Seorang gadis tengah berdiri diambang pintu dengan mata memerah menahan tangis. Pandangannya tertuju pada satu objek, yakni sepasang pasutri ditambah pemuda jangkung anaknya.
Ziana tampak akan kembali untuk tidak menemui mereka yang ada diruangan itu. Namun, suara Vika menghentikannya.
"Gue mohon, Zi. jangan penjarain Ayah gue…" lirihnya.
Ziana menatap iba gadis itu. Matanya sudah membengkak akibat menangisi Pria bajingan seperti Rama Rajendra.
Ziana melangkah masuk. Dia merasa seperti orang jahat yang telah menahan dua keluarga disini, padahal kenyataannya mereka yang sudah mengkhianatinya!
Dia menatap Rama Rajendra yang sengaja menunduk menghindari tatapannya. "Rasanya, satu hari-pun gak bakal cukup buat ceritain keburukan anda, tuan Rama!" tekan Ziana.
Vika menangis dipelukan Mamahnya. Dia memang sudah mengetahui semua sifat buruk Rama. Bahkan dirinya merasa bersalah atas semuanya. Terutama pada Ziana dan Alena.
Rasanya, Vika ingin menghilang karena malu atas semua tuduhan yang telah ia layangkan pada Ziana pada hari itu.
Vika menatap Ayahnya. Rama sangat kacau. Jujur saja dirinya amat sungguh menyayangi Rama. Dia segalanya bagi Vika. Disaat hidupnya berantakan, banyak orang yang membully-nya karena disebut-sebut anak haram, Rama Rajendra dengan tulusnya mengumumkan bahwa dialah Ayahnya. Dia yang menggantikan figur seorang Ayah yang tidak pernah Vika punya sebelumnya. Tapi, disisi lain Rama meninggalkan keluarganya! meninggalkan Alena dan Ziana dengan kejamnya. Merebut semua harta kekayaan Alena tanpa mau menafkahi keduanya lagi hingga Ziana kehilangan sesosok Ayah yang ia sayangi. Tapi, Vika juga anak kandungnya—bahkan Rama melakukan itu semua hanya demi Vika dan Astri Mamahnya.
Lalu, siapa yang tersakiti disini? Vika dan Astri atau Alena dan Ziana?
"Aku gak mau ngomong banyak-" gadis itu menjeda ucapannya lalu menghampiri Sintia dan Alfin. "Maafin aku Tante, Om."
Sontak penuturan Ziana membuat keduanya mendongak menatap Ziana karena posisinya mereka tengah duduk.
Sintia menggeleng, Ziana berjongkok menyamai posisinya lalu menggenggam tangan Sintia.
"Siapapun yang ada diposisi Om sama Tante pasti bakal ngelakuin hal ini. Kalian enggak salah. Kadang untuk mempertahankan sesuatu kita harus mengorbankan sesuatu juga bukan?" tanyanya lembut.
Sintia menangis tersedu dipelukan Ziana. Perusahaan Alfin waktu itu mengalami kebangkrutan. Namun, Rama memberikan setengah sahamnya pada perusahaan Alfin dengan syarat Alfin dan keluarga harus melakukan apapun yang Rama inginkan. Termasuk menjauhi keluarga Ziana dan meminta foto Bara sedang tidur dengan wanita untuk disebar luaskan dengan Ziana-lah yang akan difitnah telah tidur bersama Bara.
Ziana mengusap bercak air mata Sintia kemudian berdiri disamping Areos lalu menatapnya.
"Pah, aku gak mau penjarain siapapun. Aku cuman mau perusahaan Mamah balik lagi." ucap Ziana pada Areos.
Rama langsung mendongak menatap Ziana tak percaya. Begitupun Astri dan juga Vika.
"Jangan besar kepala, aku melakukan ini karena kasihan!" tekannya. "Lagipula, aku manusia yang masih punya hati nurani untuk mengasihani orang lain!" imbuhnya.
oOo
Gadis yang tengah termenung dihalaman rumahnya seketika mengerutkan dahi heran kala semangkuk mie ayam ada dihadapannya. Sontak saja dia mendongak melihat siapa pelakunya.
Bara. Ziana menghela nafas kemudian mengambil mie ayam itu.
Bara terlihat canggung untuk duduk bersebelahan dengan Ziana yang akhirnya dia hanya berdiri memperhatikan Ziana mengaduk mie ayam darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Leon King! [SELESAI]
Teen FictionGanti judul. Ganti cover. Ziana mencintai Bara sahabat kecilnya. Namun sepertinya, cintanya akan terus bertepuk sebelah tangan karena Bara sudah menyatakan perasaannya pada Vika Arabella si murid baru. Disisi lain ada Leonardo, cowo ngeselin sedunia...