43. Berisik

23 1 0
                                    

Jangan lupa vote!🧡

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Aku akan menceritakan hal-hal berikutnya sesuai dengan ingatan Tama, Tuah dan Radit. Karena ya  waktu itu aku tidak ikut acara yang menurut mereka masih siang itu.

Dari selesai futsal, mereka —tidak semua menuju ke tempat yang menjual bandrek. Untuk menghangatkan tubuh mereka didinginnya malam malam itu. Mereka menghabiskan malam dengan membuat rencana untuk bermain futsal lagi.

Ya, setelah Diga mendapat ajakan dari teman futsalnya yang diluar sekolah. Setelah membahas dan saling tuju, akhirnya mereka memutuskan untuk main padahal tim tidak lengkap. Hanya ada Tama, Diga, Tara, Ariz, dan Tuah. Oh iya, Radit tidak bisa ikut karena beralasan lelah, padahal dia pergi dengan temannya yang lain —ini pengakuannya baru-baru ini saat aku menggali informasi saat menulis cerita.

Tapi mereka tetep berangkat karena mengajak tim lawan trofeo tadi. Memang benar, di lapangan boleh lawan, diluar tetap kawan.

Sekitar jam 2 pagi, mereka menuju ke lapangan futsal yang sangat jauh dari tempat mereka nongkrong tadi. Tapi ya namanya laki-laki, apalagi jika sudah menyangkut hobi ya apapun dilakukan. Sampai sana langsung mempersiapkan diri dan bertanding.

"Udah gausah dipikirin bos, yang tadi biar tadi aja. Ini jangan sampe kita kalah lagi"

Tama menghela nafas kasar mendengar perkataan Tara, "Gimana gak dipikir bro, ini masalah cewe pasti ribet hahaha. Udah ah yuk pemanasan".

Tuah melihat dari jauh, melihat Tama yang moodnya belum sepenuhnya kembali. Dia kasihan, tapi juga ingin tertawa. Padahal Tuah tidak tau kejadian seluruhnya, dia sampai lapangan saat Tama datang setelah mengantarkanku.

Dan kata Tuah, 'aku sampe sana itu mereka pada ngomongin kejadian kalian, aku bingung lah. aku gak tanya sih tapi mereka ngajakin ngomong waktu itu. yang mereka tau kalian berantem gitu, dan tau kalo cewe yang dateng itu pacarnya tama. haduh kalian ini'.

Aku yakin sebenarnya mereka ini sangat ingin tau ada apa antara kami tapi mereka memilih untuk diam. Sebenarnya juga tipikal lelaki itu ngga akan membahas masalah pribadi jika tidak ada yang memulai dulu. Betul kan?

Mereka memainkan 2 babak, dan hasilnya menang. Bahkan dikemenangan itu mereka mendapatkan uang tunai dan dipamerkan digrup tim kita. Ada-ada saja. Kata mereka 'main diluar malah dapet juara, pertandingan beneran yang udah persiapan malah zonk hahaha'. Benar sih yang dikatakan.

Tidak cukup bermain dengan lawan tadi, mereka main lagi hanya untuk membunuh waktu hingga pagi tiba. Tidak mengenal lelah dan bosan. Hingga jam sudah menunjukkan pukul 5 subuh, mereka berhenti bermain dan bersih-bersih.

Beralih ke utara tempat futsal, mereka mencari dimana mereka akan makan. Pada jam tersebut mungkin akan sedikit sulit mendapatkan tempat makan, kata Tama saat itu belum ada yang buka sama sekali jadi harus sedikit lebih jauh menyusuri jalanan.

Cukup waktu yang lama dan akhirnya dapat, mereka langsung pesan dan lanjut mengobrol —lagi. Sekali lagi, mereka tidak bosan. Padahal hampir 12 jam mereka bersama. Aku tidak tau tepatnya apa yang mereka bicarakan, mungkin seperti lelaki pada umumnya.

Sudah dirasa cukup untuk kegiatan mereka yang amat sangat panjang itu, mereka memutuskan untuk pulang pada pukul 8 pagi. Wah membutuhkan waktu yang lama juga ya mereka untuk sarapan.

Masing-masing pulang dan berpisah dijalan, kecuali Tama dan Ariz. Mereka lanjut menonton trofeo sekolah lain yang berada di lapangan tempat Tara main kemarin. Lagi dan lagi, tidak lelah dan tidak bosan. Sudah begitu tempatnya jauh dari lokasi mereka sebelumnya.

Saat ku tanya ke Tama, apa tidak mengantuk saat itu?

"Aku tidak mengantuk, karena kepalaku berisik sekali waktu itu. Aku diluar menanggapi teman yang sedang bergurau, aku senyum, aku tertawa tapi sebenarnya dikepalaku cukup berisik soal kamu Dean. Bukan cuma kamu sih, tapi kamu dan Mandha. Maka dari itu sebisa mungkin aku mencari kesibukan agar tidak mendengar mereka yang berisik".

🍂🍂🍂

Sebenarnya setelah masalah itu, dari ku maupun dari Tama belum ada yang membahas lebih lanjut. Malah sebaliknya, kita bersikap seperti kejadian itu tidak ada artinya. Kita menjalani hari-hari seperti biasanya.

Entah itu di sekolah atau di lapangan futsal, kami masih dekat dan semua baik-baik saja. Aku bersyukur setidaknya masih diberi kesempatan dan waktu lebih lama lagi untuk menikmati waktu dengan Tama.

Aku tidak tau bagaimana kabar Mandha dan apa yang terjadi pada Tama dan Mandha. Setauku masih seperti sebelumnya.

Dan lagi, kenapa bisa Mandha tau tentang aku dan Tama. Ternyata dari Raya, selama ini Raya lah yang memberi tau soal aku yang selalu dengan Tama. Dari aku yang sering datang bersamaan dengan Tama, berboncengan dengan Tama, meminta Raya untuk banyak foto Tama. Semua. Dan akhirnya Raya juga lah yang memberi tau nomor telepon ku ke Mandha.

Dia juga yang memberi tau posisi kita malam itu, situasi dan lainnya. Pantas saja waktu itu dia aneh, dalam artian dia itu jika sudah denganku akan menjadi heboh dan rame. Tapi tidak saat itu, sekarang aku jadi tau alasannya. 

Memang ya tidak ada di dunia ini yang bisa dianggap teman.

Maka dari itu, aku sangat tidak suka berteman. Terlebih dengan sesama gender, pasti ujung-ujungnya juga seperti itu. Bisa dibilang aku dan Raya tidak terlalu dekat memang. Tapi kita selalu berbagi jika menyangkut soal futsal dan lain sebagainya.

Dekat dengan Tuah, otomatis aku juga dekat dengan Raya. Tapi ternyata mungkin tidak dengannya. Mungkin dia juga memikirkan perasaan Mandha yang dimana Mandha itu teman dia waktu SMP meskipun tidak dekat tapi masih menjaga komunikasi.

Dunia ini terlalu banyak hal yang mengejutkan.

Tapi tidak masalah, karena Raya semua ini akhirnya menjadi lurus. Mandha sudah tau, semua sudah dibongkar, meskipun aku dan Tama masih tetap seperti ini. Mungkin belum sekarang waktunya aku berpisah dengan Tama.

Kapten Futsal
2020

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Kapten Futsal🍂 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang