Jangan lupa vote!🧡
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Saat ini aku dan Tama memutuskan untuk saling menerima perasaan kita. Tidak ada yang berubah. Status kita masih sama. Kita teman, tapi punya perasaan lebih satu sama lain. Didepan yang lain kita masih sama. Seperti biasa. Memang tidak berpengaruh apapun pembicaraan kemarin.
Terlebih lagi, kita baik-baik saja. Aku yang sudah merasa sedikit lega dan Tama juga merasa beban sedikit terangkat. Kita sama-sama berjanji menjaga dan menutup hubungan kita ini.
Aku teringat kata dia saat kita selesai dengan pembicaraan yang sensitif itu, Tama berkata "Kamu saat ini adalah kebahagiaanku. Mungkin sekarang impian kita sama. Tujuan kita sama. Dan mungkin kamu dan aku ingin membangun impian yang lain. Aku cuman mau, kamu jangan sedih ya, jangan nangis. Aku ngga suka lihatnya Dean".
Aku hanya mengangguk untuk jawaban. Sebisa mungkin memang aku tidak sedih, dan tidak menyalahkan diriku sendiri atas keputusan ini. Semoga aku tetap bisa menjadi orang yang egois. Dalam hal aku ingin merasakan bersama Tama sedikit lebih lama, hanya itu. Aku tidak berpikiran untuk mempunyai Tama suutuhnya. Aku masih punya hati. Hanya saja aku butuh waktu untuk nanti bisa melepaskan Tama jika memang dia tidak bisa memilihku.
Sejenak melupakan hal itu, sekarang aku ada lapangan futsal sekolah. Melihat teman sekelas ku bermain dengan kelas Wira. Aku duduk didekat lapangan, bersama dengan Meghan, Raya dan Wira. Pertandingan ini seru sekali, mungkin karena mereka menganggap ini hanya bermain biasa dengan teman. Menikmati waktu SMA dengan baik, karena sebentar lagi kita sudah tidak lagi bersama. Jadi sedih.
"Oiya, nanti kamu dateng ke pertandingan lapangan besar ngga Ray?" - Meghan
"Keknya sih dateng, si Tuah tuh minta aku dateng. Soalnya ini pertandingan pertama kalian kan?" kata Raya santai sambil memakan jajanan yang dibeli di kantin. Raya ini doyan sekali makan, kemana-mana pasti ada bawa jajanan untuk mengemil seperti ini.
"Iya ini pertama kalinya sih main lapangan besar. Setauku ya, selama ini aku ngga pernah nemenin Tara tanding lapangan besar" - Meghan
"Emang tanding sama mana sih Meg?"
"Antar sekolah, cuman ngga banyak yang ikut kok. Dan hari itu langsung selesai gitu. Cuman 4 tim kalo ngga salah" - Meghan
"Seharian dong kita disana? Berarti aku harus ada bawa cadangan baterai sama memori dong" - Raya
Iya juga ya, seharian menemani mereka tanding. Sudah terbayang betapa capeknya hari itu. Tapi tidak apa, asal bisa melihat senyum kapten, semua masalah aman. Meskipun mungkin hari itu aku akan sibuk.
Kita lanjut mengobrol banyak sambil menyemangati kelas masing-masing. Oh iya si Raya ini 1 kelas dengan Wira. Sudah lama tidak mengobrol banyak dengan Raya. Karena dia terkadang tidak ikut kumpul kalau hanya main biasa diluar. Tapi kalau pertandingan dia pasti datang. Soalnya harus diabadikan. Dia kan fotografer tim.
Setelah pertandingan selesai dan tidak tau siapa yang menang -karena mereka tidak ada yang menghitung. Main asal main saja. Kita masih dipinggir lapangan, bercerita kegiatan sekolah kita dan soal pertandingan lapangan besar nanti hari sabtu.
"Dean dateng ya? Lapangan besar nanti. Soalnya pasti kita butuh ini itu. Ini kan pertama kalinya kita juga main besar. Trus juga kalo ada apa-apa ada perempuan tuh rasanya aman aja gitu" - Diga
"Nah iya, nanti kan ada yang jagain barang-barang kita. Ada yang semangatin, lebih lagi ada urut kalo kita kenapa-kenapa" - Tuah
"Hush kalau ngomong yang baik-baik aja ah. Iya aku dateng kok, ku bawa nanti senjataku"
Mereka tertawa, padahal tidak lucu.
🍂🍂🍂
Aku sedang siap-siap untuk berangkat ke lapangan besar untuk pertandingan tim. Tidak terlalu bersemangat karena ini masih pagi sekali. Jam 9 pagi sudah harus siap di lapangan, padahal aku bukan tim inti. Pertandingan dimulai jam 10.
Setelah cek ulang semua barang yang kubutuhkan lengkap, aku segera berangkat. Iya aku berangkat sendiri. Ya masa dengan Tama? Ngga bisa karena hari ramai sekali pasti. Tapi kita akan bertemu sebelum ke lapangan. Dia akan menemaniku sarapan. Asik.
dean
Tama aku berangkat ya, kutunggu di tempat makan yang deket lapangan besar aja. Aku lagi pengen soto ayam hehe. ByeBelum ada jawaban sampai aku benar-benar meninggalkan rumah. Jalan masih sedikit sepi mengingat ini masih jam 7:30. Terlalu pagi? Tidak, karena aku harus sarapan dulu dan beli asupan untuk anak-anakku yang sudah heboh untuk dibelikan ini dan itu.
Aku sudah sampai, pesan terlebih dahulu. Karena memang yang akan makan aku saja, Tama tidak. Dia tidak terbiasa makan sebelum tanding. Ya tau sendiri. Aku cek ponselku siapa tau ada pesan dari Tama, ternyata tidak ada. Tumben.
Sampai selesai aku makan, masih tidak ada pesan dari Tama. Anak ini kemana? Aku masih setia menunggu hingga jam sudah menunjukkan pukul 8:30. Wah aku yang belum membelikan asupan anak-anak segera bangkit dan membayar makananku. Tidak peduli dengan Tama yang tidak ada kabar.
Tidak banyak yang mereka mau, hanya beberapa roti, minuman dan buah. Sudah itu aku langsung menuju lapangan, bentar lagi jam 9 dan beberapa dari mereka sudah ada yang sampai. Termasuk yang menitip padaku.
"Memang, ngga salah kita pilih bendahara. Sudah tidak pernah telat, dibawakan makanan lagi. Terbaik memang" - Ganda
"Hah sejak kapan ya aku tidak mengurus kalian. Aku ini sudah seperti bunda kalian tau ngga"
"Bunda katanya, emang pernah kamu ngelahirin kita?" - Alam
"Udah stop ya bilang yang ngga jelas, nih tadi yang nitip siapa ambil aja." Langsung saja mereka ambil.
"Siapa aja yang belum dateng nih?" - Radit
"Tuh si kapten aja belum dateng. Udah ku telfon, ngga diangkat. Ngga tau deh" - Tara
"Tumben banget dia telat?" - Ariz
"Aku bukan ibunya, jadi ngga tau" - Haris
Mengecek ponsel, ternyata tidak ada juga balasan dari Tama. Ya sudah biarkan saja. Tapi aku jadi sedikit kesal padahal dia sendiri bilang 'harus selalu kasih kabar ya sesibuk apa kita, tapi kalau aku udah kasih kode lagi pergi dengan dia kamu harus ngerti".
Huft, mungkin saja dia sedang bersama kekasihnya. Tapi masa iya sepagi ini mereka sudah bertemu, mana hari libur. Setauku mereka akan bertemu saat menjelang malam. Iya, aku hampir hafal betul kapan saat mereka akan pergi berdua. Meninggalkanku sendirian menanti kabar.
Memang benar selama Tama jalan dengan kekasihnya, aku tidak pernah bertukar kabar dengannya. Aku harus menunggu dia dulu yang menghubungiku. Takutnya nanti ketahuan, ingat kan aku harus mengerti. Saat-saat aku mengunggu kabar itu yang aku sering merasa sedih. Seperti aku ini selingkuhannya saja. Jika aku bilang begitu maka Tama marah dan selalu bilang "Kamu itu bukan selingkuhanku, aku tidak pernah berniat untuk selingkuh dengan kamu. Inget itu ya, jangan sedih dan jangan berfikir yang buruk apalagi soal itu. Aku sama kamu bukan sedang selingkuh. Tapi hanya menikmati hal baru yang membahagiakan bersama".
Semoga saja, semoga memang seperti itu.
Hanya berharap nanti ada saatnya aku merasa lelah dengan keadaan, semoga aku tidak terlalu menyesal.Kapten Futsal
2020🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂