Jangan lupa vote!🧡
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Perihal yang disampaikan Tuah malam itu benar-benar membuatku mempunyai pemikiran jika semua ini harus segera diselesaikan. Seperti tidak perlu lagi untuk melanjutkan karena semua teman-teman sudah menduga.
Kebalikannya, dari dalam lubuk hatiku aku menolak jika harus berpisah dengan Tama. Padahal itu semua demi kami, agar nantinya kita hanya teman yang saling menyapa saja tidak lebih. Bagaimanapun aku belum rela, maka dari itu aku memilih untuk tidak memberi tau hal tersebut ke Tama.
Sekarang posisiku berada di pinggir lapangan untuk melihat anak-anak bermain futsal. Meghan tidak ikut denganku karena dia ada urusan lain dengan tim eksulnya. Aku sendirian menatap mereka yang sedang asik main, tidak kupungkiri aku suka perasaan dimana aku bersemangat melihat permainan mereka.
Ditengah lamunanku, datang Radit dari arah kantin. Dia menghampiriku dan memberiku minuman yang dibelinya.
"Nih khusus buat kamu adek kecil"
"Ih jangan manggil adek lah, malu kalau ada yang dengar"
"Kan kamu memang adekku, kok sendirian udah gitu ngelamun. Kenapa?"
Bisa dibilang Radit ini teman yang paling peka versiku. Memang sih aku tidak pernah jujur jika ditanya kenapa aku sedih apalagi sedihku saat ini. Meskipun dia mungkin sudah menduga jika ada sangkutpautnya dengan Tama, tapi dia tidak pernah membahasnya. Menjaga privasiku.
"Hah? Ngga papa kok hehe. Cuman sedih aja liat mereka bentar lagi kita lulus"
"Ohh hahaha ngga usah sedih, berdoa aja semoga kita bisa bareng-bareng lagi"
"Iya maka dari itu sekarang aku lagi menghargai waktuku selagi masih bisa lihat, sepuasnya" ujarku ke Radit dengan senyuman lebar sedikitku paksakan.
"Double ya sedihnya karena ngga bisa ketemu Tama terus?"
Deg!
Tidak hanya Tuah yang membahas hal tersebut dengan gampangnya. Ternyata Radit pun seperti itu, mereka ini berbagi sel otak atau bagaimana?
"Ngga usah ngaco, mau Tama atau yang lain aku sama-sama sedih. Rata ya sedihnya"
"Jujur aja kali Dean, aku tau kok kalian pasti ada apa-apa. Aku ngga mau ngasih saran atau mau menyalahkan kamu maupun Tama. Nikmati saja waktu yang kalian masih punya. Ingat saja pernyataanku ini, jangan terlalu percaya dengan perkataan laki-laki. Termasuk itu aku"
Setelah berbicara seperti itu dia langsung pergi ke tengah lapangan karena dipanggil teman yang lain, tak lupa dia mengusap rambutku lembut. Kebiasaan baru Radit dan mungkin Ganda juga. Btw aku, Radit dan Ganda itu lebih dekat dari yang lain.
Aku kembali melihat ke tengah lapangan, kulihat ke arah Tama yang juga sedang menatapku. Tunggu, tatapan apa itu?
🍂🍂🍂
tama
buk, hari minggu ke pantai yuk?dean
serius? ihhhh ayukkk udah lama banget ngga kepantaitama
oke, see u buk
ilyDan disini aku sedang menunggu Tama datang untuk menjemputku. Aku sudah tidak sabar sekali karena ini kedua kalinya kami ke pantai. Aku harap hari ini berlalu dengan seru.
Akhirnya tidak lama kemudian datanglah Tama dan langsung saja kami menuju ke pantai. Diperjalanan seperti biasa kita berbicara sambil membunuh waktu. Tidak ketinggalan tanganku yang masih selalu setia memeluknya.