T u j u h

270 53 2
                                    

"Lo semua tahu gak?" tanya Novita memulai acara gibah bersama ketiga temannya.

"Apa," serempak ketiganya berkata seperti itu.

"Si, Kesya Kakak kelas kita, tekdung." beritahu Novita dengan raut seriusnya.

"Eh, dia kan yang pendiem itu kan? yang kerjaannya itu nunduk mulu," ucap Claudia yang diangguki oleh Novita.

"Sayang banget gak sih, padahal kelas XII bentar lagi ujian, dia malah hamil." ujar Ziana seolah iba.

Claudia menatap cermin kecil yang ia pegang, dia tak pernah lepas dari cermin itu asal kalian tahu.

"Gue juga kadang sering liat dia di hotel," beritahunya.

Novita memelototkan mata, "Demi apa?" katanya kaget.

"Bentar, lo ngapain dihotel?" tanya Ziana penasaran.

"Main aja si, buat foto-foto dicermin yakali ngelonet," balas Claudia.

"Mau apa Kesya disana?" tanya Resa sambil memiringkan kepalanya.

Ziana dan Claudia saling tatap lalu kembali menatap Resa yang masih memiringkan kepala.

"Ya mau anu lah anjir! gitu aja pake nanya!" sewot Novita dengan nada kesal.

"Makannya jangan miringin kepala, otak lo ngikut miring juga kan," ucap Claudia.

"Lah, bisa aja masuk hotel sama om-om diajarin ngaji," balas Resa.

Ziana, Claudia, dan Novita saling menatap satu sama lain.

"Anak goblog! mana mungkin kalo diajarin ngaji bisa ngasilin benih anjir!" teriak Novita dihadapan muka Resa.

Resa sudah membuka mulut untuk berbicara, namun kembali mengatupkan bibir karna Novita sudah mendahuluinya.

"Pasti mau nanya benih? hamil maksud gue. dalam perutnya ada manusia. paham lo?!" teriaknya kesal.

"Dih, orang gue ngerti," ucap Resa sambil mendelik kearah Novita.

"Res, Res. gue tau pembagian kegoblogan itu gratis. ya, tapi jangan dipungut semua dong!" teriak Ziana.

"Weh, pada gibah nih!" ucap Leon tiba-tiba sambil menghampiri keempat gadis itu.

"Saya tidak pernah gibah, saya hanya melakukan studi kualitatif mengenai perilaku manusia menggunakan metode focused group discussion," balas Ziana diiringi tawa ketiga temannya.

"Sama ajalah sayang," balas Leon dengan nada genit.

Leon duduk disebelah Ziana lalu menatap gadis itu dengan tatapan meneduhkan.

"Apaansi ngeliatin gue?" tanya Ziana.

"Suka sama lo kali Zi," timpal Novita.

"Diem lo, kutu aer."

"Lo cantik Zi," puji Leon.

"Iya lah kan cewe," balas Ziana jutek.

Cewe mana sih yang gak seneng dibilang cantik dengan suara lembut, apalagi sama yang ganteng. cewe mana coba?

"Gausah jutek-jutek, ntar lo suka sama gue." ucap Leon lalu meletakan kepalanya dipundak Ziana.

"Amit-amit gue suka sama lo!"

"Yah, malah romantisan. diamuk sama Bara tau rasa lo," ucap Claudia.

"Bara siapanya Zia? orang dia juga lagi pdkt sama Vika." balas Leon yang membuat Ziana mengalihkan tatapannya kearah Bara yang sedang tertawa dengan Vika.

"Ayo ah pergii," ajak Novita lalu semuanya bangkit menyisakan Leon dengan Ziana.

"Le, awas dong!" pekik Ziana. "Lagian lo nyender ditembok aja kali gak usah dibahu gue!" pekik Ziana.

"Bentar doang Zi, kepala gue pusing banget." adu Leon.

Leon tak berbohong soal kepalanya yang sakit, dari istirahat entah mengapa kepalanya seperti ditusuk-tusuk oleh jarum.

Ziana meletakan tangannya kearah dahi Leon, "Lo sakit? Anget banget badan lo gilaa," ucap Ziana.

"Heh! apa-apaan ini main nyender-nyenderan!" teriak Bara sambil menghampiri Ziana dan Leon.

"Awas lo Leon  minggir!" usirnya.

"Berisik! lo daritadi ngobrol berdua sama Vika, Ziana gak berisik!" ucap Leon dengan tajam lalu bangkit dan pergi kemudiam menelengkupkan kepalanya diatas meja.

oOo

"Bang, tadi Egel sama temen-temen dicegat sama kelas 3, dia ngajakin berantem. plis bang, besok abang marahin tuh anak kelas 3 gegara ganggu aku sama temen-temen," cerita Egel lalu duduk disebelah Leon yang sedang menonton tv.

"Anak mana?" tanya Leon yang masih fokus kedepan.

"Anak bapak-ibu," jawab Egel.

"Orang mana?" tanya Leon lagi tanpa menatap Egel.

"Orang utan," balasnya.

"Rumahnya mana?" lagi-lagi Leon masih fokus kedepan melihat sinetron kesukaannya.

"Nggak dibawa,"

Setelah Egel mengucapkan itu, sinetronnya selesai. Leon langsung berdiri dengan sekali hentakan.

"Bangsat amat! berantem aja yu!" teriak Leon sambil mencengkaram baju Egel.

"Mamah!!" teriak Egel sontak saja Bara langsung melepaskan cengkraman itu.

Sintia berjalan menghampiri kedua putranya sambil membawa spatula.

"Bisa gak sih Leon, gausah jailin adik kamu!" bentak Karina.

"Dih mamah, orang kita berdua lagi akting sinetron yang culik-culikan. iya kan dek?" tanya Leon sambil merangkul Egel.

"Lo kalo ga bilang iya, gue gabakal bantuin lo ngelabrak yang nyegat itu," ancam Leon dengan berbisik. lalu menoleh kearah Karina dan tersenyum.

"Apa bisik-bisik!" bentak Karina curiga.

"Iya, Mah kita tadi lagi akting," ujar Egel dengan cengirannya.

"Eh, Mah bau gosong," ucap Leon berbohong padahal ia ingin segera Mamahnya pergi dari sini.

Karina berteriak histeris lalu buru-buru berlari ke dapur.

Leon menatap Mamahnya berlari panik, padahal tidak harus seperti itu karna didapur pasti ada ART. emang dasar ya emak-emak!

"Bener ya, abang bakal bantuin Egel nanti?" tanya Egel memastikan.

Leon tersenyum miring, "Amit-amit dah gue bantuin lo, yang ada gue bakal bela yang nyegat lo daripada lo sendiri," ucap Leon dengan teganya lalu tertawa.

Nafas Egel memburu, hidungnya kembang-kempis menahan amarah.

"Abang goblog! gada otaknya, pengen banget Egel VOC-in!!!" teriak Egel dengan kesal.

VOC? Leon tertawa keras, ulah adiknya ini.

"VOC lo kira mau transaksi rempah-rempah…" ucap Leon disela tawanya.

Egel menggaruk tengkuknya, dia bingung mengapa abangnya tertawa terpingkal-pingkal seperti itu. apakah ada yang lucu dari perkataannya.

"VOC, bayar langsung dijajah…" kata Leon bernada yang masih tertawa sambil memegangi perutnya yang sakit.

"COD anjir, COD! dasar anak pungut," lanjutnya sambil mengusap air mata yang keluar disudut matanya.

Setelah mendengar jawaban Leon, Egel terlihat malu sendiri lalu perlahan mundur dan berlari naik keatas tangga.

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang