D u a p u l u h d e l a p a n

233 45 3
                                    

Brak!

Ziana menutup pintu mobil dengan kencang. Dengan langkah cepat dan nafas memburu dia masuk kedalam rumah minimalis yang ia tinggali.

Leon menghela nafas. Ziana sangat mudah termakan omongan orang. Leon menyipitkan mata, melihat seseorang yang ada didalam mobil hitam yang lumayan jauh didepannya. Seolah mengetahui siapa dia, Leon tersenyum lalu masuk kedalam rumah menyusul Ziana.

"Zia, gimana acaranya?" tanya Alena yang masih duduk diruang tamu sambil menonton tv. Bisa dipastikan dia sedang menunggu Ziana pulang.

Ziana setengah tak tega, akan memarahi Alena. Tapi, kekesalan dan kemarahan kini lebih menguasai dirinya.

"Aku ketemu sama Rama Rajendra!" tekan Ziana.

Alena membelalakan mata terkejut sambil menutup mulutnya.

"Si Vika itu ternyata anak sambungnya. Bara dan keluarganya juga udah tahu dari lama soal dia. Kayaknya mereka deket juga." beritahu Ziana dengan wajah datar.

Ziana mendekat pada Alena yang masih terlihat shock. "Dan Mamah tau, apa yang lebih mengejutkan…" gadis itu menggantung ucapannya.

Air matanya kembali turun tanpa diminta. Rasa sesak menggerogoti dirinya. Kesedihan berturut-turun yang mampu membuat hatinya hancur berkeping-keping dalam satu waktu. Harus menerima kenyataan telah dibohongi orang-orang terdekat memang menyakitkan!

"Selama ini Mamah menerima uang darinya!"

Alena semakin melebarkan matanya. Dia menggelengkan kepala dengan air mata yang turun dipelupuk mata.

"Mam-" belum selesai Alena berbicara Ziana sudah memotongnya.

"Mamah gak usah ngelak! aku udah curiga dari lama sama Mamah. Mamah sering neransfer aku dengan uang yang cukup banyak. Bahkan itu gak sebanding dengan gaji Mamah!" teriak Ziana.

Leon memegang pundak cewe itu, menenangkannya. "Aku tau semua ini dari Rama Rajendra!" teriaknya. "Kalo aja aku tau dari awal, aku gak akan sudi menerimanya!"

Alena tak mampu berkata-kata. "Kenapa Mamah tega bohongin aku?!" pekiknya dengan nada frustasi. "Semua orang bohongin aku, Bara dan keluarganya dan sekarang Mamah! kenapa kalian bisa setega ini? kenapa?!" racaunya lalu menjambak rambutnya sendiri.

"Aku pernah bilang, kalo gak punya gak usah maksain! aku ngerti Mah, aku ngerti!" imbuhnya sambil terisak.

Alena berjalan akan memeluk Ziana, namun dengan cepat Ziana mundur menghindar. "S-sayang apa maksud kamu?"

Ziana tak ingin mendengarkan Alena lagi. Dia berlari keluar sambil menangis.

"Zia, dengerin Mamah!" Alena berlari menyusul. Namun, Leon mencegahnya.

"Biarin Zia nenangin dirinya. Aku yang bakal jaga dia." ucap Leon serius.

Alena mengangguk. "Tante titip Zia." lirihnya.

Alena menatap nanar mobil Leon yang melaju menjauh. Biarkan saja anaknya menenangkan diri sebelum dirinya menjelaskan dan memberitahu semuanya.

Tiba-tiba Pria paruh baya berjalan masuk kepekarangan rumah Alena. Dia menghampiri Alena kemudian memeluknya.

oOo

"Ayo masuk," titahnya.

Ziana masuk kedalam apartemen yang cukup luas didominasi dengan warna putih.

"Ini apartemen kamu?" tanyanya.

Leon menutup pintu kemudian menggeleng. "Ini punya Ayah." beritahunya.

My Leon King! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang