E n a m b e l a s

240 45 7
                                    

Vika menarik nafa lalu mengangguk, "Iya, gue mau,"

Semua orang termasuk Bara langsung bersorak gembira. Bara refleks memeluk Vika saking bahagianya.

Ziana bergeming ditempat, matanya memanas menahan tangis. Mencintai seseorang yang mencintai orang lain. Perih itulah yang dirasa. Ini menyiksa!

Tiba-tiba rangkulan dipundaknya mengalihkan tatapannya.

Leon. Leon tersenyum hangat padanya. "Butuh bahu?" pertanyaan Leon tak digubris olehnya.

Leon berdecak kesal. "Gitu aja sedih, udah ayo kita ucapin selamat buat mereka." ajaknya sambil menuntun Ziana.

Ziana malas berdebat, dia hanya diam tanpa mau ikut dengan Leon. Ini menyakitkan, bisa-bisa Ziana akan menangis dihadapan orang banyak jika mengucapkan selamat pada Bara.

Leon menoleh kebelakang, "Ayo," ajaknya lagi.

Ziana menggeleng. Leon berdecak lalu memegang bahu cewe itu. "Kalo lo kayak gini malah ketahuan sedihnya." kata Leon.

Ucapan Leon ada benarnya juga. Ziana harus berpura-pura bahagia agar tak terlihat terluka.

"Ayo, gak usah iri sama mereka, kita juga kan pacaran." ujar Leon.

Ziana mendesis pelan perasaan sedihnya menghilang berganti rasa sebal pada cowo dihadapannya.

"Mata lo pacaran! ayo!" desis Ziana lalu menarik tangan kekar cowo itu.

Ziana menatap mata Vika. Ada kebahagian yang terpancar disana. "Gue ikut seneng buat lo berdua," ucap Ziana sambil meremas kuat tangan Leon.

"Iya, Zi." jawab Bara sambil mengacak gemas rambut Ziana.

Pandangan Bara tertuju pada tangan Ziana dan Leon yang saling menggenggam. Tanpa pikir panjang cowo itu melepaskan tangan keduanya dengan kasar.

"Apaan sih lo!" bentak Ziana.

"Apa maksudnya?" tanya Bara. Semua orang paham betul dengan pertanyaan itu.

Ziana mendelik tajam, Bara itu egois! "Emangnya kenapa?" tanya Ziana.

"Gatau lo Bar, maruk amat. Terserah Ziana dong, mau deket sama siapa aja," celetuk Novita.

Leon kembali menggenggam tangan Ziana. "Ziana urusan gue sekarang," ucap Leon membuka suara.

Bara mendesis pelan dengan tatapan menajam kearah Leon. "Siapa elo?" tanyanya.

"Gue pacarnya. Mau apa lo,"

Bara terdiam seribu bahasa, dia menatap Ziana meminta penjelasan, namun cewe itu enggan menatapnya.

"Gue cabut dulu, baybay!" ucap Leon lalu melangkah keluar kelas bersama Ziana.

Ziana melangkah mengikuti Leon, hingga akhirnya sekarang mereka berada di taman belakang sekolah.

Tiba-tiba tangisan cewe itu meluruh. Ziana berjongkok lalu meraung-meraung.

"Gue kira lo juga punya perasaan sama ke gue!" teriaknya.

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang