E m p a t p u l u h t i g a

193 49 7
                                    

Pemuda jangkung bertubuh kekar dengan lebam diwajahnya kini berjalan masuk ke dalam rumah.

Dia celingak-celinguk untuk memastikan bahwa Karina Mamahnya sudah tidur. Mengingat jam sudah menunjukan pukul 11 malam.

Gofar keluar dari dapur sambil membawa segelas air. Dia geleng-geleng kepala melihat anaknya yang sudah babak belur.

Leon cengar-cengir tak jelas sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Tawuran dimana? menang gak nih," tanyanya.

"Menang dong, masa kalah sih," balasnya bangga.

Untung saja Gofar yang menyambutnya. Sudah dipastikan Ayahnya tidak akan marah apalagi mengadu pada Karina.

"Berantem berapa kali sih, kok lebamnya banyak banget Bang?" tanyanya penasaran.

"Sekali Yah, lawannya aja yang banyak pake bawa senjata lagi. Untung aku jago jadi ya… menanglah seperti biasanya."

Gofar mangut-mangut. "Yaudah cepetan bersih-bersih obatin luka kamu. nanti ketauan Mamah lagi."

Leon langsung hormat pada Gofar. "Siap86!" ucapnya lalu berlari menaiki anak tangga.

"Bang, tapi bener kan gak ada yang sakit? kamu baik-baik aja kan?" langkahnya terhenti oleh pertanyaan Gofar.

Dia menoleh kebawah lalu tersenyum getir ketika mengingat hubungannya dengan Ziana. Luka fisik dan luka hati. Demi apapun sakit sekali. Ingin sekali Leon memberitahu Ayahnya bahwa ia sedang tidak baik-baik saja tentang urusan cintanya. Tapi apalah daya, jempolnya sudah ia angkat tinggi-tinggi untuk memberi jawaban. Lagipula jika ia membeberkan hubungannya dengan Ziana itu terlalu berlebihan dan juga…alay!

Semua orang pernah merasakan yang namanya putus cinta bukan?

oOo


Ziana sudah rapi dengan seragam sekolahnya, matanya sedikit membengkak akibat menangisi Leon.

"Kenapa Pah?" tanyanya ketika sudah sampai dibawah dan melihat Areos tengah sibuk dengan ponselnya.

Semalam Areos ingin bertemu dengan Ziana, tapi cewe itu pura-pura tertidur. Alhasil Areos tidak tega membangunkannya.

Areos mengangkat satu alisnya kala melihat mata bengkak Ziana. Ingin bertanya namun ia urungkan. Mungkin ini masalah anak remaja, Areos tidak boleh mencampurinya. Lagipula jika ada masalah besar Ziana pasti sudah memberitahunya.

"Soal Rama Rajendra." katanya.

Ziana menghela nafas. "Pulang sekolah aku mau ketemu dia sama istri dan anaknya Pah." ucap Ziana.

Areos menggangguk sambil memasukan kedua tangannya disaku. "Oke, nanti pulang sekolah Papah jemput,"

"Aku pulang sama Le-" ucapannya terpotong kala mengingat sesuatu.

Areos mengangkat satu alisnya, menunggu Ziana berbicara. "Iya, aku dijemput Papah aja." katanya. "Aku berangkat dulu, dah Papah…" imbuhnya.

oOo

"Zia! demi apa lo putus sama Leon?!" teriak Novita dengan hebohnya kala Ziana masuk kedalam kelas.

Gadis itu mendengus kasar, mengapa beritanya cepat tersebar. Sialan!

"Katanya bukan Novita yang nyebarin Zi. gue gak percaya deh!" timpal Claudia.

Novita mendelik tajam. "Emang bukan gue! lo mah fitnah terus! emang dipenjuru sekolah ini yang suka ember gue doang apa! banyak Clau banyak!" Novita mulai nyolot sambil berkacak pinggang seperti ibu-ibu.

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang