Jangan lupa vote!🧡
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Acara perayaan juara waktu itu kami menghabiskan seluruh uang juara sebanyak Rp 1.500.000,00. Tidak hanya uang yang didapat, tapi juga piala dan sertifikat. Mantap bukan.
Tempat makan yang dipilih yaitu makanan seafood. Banyak sekali yang dipesan saat booking 1 minggu yang lalu. Dan banyak juga tambahan yang diminta saat itu juga. Untungnya, uang kas tidak ikut keluar dari sarangnya. Jika iya, aku pasti sedikit bawel.
Seperti orang yang belum makan 3 hari, teman-teman ku cepat sekali melahap makanan yang berada di depan mereka. Tidak hanya lauk dan sayur, nasi dan minuman pun minta tambah.
Tama disebelah ku makan dengan mode hening. Memang sih jika Tama sedang makan pasti diam. Tapi masih saja sempat memperhatikan makananku. Aku kan tidak terlalu suka sayur, Tama mengambilkan untukku dan harus dimakan katanya. Tidak hanya sayur, lauk dan minum nya juga dia yang mengambilkan untukku. Padahal aku bisa sendiri.
"Udah Tama, ini udah banyak banget. Aku ngga tau ini gimana mau ngehabisinnya"
"Habisin buk, kalo emang ngga kuat biar aku yang makan"
"Beneran ya? Awas aja kalo engga"
Dia tertawa, kita malah lanjut mengobrol dengan suara seperti berbisik. Ya jelas karena suasana nya ramai dan tidak ingin di dengar teman yang lain. Serasa milik berdua.
Bahkan saat ada yang meminta tolong mengambilkan lauk, aku maupun Tama tidak mendengarnya. Sampai-sampai harus digoyang-goyang bahu ku.
Bucin memang.
🍂🍂🍂
Setelah dirasa cukup kenyang dan mengantuk, Tama mulai berbicara lagi untuk menutup acara malam itu. Dilanjutkan Pak Djoko dan akhirnya langsung saja mereka pulang.
Aku yang masih punya tanggung jawab yaitu membayar makanan. Sedikit lama karena kasirnya sempat salah hitung jumlah dan kembalian uangnya. Tama masih sedia menemaniku sampai akhir.
"Jadi total nya Rp 1.681.500,00 ya mbak. Sudah dp Rp 200.000,00. Jadi yang dibayar tinggal Rp 1.481.500,00" kata mbak kasir. Aku menghitung uang juara yang berada ditanganku dan memberikannya kepada kasir.
"Waw pada makan apa sih tadi, totalnya jadi banyak banget hahaha"
"Astaga pas dong buk uangnya?"
"Iyalah sisa Rp 18.500,00"
"Buat bayar parkir temen-temen tuh didepan"
Setelah mendapatkan kembalian, aku dan Tama langsung menuju tempat parkir. Dan benar saja kata Tama, parkirnya harus bayar! Aku kira tidak karena milik rumah makan ini. Nasib.
Ditambah lagi, teman-teman ku yang sudah pulang belum membayar uang parkir. Jadilah uang kembalian tadi ku berikan semua kepada tukang parkir disana. Benar-benar memang teman-teman ku.
"Habis banyak ya?" kata Diga yang sudah siap untung pulang.
"Iya langsung habis uang nya ngga tersisa. Nanti perinciannya di grup aja ya"
"Haha yang penting puas gapapa sih, okelah. Makasih Dean, pulang dulu ye"
"Hati-hati bro"
"Iya bye"
Sekarang, hanya tinggal aku dan Tama yang masih berada di parkiran. Teman-teman ku sudah hilang semua tak tersisa. Mungkin ini akan menjadi perjalanan yang menyenangkan, tidak seperti tadi saat berangkat.
Jadi sikap kita saat berangkat seperti dua orang yang tidak pernah saling berboncengan. Padahal itu adalah definisi menipu teman. Agar tidak terlalu mencolok saja. Tidak bisa memegang tangannya, atau tidak bisa memeluknya.
Tapi saat pulang ini, aku bisa dengan sangat leluasa memeluknya. Bisa mengobrol dengan puas. Bisa menggenggam tangan nya. Hhhh aku rindu saat-saat itu. Kapan bisa terulang.
Perjalanan yang hanya memakan waktu 20 menit, aku dan kapten menghabiskan waktu 45 menit. Katanya aku tertidur, jadi dia pelan-pelan saat mengendarai motor. Aku tidak tau jika Tama tidak memberi tau.
'Iya buk kamu itu ketiduran waktu pulang. Aku megangin tangan kamu, pundak ku agak ku naikin biar kepalamu nyaman waktu nyandar. Karena itu aku pelan, takut kamu jatuh'
Kurang lebih dia bicara begitu kepadaku. Terdengar khawatir tapi kesal bukan?
Tama sebenarnya ingin mengantarku sampai rumah. Tapi aku menolak karena jarak antara tempat futsal dengan rumahku jauh. Melewati rumah Tama yang berada di tengah-tengah. Meskipun harus berdebat dengan panjang juga.
"Yaudah, ngga ku anter. Tapi janji samaku"
"Janji apa?" jawabku sedikit was-was dengan apa yang akan diminta oleh Tama.
"Hati-hati banget dijalan. Ini udah malam, kamu pasti ngga terlalu keliatan jalan kan?"
"Hehehe iya Tama, tau aja sih"
"Pelan-pelan oke, jangan ngantuk. Selalu di lajur sebelah kiri. Jangan bar-bar pokoknya"
"Hahahaha ngga perlu di bilangin sampe kayak gitu juga kali ah"
"Ah kamu di bilangin kayak gitu aja kadang masih bandel. Gimana ngga di bilangin coba?"
"Iya deh iya, nurut deh kali ini"
"Nurut terus itu yang bagus"
"Kamu juga hati-hati ya, aku pulang dulu"
"Aku mau mampir dulu, hati-hati pokoknya inget. Awas ya kalo ingkar"
"Ohhh, hahaha siapp kapten!!"
Akhirnya aku pulang juga. Tidak mengingkari janji ku dengan Tama kok. Aku patuhi semua.
'Aku mau mampir dulu'
Hmm terngiang-ngiang apa yang dia bicarakan tadi. Pasti dia akan menemui kekasihnya. Padahal sudah malam. Seperti tidak ada hari esok saja.
Apa yang diucapkan Tama itu berarti tidak ada chat masuk di ponselku malam ini. Itu adalah pesan tersirat pada kalimat Tama. Aku sudah paham sekali saat itu.
Memangnya jadi yang kedua itu boleh meminta dan dikabulkan apa saja?
Kapten Futsal
2020🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
