, lari dari UKS ke lantai dua abis tuh balik lagi ke lapangan." katanya dengan takjub.
Leon tertawa. "Kalo khawatir sama aku bilang aja kali,"
Ziana membuang muka. "Enak aja, tadi aku nyamperin ke UKS cuman numpang lewat doangan. yakali khawatir, orang gak kenapa-napa juga." balasnya acuh.
Gengsinya terlalu tinggi, jika ia jujur, bisa jadi cowo dihadapannya ini akan meledek dirinya.
Leon tak menjawab. Dia mengetahui Ziana berbohong. Cowo itu memilih duduk disamping Ziana sambil menatap cewe itu dari samping.
"Apaan liatin aku kek gitu? aku cantik ya? udah dari lahir," ucap Ziana dengan percaya dirinya.
"Iya, kamu cantik kaya itik," balasnya disertai tawa.
Ziana menggeplak kepala cowo itu sehingga membuat empunya meringis sakit.
"Anjir sakit!" umpatnya sambil mengelus kepala yang tadi kena geplak Ziana.
"Rasain! makannya jangan nyamain bidadari yang cantik ini sama itik," balasnya setengah kesal.
Leon berlaga seperti orang yang ingin muntah ketika mendengar pernyataan Ziana. "Bidadari jatuh dari pohon jambu yang banyak ulet bulunya," katanya lalu kembali tertawa.
Ziana mengerucutkan bibir. "Yang penting bidadari," ucapnya.
"Pede banget jadi orang,"
Ziana mengibaskan rambut panjangnya. "Bukan pede nih ya, tapi maaf-maaf aja aku emang cantik." balasnya.
Leon mengakui itu. Ziana memang cantik dari sisi manapun. Setahunya banyak cowo yang selalu mendekatinya bahkan ada yang terang-terangan menyatakan perasaannya pada Ziana. Temasuk dirinya. Namun, Ziana selalu menolaknya. Karena apa? tentu saja alasannya adalah Faza Elbarack Hersey Addison. Setiap kali Ziana ditembak oleh seseorang dia selalu meminta pendapat Bara. Ya…tentu saja cowo itu mana mungkin menyetujuinya. Bara tak pernah mengizinkan Ziana untuk berpacaran dan dekat dengan laki-laki manapun kecuali dirinya. Memang si bangsat Bara egois!
Leon mendesis kesal kala mengingat Bara! untung saja sekarang Ziana menjadi miliknya.
"Kamu lagi mikir kalo emang aku itu cantik kan?" tuduh Ziana sambil memicingkan mata dan tertawa pelan.
Leon tersadar dari lamunannya, dia lalu menatap Ziana. Dan menetralkan wajahnya yang terlihat kesal.
"Iya, kamu cantik." katanya dengan tulus.
Jantung gadis itu langsung berpacu begitu cepat kala mendengar kalimat pujian dengan suara bariton yang lembut dan terdengar merdu dari mulut Leon.
"Lah anjir! kok baper? jantung gue juga kenapa nih deg degan. Ini kek diterbangin sampe ke angkasa-" Ziana tak melanjutkan bicara dalam hatinya ketika Leon mengucapkan sesuatu yang membuatnya tertohok.
"Kalo diliat dari lubang sedotan," lanjutnya lalu terbahak.
"Lalu dia jatuhin gue kedasar sungai yang amat dalam! cowo biadap! tukang nerbangin abis itu ngejatuhin! goblog, bodoh, tolol! temennya monyet!" umpatnya dalem hati sambil mengepalkan tangan juga menatap tajam kearah Leon yang sedang terbahak.
Ziana bangkit dari duduknya dengan perasaan dongkol. "Dasar kembaran Mas-Mas tukang jualan cangcimen!" umpat Ziana lalu bangkit untuk keluar dari pekarangan sekolah.
Leon yang disebut kembaran tukang cangcimen langsung menghentikan tawanya. Dia menggeram kesal tak terima disamakan seperti itu. Dari sisi manapun dirinya lah yang paling tampan.
"Enak bener kalo ngomong! tukang cangcimen sama aku? gantengan aku kemana-mana lah Zi!" teriak Leon yang tak digubris oleh Ziana.
Leon membawa tas gadis itu lalu berlari menyusulnya.
"Goblog amat anaknya Pak Gofar!" gerutu Ziana sambil berjalan kearah halte bus. "Cewe cantik gini dibilang kek itik! gue emang beneran cantik!" katanya masih menggerutu kesal dan menghentak-hentakan kakinya.
"Pake bilang gue cantik kalo diliat dari lubang sedotan lagi! Pake kaca pembesar juga gue udah cantik banget cuman kur-" Ziana menghentikan aksi menggerutunya ketika melihat pemandangan mengejutkan didepannya.
Ziana membulatkan matanya lalu menutup mulutnya kaget. Dia mundur kebelakang perlahan.
Ziana terkejut karena melihat pemandangan tak mengenakan dihadapannya. Entah sepasang suami istri, sepasang kekasih atau apalah itu. Mereka terlihat dekat, bahkan Pria berumur itu semakin mengikis jarak dengan Wanita paruh baya seusia Mamahnya.
Sialan! Ziana mengumpat dalam hati, bisa-bisanya orang tua dihadapannya ini akan berciuman dihadapan bocah kecil yang masih suci dengan otak dan pikiran tidak pernah ditanami dengan benih ples-ples sekalipun. Dasar tak tahu malu! mana ditempat umum lagi!
"Jangan~" lirih Wanita itu dengan nada memohon.
Gadis yang masih menggunakan seragam itu melebarkan matanya, lirihan ketakutan itu? jangan-jangan… ini adalah pelecehan. Dasar Pria tua! Ziana kira dia sepasang suami atau kekasih nyatanya… ini tidak bisa dibiarkan!
"Om!"
Kedua orang dewasa itu langsung menolehkan pandangannya pada Ziana. Mereka nampak terkejut, mungkin karena tak menyadari keberadaan Ziana disana.
Ziana berjalan dengan langkah cepat lalu menarik pergelangan tangan wanita itu. Kemudian memyembunyikannya dibelakang punggung Ziana. Ziana tak peduli jika akan dimarahi oleh om-om mesum yang ada dihadapannya karena berani mengganggunya. Tapi, satu hal yang dilakukan Ziana memang benar, dia melindungi Tante ini dari om-om genit yang akan melecehkannya.
"Om, mau lecehin tante ini kan?" tuduh Ziana dengan menggebu-gebu. "Dasar Om-Om genit! gatau tempat, gatau malu lagi!" ucap Ziana dengan nada marahnya.
Pria itu masih terlihat tenang tanpa terganggu dengan tuduhan Ziana sekalipun.
"Pergi dari sini!" usir Ziana akhirnya yang membuat Pria itu langsung membuka pintu mobilnya. Namun sebelum masuk, dia sempat melihat kearah Wanita yang ada dibelakang Ziana.
"Apa ngeliatin tante ini?!" bentak Ziana. "Mau nandain mukanya? atau mau nemuin dia lagi nanti haa? bukannya saya mau ikut campur, tapi kelakuan Om itu sudah gak bisa ditolerir, pake segala mau ngelecehin, jangan bilang kalo aku budek ya. Jelas aku ngedenger tante ini mohon-mohon tapi seolah Om itu menutup telinga! aku do'ain semoga budek beneran!" teriak Ziana marah.
"Bukan mau nasehatin atau apa juga, hargai wanita! apalagi Om itu seperti orang penting dan terdidik," ucap Ziana sambil melihat pakaian rapi yang dipakai Pria itu. "Kelakuan seperti tadi itu tak pantas, Dasar laki-laki hidung belang!" bentaknya. "Pergi dari sini! pergi!" usir Ziana.
Pria berumur tadi yang masih terlihat tenang, bahkan wajahnya tak bereaksi apapun kini masuk kedalam mobil lalu melajukan kendaraannya.
Ziana berbalik menghadap Wanita paruh baya itu, "Tente gapapa?" tanya Ziana perhatian.
Wanita itu menggeleng cepat, "Makasih ya," katanya dengan senyuman menghiasi bibirnya. "Kamu berani banget," lanjutnya seakan bangga.
Ziana terdiam, "Aku benci sama banget deh! udah tua bukannya tobat malah kek gitu! heuh, rasanya pengen jambak aja tuh rambutnya. Pake so cool segala lagi Bapak-Bapaknya, dih najis banget!" gerutu Ziana yang tak sadar bahwa Wanita paruh baya itu sudah tak berada ditempatnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Leon King! [SELESAI]
Teen FictionGanti judul. Ganti cover. Ziana mencintai Bara sahabat kecilnya. Namun sepertinya, cintanya akan terus bertepuk sebelah tangan karena Bara sudah menyatakan perasaannya pada Vika Arabella si murid baru. Disisi lain ada Leonardo, cowo ngeselin sedunia...