41. Marita Atmandha

20 3 0
                                    

Jangan lupa vote!🧡

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Aku hobi membaca buku dan menyukai beberapa kutipan dari penulis. Akhir-akhir ini aku membaca sebuah kutipan yang tidak sengaja muncul di akun instagram ku. Dan langsung mengingatkanku kepada Tama. Ternyata, dulu maupun sekarang aku tidak pernah menyesal akan keputusanku maupun keputusan Tama.

"Semua pilihan tergantung padamu. Kau pasti sudah tau atas apa saja resiko dari masing-masing pilihan. Baik itu pilihan pertama maupun pilihan kedua"

Bagiku, entah siapa yang pilihan pertama dan siapa yang pilihan kedua. Tapi bagi Tama, aku adalah diantara dari pertama maupun kedua.

🍂🍂🍂

*Tamandra POV*

Saat permainan masih berlangsung, aku tidak mendapati keberadaan Dean dipinggir lapangan. Padahal setauku dia masih ada sejak 10 menit yang lalu. Dia bukanlah tipe orang yang akan meninggalkan begitu saja kegiatan yang dia sukai.

Sudah begitu, dia membawa tasnya juga. Apakah mungkin Dean pulang?

Tidak mungkin sih, dia saja berangkat denganku. Kujamin dia juga tidak berani dengan keadaan jalan yang seperti itu. Jadi kemungkinan kecil untuk Dean pulang sendiri.

Lantas, kemana perginya dia? Aku melihat ke sekeliling lapangan juga masih tidak dapat menemukannya. Dia juga tidak berpamitan denganku. Jadi kuputuskan untuk keluar lapangan dan digantikan oleh Haris.

Kuambil ponselku ditas, untung saja aku tidak menyerahkan ponselku ke Dean. Bisa gila aku nanti mencarinya tanpa ponsel. Lapangan ini sedikit luas. 

Panggilan telfonnya berdering tapi tidak diangkat, beberapa kali aku mencoba untuk menelfon juga tidak ada jawaban. Aku masih terus menelfonnya dan mencari disetiap sudut tempat ini.

Masih nihil, sampai-sampai aku mencarinya di toilet wanita. Sungguh Dean, kamu dimana?

*Tamandra POV end*

🍂🍂🍂

Kulihat Tama sedang fokus dan yang lain tidak menyadari jika aku bergelagat akan beranjak pergi dari tempat duduk, akhirnya aku beranikan diri langsung pergi ke depan. Sesuai dengan keinginan Mandha —kekasih Tama. 

Disepanjang aku berjalan keluar, aku berpikir haruskah aku kabur? Haruskah aku menemui pacar Tama? Tapi disisi lain aku juga ingin ini segera berakhir. Bukan, bukan karena aku tidak sayang dengan Tama, hanya saja aku rasa ini perlu diluruskan.

Entah itu soal perasaanku ke Tama, atau perasaan Tama kepadaku maupun ke kekasihnya. Aku siap jika Mandha memintaku untuk pergi meninggalkan Tama. Memang seharusnya begitu bukan?

Tidak terasa aku sudah didepan, aku mencari dimana keberadaannya —karena sampai sekarang aku tidak pernah bertemu dengan kekasih Tama. 

Saat kurasa pandanganku bertemu dengannya, jantungku mulai berpacu dengan cepat. Aku gemetar dan sedikit berkeringat dingin ditangan maupun dahiku. Padahal cuaca malam ini dingin.

"Mandha?"

"Dean ya?" kata dia dengan senyuman manis. Aku balas senyumannya juga, dengan tulus dan mengajaknya bersalaman.

"Mau pesan apa?" tawarnya padaku. Akhirnya dia pula yang memesan. Setelah itu kita duduk berhadapan sambil menunggu jus datang.

"Aku ngga akan lama Dean, aku tau kamu lagi sibuk karena tim kalian lagi main" jeda dari Mandha membuatku jantungku semakin cepat berpacu.

Kapten Futsal🍂 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang