D u a p u l u h s e m b i l a n

227 42 4
                                    

Hari ini Ziana dan Leon bolos sekolah. Bukan hanya karena tidak ada baju seragam tapi mereka juga sudah kesiangan.

Kini, Leon tengah mengemudi dengan Ziana disampingnya. Tujuan mereka ialah rumah Ziana. Tadi pagi Alena sudah menelpon menyuruh Ziana untuk menemuinya di caffe. Tapi, Ziana menolak. Dia lebih baik berbicara dirumah saja.

Ziana menatap Leon, gadis itu sudah mengganti bajunya jadi memakai hoodie berwarna hitam milik Leon yang tentu saja kebesaran untuk ukuran tubuh Ziana yang kecil. Dia sangat lucu, bagaimana tidak tubuhnya tenggelam dalam hoodie itu. Tadi, Leon sempat tidak bisa berhenti tertawa melihat Ziana berpakaian seperti itu.

"Le, aku cape pacaran sama kamu. Mending kita putus aja yuk," celetuknya.

Leon menoleh dengan alis terangkat. "Kenapa cape? kita pacaran kan gak sambil lari." balasnya santai.

Ziana mendengus jengkel. "Cape, karena kelakuan kamu. Gak mau ngalah, sering bikin kesel terus geli juga sih kalo harus bilang aku-kamuan." jelasnya.

Tak masuk akal! Ziana selalu mengada-ngada!

Leon mengangguk-anggukan kepala. "Itu doang?" tanyanya.

Ziana mengangguk cepat. "Yaudah kita putus." katanya. Ziana membuka mulutnya mengatakan "wah" dengan senangnya.

"Tapi, besok kita nikah!" imbuhnya.

Raut bahagianya pudar seketika. gadis itu memutar bola matanya. Cowo ini memang sinting!

"Itu sama-"

"Mending nikah atau pacaran?" potongnya dengan cepat.

Ziana mendesis. "Gak ada pilihan lain apa!" sewotnya.

Leon menggeleng cepat. "Yaudah pacaran." katanya dengan judes. Itu pilihan terbaik daripada nikah. Dia tidak tahu Leon benar atau tidak dengan ucapannya. Tapi satu hal, dia memang sepertinya ngebet nikah!

Leon mengacak gemas puncak kepala Ziana. "Yang tadi lo sebutin itu sebagian sifat gue yang nantinya bakal dikangenin sama lo." ucap Leon. "Kalo putus beneran bakal berasa nyeselnya." imbuhnya sambil tersenyum sinis.

"Lo-" beonya.

"Tadi bilang geli kalo aku-kamuan. Gue juga selama ini nahan geli ngucapin itu."

oOo

"Zia, Mamah selama ini bener-bener gak pernah nerima uang dari Papah kamu." jelas Alena.

"Dia pasti bohongin kamu. Mamah emang tau keberadaan dia, tapi dia gak pernah ngirim uang sepeserpun ke Mamah." imbuhnya.

Ziana tampak berpikir, benar juga apa yang dikatakan Alena. Rama Rajendra kan pandai berbohong. Aishh, sial! kenapa juga dirinya termakan oleh omongan Pria tua itu. Awas saja, jika bertemu lagi Ziana akan memakinya!

Eitss, tunggu! lalu, uang banyak yang sering dikirim Alena itu dari siapa?

Ziana mencondongkan tubuhnya pada Alena. "Terus uang yang Mamah transfer belakang ini yang lumayan banyak, darimana?" tanyanya curiga.

Alena bergerak gelisah kala Ziana melontarkan pertanyaan itu. Ziana semakin curiga melihat gelagat Mamahnya.

Gadis itu terus menaik turunkan alisnya menunggu jawaban Alena. Seolah menyerah Wanita paruh baya itu menghembuskan nafas.

"Mungkin sekarang waktunya, buat ngasih tau kamu." lirih Alena.

Ziana mengernyit, perasaannya tiba-tiba tidak enak setelah Alena mengatakan itu.

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang