Jangan lupa vote!🧡
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Sudah seminggu sejak terakhir adegan piting memiting kepala terjadi. Sudah seminggu juga Tama bersikap sedikit berbeda denganku.
Sudah ku coba untuk membuatnya jujur tapi tetap tidak ada jawaban yang terlontar dari mulutnya. Aku sudah menyerah, terserah dia saja.
Hari ini, aku menemani mereka main futsal yang jaraknya cukup jauh dari rumahku. Hm jika bukan karena aku demen nonton futsal juga sebenarnya tidak mau jauh-jauh. Apalagi jika ada Tama.
"Jangan pada telat ya kalian, masa aku yang ngga main selalu datang tepat waktu" keluh ku.
"Hehe ampun bundahara, siap laksanakan!!!" -Alam
Setiap kita mau main, selalu aku bilang seperti itu. Ya habisnya mereka yang main tapi mereka selalu saja telat datang. Mending cuman telat sebentar dan melewatkan sesi pemanasan, tidak. Mereka kalau telat sampe pertandingan babak pertama sudah selesai. Rugi sekali.
tama
dateng kan dean?deanne
dateng dong, mau dibawain apa?tama
ngga usah bawa apa-apa yang penting kamu dateng, hehedean
huu cringePercakapan pesan kita tidak terlalu menarik kala itu, iyalah dia langsung tertidur. Acara nya sore dan ini masih jam 11 siang. Dia pasti ingin mengumpulkan tenaga dulu. Hahaha.
Aku lanjutkan lagi aktivitas ku yang tertunda, nonton drakor.
🍂🍂🍂
Tidak kusangka, aku benar-benar sulit untuk mempercayai teman-temanku. MEREKA DATANG TELAT LAGI PADAHAL SUDAH DIINGATKAN BERULANG KALI. Sabar.
Memang tidak semua sih yang terlambat, tapi masih terhitung sedikit yang berangkat lebih awal. Sudah lah aku tidak akan membahasnya lagi. Lama-lama aku juga muak dengan mereka yang selalu telat tapi kompak sekali kompaknya. Heran.
Aku duduk dikursi panjang samping lapangan. Ditemani oleh barang-barang temanku, mereka juga masih ada disini karena pertandingan belum mulai.
Merasa ada yang melihatku dari samping kiri, aku menoleh. Menemukan Tama yang sedang memakai 'body lotion' panas itu di kakinya. Aku tersenyum, aku paling suka saat-saat seperti ini dengan Tama. Diam-diam saling curi pandang di tengah-tengah percakapan kami dengan yang lain. Tersenyum diam-diam dan bahkan kami saling menggoda. Tidak tau saja jika ada yang tengah memperhatikan kita dari jauh.
"Eh dean, minta uang dong mau beli minum nih" ucap Haris sambil menodongkan tangannya di depan mukaku.
"Berapa dah?" tanyaku
"Seratus ribu cukup lah hehe" ucapnya seenak hati sambil menaik turunkan alis nya.
Belum sampai ku protes, Tama malah mewakiliku.
"Mau buat jualan lagi tuh aer beli seratus ribu? Ada-ada aja, dua puluh ribu cukup tuh"
Aku memberikan uangnya kepada Haris, yang bersangkutan hanya diam dan tertawa kecil saja. Langsung berlari membeli air minum dengan Deri.
"Ayok yang lain pemanasan dulu eh, hari ini Pak Djoko ngga dateng ya. Tadi beliau juga udah info di grup. Jadi hari ini aku yang mimpin"
"Ashiap bosku!!"
Diga memasang muka ingin muntah saat Alam menjawab seperti itu. Aku tertawa kecil saja, pacar Tara yang berada disebelahku juga tertawa. Mereka berdua itu seperti kucing dan tikus, tapi saling menyayangi. Saling peduli. Aku saja tidak habis pikir.
Oh iya, aku jadi ingat karena sedang melihat pergelangan tanganku. Sejak pertandingan final lalu, aku secara resmi menjadi penanggung jawab atas barang spesial dari Tama. Yang sudah menemani nya dari lama, dipercayakan begitu saja kepadaku. Aku kira waktu itu dia hanya menitipkannya sebentar kepadaku, eh malah diberikannya kepadaku dan memintaku untuk selalu memakainya dan menjaganya. Aku hanya tersenyum dan menerima saja, gelang dari Tama. Gelang jimat disebutnya.
Aku selalu memakainya saat aku sekolah maupun keluar rumah. Gelangnya terlihat biasa, tidak ada menariknya. Bahkan aku pernah punya gelang seperti itu. Tapi ini sangat indah dimataku. Karena ini pemberian dari Tama -meskipun bukan barang baru, aku senang saja. Gelang yang disebutnya jimat ini sudah menjadi milikku. Aku tidak akan merusaknya bahkan sampai menghilangkannya. Akan ku jaga baik-baik sama seperti Tama menjaganya selama ini.
Sibuk melamun membuatku kaget saat team bersorak sebelum bertanding dan masuk ke lapangan. Aku hanya diam dan menatap Tama yang juga tengah menatap ku, dia mengangkat tangan kanan nya dan melambaikan nya kepada ku sambil mengucap dalam diam 'doain menang ya'.
Aku sibuk mengangguk dan membalas perkataan Tama dalam diam juga, 'selalu, untukmu. semangat kesayangan' sambil menunjukkan gigiku yang tidak rapi. Dia tersenyum dan memasukki lapangan. Aku senang, bukan hanya aku yang memakai barang pemberian. Dia bahkan memakai nya.
Tebak apa yang dipakai Tama? Karet rambut yang pernah dia pinjam saat pertandingan final lalu. Jadi kita itu semacam bertukar barang haha. Lucu sekali. Aku yang memang suka memakai karet rambut sebagai ganti gelang saat itu dengan ikhlas memberikannya pada Tama. Karena aku masih punya banyak dirumah. Tapi tidak kusangka sampai saat ini dia masih memakainya. Aku kadang bertanya-tanya bagaimana reaksi pacar Tama saat tau itu dari wanita lain. Aku lagi-lagi tersenyum miris.
Kapankah Tama menjadi seutuhnya untukku? Lagi-lagi aku berharap hal yang tidak mungkin terjadi dihidupku. Masih berusaha saja, dasar tidak tau malu!
Kapten Futsal
2020🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂