Jangan lupa vote!🧡
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Kejadian beberapa hari yang lalu soal menonton film menjadi kenangan sendiri bagiku. Bagaimana tidak itu kenangan yang menyenangkan sekaligus memalukan. Jika kuingat, kenapa aku malah tidak memanfaatkan waktu dengan baik. Kan sedang bersama Tama. Tapi ya sudahlah kan sudah berlalu.
Sekolah hari ini membosankan sekali, aku ada di kelas untuk mengikuti pelajaran tapi tidak fokus. Karena ini pelajaran kimia. Apa hanya aku yang tidak menyukai kimia di dunia ini?
Yang kulakukan hanya melamun saja sepanjang pelajaran. Meghan sudah tidak heran lagi denganku yang memang tidak suka pelajaran ini. Aku sudah pernah kok mencoba untuk menyukai, tapi memang pada dasarnya sudah tidak bisa jadi ya mau dipaksa juga tidak bagus. Hehe alasan ya.
Oh iya, tadi pagi saat aku bertemu Tama di kantin —kita kalau sarapan di kantin, aku kaget melihat Tama karena tumben sekali dia tidak memakai pomade. Rambut yang berantakan itu malah aku suka sekali. Aku senyum-senyum melihatnya, lucu sekali dia pagi ini. Rambut berantakan, mata bengkak yang sudah dipastikan kurang tidur, mukanya kusut sekali seperti tidak mencuci muka.
"Kenapa senyum-senyum gitu? Aku jelek kan, sadar kok buk"
"Engga, kamu masih tampan seperti biasa. Malah lebih tampan seperti ini, manusiawi sekali rasanya" kataku sambil tersenyum tulus. Langsung saja aku pergi mencari tempat duduk. Dia menghampiriku setelah mendapatkan makanan.
Pagi yang menyenangkan karena bisa sarapan dengan Tama. Berbagi cerita dan tawa seperti biasanya, tidak pernah bosan jika itu bersama Tama.
Tidak seperti tadi pagi, sekarang rambut Tama sudah rapi dengan pomade kesayangannya itu. Wajahnya juga nampak lebih cerah dari yang tadi pagi. Sudah tampan dan manis seperti biasa. Tapi itu tidak berlangsung lama setelah tau jika pelajaran terakhir ditiadakan. Tama dan teman-teman futsal langsung saja ke lapangan futsal sekolah.
Sudah tau kan berakhir seperti apa? Aku dan Meghan menuju kantin dan membeli beberapa minuman untuk mereka. Membeli cemilan juga untuk kita saat menonton. Ya kami berdua memang tidak ada kegiatan lain selain menonton mereka. Belajar disaat jam kosong? Sangat mustahil. Kecuali ke perpustakan untuk membaca novel, beda lagi itu hehe.
Lucu sekali permainan mereka, tidak seperti futsal biasanya mereka malah bermain seperti anak kecil. Aku bagian ketawa saja dengan Meghan, melihat tingkah mereka yang hmmm bisa dibilang sedikit kekanak-kanakan.
🍂🍂🍂
Saat di parkiran tadi, Tama menemuiku untuk memberikan sebuah kertas yang aku tidak tau apa isinya. Setelah itu pergi begitu saja. Apa-apaan ini? Saat ku buka isinya kira-kira seperti ini,
"Nanti malam mau tidak berkeliling kota? Jika tidak hujan, akan kubawa kamu mengenal lebih dalam lagi soal kota ini. Bagaimana? Jika iya lambaikan tanganmu kepadaku. Ku tunggu gerbang ya"
Romantis? Biasa saja sih, itu kan ajakan dia seperti biasanya. Tapi cara dia mengajakku beda sih memang. Akhirnya aku segera keluar parkiran dan menuju gerbang. Disana aku melihat Tama diatas motornya melihat kearahku. Aku melambaikan tanganku, dia tersenyum. Setelah itu menghilang diantara pengendara yang lain.
Janji untuk berkeliling kota nanti malam sekitar jam 7 dan dia menjemputku. Aku hanya tinggal menunggu dia saja.
"Ahhh akhirnya jalan-jalan juga setelah sekian lama. Iya kan Tama?" kataku sambil memeluk Tama dari belakang. Ini reflek jika berboncengan dengan dia.
"Udah lama sih emang aku ngga ngajak kamu jalan-jalan gini. Maaf ya akhir-akhir ini sibuk banget tugas banyak belum lagi diajak mabar sama anak-anak"
"Eh ngga papa kok, ngga harus juga selalu jalan gini. Aku cuma ngomong aja tadi hehe"
Kita menikmati suasana malam ini yang tidak terlalu dingin. Asik tau kegiatan ini, berkeliling kota menaiki motor berdua. Menikmati angin malam yang katanya tidak sehat ini, tapi aku tetap senang selagi itu dengan Tama. Bucin.
Kita mampir sebentar untuk mengganjal perut di angkringan yang sering kita kunjungi. Memang yang pas dimulut dan dikantong hanya disitu. Pesan tidak terlalu banyak karena setelah ini kita merencanakan makan yang lain. Soalnya sudah dari jauh-jauh hari kita menginginkan ini, tapi belum kesampaian karena belum musim dan menunggu waktu lagi untuk kita bertemu.
Di angkringan kita menikmati waktu, berbincang seperti biasa seperti kegiatan yang kita lalui hari ini. Seru deh, serasa dunia ini milik berdua gitu. Semua orang juga tau jika Tama ini suka bercerita sampai menggebu-gebu gitu. Dia juga selalu ekspresif ketika sedang bercerita, semangat sekali. Dia juga tipe orang pendengar sekali, ini yang aku suka dari dia.
Jadi saat aku bercerita tentang apapun, dia selalu mendengarkanku dengan mata yang berbinar dan senyum yang tak lepas dari wajahnya. Sampai sekarang kalau aku ingat, dia memang semanis itu, semenyenangkan itu dan senyaman itu. Aku suka dengan cara dia memandangku, mendengarkan ceritaku.
Selesai dari angkringan kita menuju tempat yang sudah lama sekali akan kita datangi. Kita akan makan durian!!!! Sekarang sudah musimnya, jadi ada jual dimana-dimana dan kita pilihnya asal saja. Berpikir jika semua durian itu pasti sama.
Jadilah kita pilih salah satu penjual yang ada dipinggir jalan, dekat dari tempat angkringan. Tempatnya sederhana, sedikit remang-remang tapi menyenangkan sekali. Penjualnya ramah dan bisa diajak bercanda.
"Berapa nih bang per kg nya?"
"Cuman 25 ribu, mau yang mana nih? Dibungkus aja apa makan sini?"
"Makan sini aja bang sekalian pilihin dan bukain ya"
"Siappppp"
Sudah pesan kita langsung duduk ditempat yang disediakan —jujur hanya ada 2 kursi dan 1 meja saja jadi tidak bisa memilih tempat duduk. Lucu sekali, namanya juga dipinggir jalan ya.
"Aaaaa akhirnya aku makan durian, terharu banget"
"Puas-puasin makan deh Dean, mau makan 2 buah durian juga boleh deh"
"Serius? Serius boleh nambah kalau ini habis?"
"Boleh, nanti aku yang bayar bilang aja sama abangnya kalau mau nambah lagi ya"
"Yes!!!! Makasih Tama" kataku sambil tersenyum dan memandang dia yang tersenyum juga kearahku. Lalu dia mengusak rambutku gemas, aku jadi terkekeh geli saat dia jadi mencubit pipiku.
Durian, sampai sekarang aku tidak pernah makan buah itu lagi. Sebab aku tidak sanggup karena dia mengingatkanku dengan Tama. Tidak hanya durian, aku jadi teringat soal lelucon dia dan penjualnya saat itu. Aku jadi ingat soal jalan-jalan malam, teringat senyumnya yang manis tapi sekarang menyebalkan. Aku benci jika sekarang aku mengingat si kapten, sakit hatiku masih membekas. Terlebih lagi aku jadi sedikit tidak menyukai lagi buah durian karena Tama.
Kapten Futsal
2020🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
