T i g a p u l u h s a t u

254 45 9
                                    

Sedang asik berjalan sambil bersenandung kecil, tiba-tiba saja ada orang yang berani menyeret tubuhnya hingga terpentok tembok ruangan lab.

Ziana mendongak siap memarahi. Namun urung kala orang itu ialah Bara.

Ziana mendorong kasar dada bidang cowo itu agar sedikit menjauh. "Ngapain lo?" tanyanya dengan judes.

Bolehkah Ziana berharap? Dia masih menginginkan persahabatannya dengan Bara. Semoga saja sekarang ini dia akan meminta maaf kepadanya dan kembali berteman.

"Zi, gue mohon banget sama lo…jangan sampe lo kasih tau Vika soal Ayahnya."

Berharap pada manusia memang menyakitkan! apalagi pada cowo setan seperti Bara.

Ziana tersenyum sinis, dadanya sesak. Bara memang sejahat ini sekarang padanya hanya karena Vika si gadis sialan itu.

"Siapa elo ngatur-ngatur?" tanyanya sinis. "Kalo gue ngasih tau sekalipun sama pacar lo itu, terserah gue! suka-suka gue, hidup-hidup gue!" imbuhnya.

Bara menunjukan wajah memelas, membuat Ziana jijik. "Gue mohon Zi, demi gue."

Ziana tertawa hambar. "Demi lo," beonya. "Kita bukan teman ataupun semacamnya lagi, tolong ingat itu!" tajamnya.

Ziana melipat kedua tangannya didada. "Gue gak sebaik itu ngebiarin orang bahagia diatas penderitaan gue!" tajamnya.

Ziana membenarkan kerah kemeja milik Bara. "Lo tau sifat gue yang asli kan?" tanyanya dengan nada lembut. "Pendendam!" imbuhnya lalu melengos pergi.

oOo

"Sori Vik, gue mau sebangku sama Claudia. Lo bisa sama Novita." ucap Ziana dengan wajah datar.

Semua mata langsung memandang kearah Ziana dan Vika. Terlihat dari wajah semua orang terkejut sekaligus heran.

Vika tersenyum canggung, dia merasa Ziana sangat berbeda kepadanya. Salahnya apa?

"Gak ada masalah apapun. Tapi, gue pengen bangku sama Cladia aja. Kalo lo keberatan it's okay, no problem." ucap Ziana seolah menjawab pikirannya.

Vika bangkit lalu tersenyum manis. "Gapapa kok Zi, semua orang pasti punya rasa bosan kan," katanya lalu mengambil tas dan pergi ke bangku Novita.

Ziana menatap tajam semua mata yang memandang kearahnya. "Gosipin aja gue! biar dosa gue melebur." ucapnya lalu tersenyum manis pada Bara.

Leon dan kedua temannya masuk kedalam kelas sambil bercanda.

"Kabar lo gimana bro?" tanya Leon pada Bara yang tengah fokus pada ponselnya.

Bara mendelik tajam pada Leon, Gibran yang melihat itupun langsung nyeletuk. "Wess, wajah lo Bar, kek cewe lagi PMS." tawa ketiganya pecah membuat Bara mengepalkan tangannya marah.

"Jangan diambil hati, anggap aja bener yang tadi." cetus Delvin yang lagi-lagi membuat ketiganya tertawa.

Leon berhenti disamping bangku Ziana. "Zi, lo mau jajan gak?" tanyanya.

Ziana yang sedang mengobrol dengan Claudia sontak mendongak menatap Leon yang lebih tinggi dari posisinya.

Bibirnya manyun, seolah tahu cowo itu sedang membujuknya. Tapi, Ziana tidak semudah itu untuk memaafkannya.

"Gak!"

Leon berjongkok sambil menggoyang-goyangkan tangan Ziana. "Maafin gue Zi, maafin." ucapnya dengan nada memelas.

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang