16. Berkeliling Kota

38 6 0
                                    

Jangan lupa vote!🧡

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Setelah membayar, aku dan Tama dengan sangat tergesa-gesa meninggalkan tempat makan.

"HAHAHAHAHA YA AMPUN AKU NGGA KUAT BANGET NAHAN KETAWA BUK"

"UDAH DONG STOP KETAWA, SAKIT PERUTKU NIH HAHAHAHAHAHA"

Yang ku takutkan hanya 1, bagaimana jika aku tiba-tiba jatuh karena tertawa. Karena posisi ku membonceng seperti ini.

Mau tidak mau satu tanganku melingkar ke tubuh Tama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau tidak mau satu tanganku melingkar ke tubuh Tama. Aku tidak mau jika nanti tiba-tiba aku jatuh karena tertawa. Tidak lucu sekali.

Perjalanan pulang ke rumah ku juga menghabiskan waktu hampir 1 jam. Benar-benar dua manusia yang tidak punya rasa lelah -lelah karena naik motor berjam-jam dan lelah berbicara.

"Eh kita muter aja ya tadi udah lewat sini"

Aku hanya mengangguk saja, kan dia yang membawa motor.

Tiiinnnn... tiiinnnn...

"Liat-liat dong we kalo mau puter balik. Untung gak nabrak kan" kata orang yang entah siapa disana. Aku terkejut, untung tidak jatuh.

"Eh maaf maaf bang"
"Dean ngga papa? Ngga jatuh kan? Ngga ada yang luka kan?"

"Engga Tama hehe. Aku tutup mata tadi, aku juga pegangan" kataku sambil tersenyum. Meskipun di dalam hatiku aku kaget setengah mati.

"Ya ampun buk maaf banget ya, aku ceroboh"

"Ngga papa Tama yang penting kan kita ngga kenapa-kenapa"

"Iya tapi aku kan hampir bikin kamu celaka buk, mau bikin kamu jatuh, terluka. Haduh bodoh banget sih Tamandra Yudhistira Pambudi"

"Ihh udah dong Tama, kan ngga kenapa-kenapa"

"Maaf ya buk, harusnya aku jagain kamu. Harusnya aku ngga ceroboh. Ngga bikin kamu kaget. Aku nyesel, ngga akan ku ulang lagi deh. Janji" kata Tama dengan muka yang menampakan jika dia menyesal, mata yang berair dan tangannya mengusap tanganku.

"Astaga udah dong Tama. Udah. Kan aku udah bilang ngga papa, jangan kayak gitu dong. Aku jadi ikutan sedih"

"Pokoknya aku janji ngga bakal ceroboh kayak tadi lagi buk. Serius. Maaf banget ya buk"

"Iya Tama ku maafin, udah yaa"

Ku usap tangannya yang masih berada di tanganku. Agar dia tenang. Sebenarnya dia yang lebih panik bukan aku, memang benar aku terkejut tapi aku tidak panik. Melihat Tama yang seperti itu bagaimana bisa aku ikutan panik? Harus salah satu nya saja.

Sepanjang perjalanan dia diam saja, langsung tidak ada suara kecuali saat menanyakan dimana tepatnya rumahku. Aku pun tidak ingin mengajakny berbicara dulu, karena pasti dia akan meminta maaf lagi.

Kapten Futsal🍂 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang