E m p a t p u l u h

222 44 12
                                    

Suara balpoin yang diketuk-ketukan kemeja membuat gadis yang tengah fokus pada selembaran kertas dipenuhi soal matematika itu berdecak kesal pada si pelaku yang terus saja mengganggunya.

"Leon! bisa diem gak sih!" gerutunya kesal.

Leon menghentikan aktifitasnya lalu menangkup kedua pipinya sambil menatap Ziana.

"Zia lo gak bosen apa ngerjain itu," tunjuknya pada soal matematika yang hampir selesai ia jawab.

Ziana kembali mengerjakan satu soal terakhir. "Enggak. Abis ini lo harus kerjain soal yang gue kasih." ucap Ziana terdengar tidak ingin dibantah.

Leon tersenyum geli. "Pasti mau ngasih soal matematika yang hasilnya i love you kan?" godanya sambil mencolek-colek pipi Ziana.

Gadis itu berdecak sebal. "Idih, yakali. jangan berharap lo!" timpalnya.

Leon cemberut. "Zia gue mau nanya sama lo," ucap Leon akhirnya dengan wajah serius.

Ziana menaikan satu alisnya. "Sebenernya lo suka gak sih sama gue?" tanya Leon.

"Enggak! lo itu nyebelin, keras kepala, sok jago, sok keren!"

Leon mendengus kasar. "Jadi cuman gue ya yang cinta sama lo," gumamnya kemudian menutup wajahnya dengan tangannya.

"Gue capek hidup kayak gini! mau jadi ikan cupang aja!" katanya lalu menatap Ziana dengan wajah kacaunya.

Jari telunjuknya menunjuk Ziana dengan mata memicing sebal. "I wanna be ikan cupang, no study, no stress, just blubuk-blubuk!" lanjutnya lalu berdiri.

"Kenapa dari sekian banyak ikan, lo pilih ikan cupang?" Ziana malah bertanya pada Leon dengan wajah polosnya.

Leon menghembuskan nafas kasar. "Karena gue cinta ama lo! tapi elo gak cinta sama gue! yaudah lah, gue pergi!"

Ngawur!

Leon benar-benar pergi keluar dari perpustakaan meninggalkan Ziana yang terdiam.

Gadis itu dengan cepat membereskan peralatan menulisnya lalu menyusul Leon keluar. Ziana akui dia memang sudah jatuh cinta pada Leon. Ditinggal barang sedikit saja rasanya tidak ingin. Walaupun cowo itu menyebalkan tapi tetap saja ngangenin.

Sial! Leon sudah tidak terlihat lagi. Ziana buru-buru berlari menuju kelas untuk menemui cowo itu.

"Ziana!" suara keras terdengar membentak dengan penuh emosi dari belakang sana memanggilnya.

Ziana menoleh, dengan sebagian murid yang ikut menatap gadis yang memanggil Ziana.

Vika. Gadis itu yang memanggilnya. Lihat kondisinya sangat kacau. Matanya memerah seperti habis menangis.

Setelah sampai dihadapan Ziana, tanpa aba-aba Vika langsung menampar pipi gadis itu.

Plak.

Satu tamparan lolos Vika layangkan pada pipi mulus Ziana hingga membuat si empunya tertoleh. Murid yang berada disana langsung melebarkan mata dengan perasaan terkejut.

"Maksud foto ini apa?!" tanyanya sambil membentak dan menunjukan satu foto dilayar handpone-nya.

Ziana melihat foto itu dengan seksama. Foto Bara yang sedang tertidur telanjang dada dengan cewe yang memakai dress memeluk tubuh polos Bara. Sial! wajah cewe itu tidak terlihat jelas.

Ziana mengernyit, dari perawakannya cewe itu seperti—Ah, tidak mungkin!

Tapi… apa maksud Vika menampar dirinya?

"Maksud lo?" tanya Ziana yang tak mengerti.

"Jangan pura-pura bodoh lo! cewe yang ada difoto ini elo kan haa?!"

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang