Jangan berfikiran jika pertemuan pertama ku itu saat Tama bilang aku jawab terserah waktu ditanya makan dimana. Bukan, itu bukan pertemuan pertama kita. Itu hanya pertanyaan saja. Yang ditujukan untuk pertemuan hari ini. Hmm benar juga sih untuk pertemuan pertama kita. Hehe, maaf maaf.
Tama dan aku sudah bersepakat nanti bertemu. Kita mau makan bakso sepulang sekolah. Ditempat dekat rumahku saja katanya. Karna itu wilayah yang jauh untuk dijangkau pacarnya. Iya, pacarnya. Bukan orang tuanya.
"Ternyata motor kita sama ya, beda warna saja. Lucuuu"
"Iya aku juga baru tau. Hati-hati ya nanti Whitenn ku disukai motormu"
"Whitten siapa dah?"
"Nama motorku itu Tama hehe. Bagus tidak?"
"Yaampun motor aja dinamai. Ada-ada saja kamu ini" sambil mengusap kepalaku lembut.
"Aku beri juga deh nama untuk motormu"
"Tuh kan makin gemas sama kamu buk"
"Namanya Brownny ya hehe"
Kenapa sih segala dikasih nama? Karena motor kita sama. Beda warna saja. Dia warna coklat, dan aku putih. Tidak ada yang tahu tentang nama motor itu. Hanya kita berdua. Iya hanya kita. Kepada siapa lagi harus bercerita? Kisah kita bukan hal yang patut untuk di ceritakan ke orang lain waktu itu. Sudahlah.
"Boleh deh. Hai Brownny, aku Tama, yang ngasih nama kamu ini namanya Dean. Manis kan. Nah yang di sebelah kiri kamu ini namanya Whitenn"
Lucu sekali dia saat mengenalkan nama kita pada motornya. Astaga. Semoga tidak ada orang lain yang menyadarinya.
Akhirnya kita pesan juga. Pesan bakso tentunya. Si manis ku pesan Bakso Spesial Pedas, aku pesan Bakso Spesial saja. Tidak pakai pedas. Aku tidak bisa pedas. Juga minum nya tidak lupa. Es teh manis.
Sambil menunggu pesanan datang, kita ngobrol banyak. Berbagi banyak hal.
"Gimana hari ini? Ada masalah ngga di sekolah?"
"Biasa aja Tama, emang pernah hari ku tanpa masalah?"
"Apalagi sekarang? Cerita coba"
"Engga kenapa-kenapa kok. Aku happy aja" ku tunjukan senyum terlebar ku.
"Bohong. Keliatan banget, kamu gak bisa bohong"
"Serius kok ngga ada apa-apa. Oiya, kamu suka baca buku ngga sih?"
"Hmm gak suka-suka banget sih. Tapi kalo menarik ya ku baca"
"Ih padahal membaca itu seru loh"
"Kamu suka baca ya? Genre apa?"
"Suka banget! Genre apa saja ku baca. Sama seperti kamu yang penting menarik hehe"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lebih menarik yang berada di depan ku bukan? Iya itu Tama. Aku sengaja dia-diam mengambil foto dia meskipun tidak keliatan wajahnya. Tidak apa-apa, sudah cukup.
"Pernah ngira ngga aku secerewet ini? Hehe"
"Sama sekali engga sih buk, kalo diliat kan kamu pendiem banget"
"Darimananya sih" kataku sambil ketawa agak keras.
"Ya kan keliatannya kayak gitu buk. Pendiem, ku kira ansos, susah banget berbaur. Udah gitu muka nya antagonis banget, jutek super"
"Aslinya?"
"Cerewet banget, asik, ramah mana baik lagi. Gampang buat senengnya. Kalo ketawa manis. Dan kamu itu receh banget buk"
"Hahahaha astaga Tama tolong itu pernyataan kamu lucu banget"
"Tu kan ketawa. Padahal aku sama sekali engga ngelawak loh. Aku kan bilang jujur"
"Iya tapi lucu banget Tama yaampun" aku yang masih ketawa tidak berhenti ini hanya di tatap dalam oleh si manis ku.
Akhirnya kita berakhir tatap menatap saja. Tanpa ada obrolan lagi. Tepat mas-mas yang mengantarkan makanan kita datang.
"Ini bakso spesial pedas, ini yang bakso spesial aja. Es teh manis nya 2"
"Terima kasih mas" - ucap kita bersamaan.
Tama sedang sibuk menambahkan bumbu-bumbu pada bakso nya. Sedangkan aku tidak, aku suka yang original. Tidak di campur apaun. Lebih terasa saja keenakan makanan itu. Hehe.
"Kamu cuman gitu aja? Gak ada mau ditambah apa gitu?"
"Ngga Tama, nanti jadi ngga enak. Aku juga ngga bisa makan pedas"
"Oh i see. Unik sih, baru ini ada orang makan bakso ngga pake tambahan apa-apa. Rasanya gimana hahaha"
"Enak kok, coba deh. Kita jadi tau ini kuah bakso nya tuh emang enak apa engga" ku sodorkan sendok berisi kuah bakso dari mangkok ku. Dia membuka mulutnya dan mencoba merasakan rasanya makan bakso tanpa tambahan apapun.
"Gila sih buk, aku ngga ngerti kamu ini makan apaan. Aku juga suka sih yang original, tapi ngga kayak gini juga hahaha"
"Ih kenapa sih, enak kan tapi? Jujur coba"
"Enak sih, tapi kan ngga ada rasanya. Coba dikasih tambah sambal atau kecap dan yang lain. Ku jamin lebih enak buk"
"Engga Tama, yang original kayak gini lebih enak. Kamu ini aneh"
"Lah kok jadi aku yang aneh? Kamu nih yang aneh buk. Enak juga punyaku. Cobain sini, aaa"
"Engga mau ih, pedes punya kamu"
"Coba dulu baru ngomong buk, cepet"
"ENGGAAA TAMAA"
Dan berlanjut debat tentang bakso original atau bakso dengan tambahan bumbu. Debat juga tentang aku disuruh untuk mencoba bakso miliknya. Astaga dia keras kepala sekali. Aku sudah menolak, tapi dia tidak mundur untuk membuatku mencoba rasa bakso tambahan bumbunya.
Kadang percakapan seperti itu yang membuatku senang, nyaman dan bersyukur. Setidaknya ada 1 orang di dunia ini yang tidak pernah bosan debat dengan ku hanya karna hal kecil. Membahas hal yang tidak terlalu penting. Dan lebih parahnya, menanggapi segala pembahasanku, yang serius maupun yang humor. Seseorang yang bisa menyesuaikan dengan segala macam keadaan dan mood ku.
Terima kasih Tama, berkatmu aku merasakan kehangatan yang sudah lama hilang di keseharian ku. Dan aku jadi sadar, senyuman dan binarnya matamu berharga sekali. Aku ingin memilikinya!