E m p a t p u l u h s a t u

210 43 11
                                    

50 komentar yuk bisa yuk!

'apa benar itu anak angkatnya Pak Areos? saya tidak menyangka.'

'Gadis itu terlihat anggun diluar namun ternyata liar'

'Niat hati akan menjodohkan dengan anak saya. Untung saja tidak jadi.'

'Ada gosip katanya ada perusahaan sudah membatalkan kerjasamanya dengan Pak Areos, hanya karena masalah anaknya'

'Malang sekali nasibnya.'

Entah siapa yang menyebar luaskan foto itu, sehingga orang kantor langsung bergosip ria mengenai kelakuan buruk Ziana. Padahal itu bukanlah Ziana.

Alena bergerak gelisah sambil menyuapi Afzar yang tengah bermain didalam ruangan Areos.

Pintu terbuka menampakan Om Sen. Dia menunduk memberi hormat lalu menyerahkan bukti yang berhasil ia bawa. Areos dengan cepat membuka bahkan disana terlihat ada satu plashdise.

Brakk. Pria itu menggebrak meja lalu mengepalkan tangannya penuh amarah.

"Bawa dia kesini!" perintahnya.

oOo

Seorang gadis turun dari mobil memasuki pekarangan sekolah dengan satu piala ditangannya. Murid yang berlalu lalang tampak tak memuji seperti biasanya ketika Ziana memenangkan olimpiade. Dia berjalan sangat santai tanpa memperdulikan tatapan menjijikan dari orang lain.

'Murahan banget. Gak bersyukur sih punya si Leon.'

Ziana menoleh kearah sumber suara orang berbisik namun masih terdengar jelas olehnya.

Matanya menajam. "Heh Kak Fitri! emang gue gatau gitu kemarin lo ciuman dibelakang sekolah sama si Jafar! bukannya itu murahan juga?"

Skakmat! Kakak Kelas bernama Fitri itu langsung ketar ketir ditempat karena Ziana membuka aibnya.

Ziana lalu menatap salah satu siswi bernama Elsa. "Lo juga sama murahannya sering pamer-pamer paha ke cowo Elsa!" sarkasnya lalu melengos pergi.

Murid laki-laki yang berada disana langsung berdecak kagum pada Ziana. Dia sangat keren!

"Waduhhh, jagoan kita menang lagi nich." ucapan menggelegar Novita mampu membuat Ziana memutar bola matanya malas.

"Traktir dong bebes!" ucap Claudia heboh.

Ziana menyimpan pialanya dimeja lalu menatap kedua temannya. "Lo gak heboh ngatain gue murahan." ucap Ziana heran.

Claudia maupun Novita saling tatap. "Bukannya seneng ada orang yang percaya, ehh…lo malah pengen kita ngatain murahan." balas Novita tak habis pikir.

"Lagian ya, kita sebagai teman sejati percaya banget sama lo. Gak mungkin lo ngelakuin itu." ucap Claudia yakin.

Novita mengangguk setuju lalu menambahkan. "Soalnya kan kita tau hubungan lo sama Bara gak baik, gak mungkin lo nyamperin dia."

Ziana kembali menampakan raut heran. "Oh ya, kenapa lo gak nanya soal hubungan gue sama Bara?"

"Soalnya Leon ngancem se-kelas buat gak nyinggung soal ini." Novita langsung menutup mulutnya karena keceplosan.

Ngomong-ngomong soal Leon…kemana cowo itu tak terlihat batang hidungnya?

Kedua tangan Bara mengepal keras, urat-urat nadinya terlihat begitu kentara bahwa kemarahannya sedang berada diujung tanduk. Nafasnya memburu hebat, keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya. Wajahnya penuh lebam akibat terkena pukulan beberapa kali dari lawannya. Matanya kini menajam menatap cowo yang ada dihadapannya yang masih tampak santai walaupun wajahnya sama-sama lebam juga sudut bibir berdarah.

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang