Hari-hari terus Thalita lalui dengan bergantung pada banyaknya pil pahit yang harus ia minum. Ia juga harus bolak balik ke rumah sakit. Makin lama Raffan juga semakin curiga. Karena Thalita sering pergi tanpanya dan pulang malam bahkan besoknya. Tak jarang pertengkaran antara keduanya terjadi.
"Mas, adek ma--"
"Mau apa? Mau pergi lagi? Dek! Tolonglah kamu ini punya suami punya anak yang perlu kamu urus!" ucap Raffan memotong perkataan Thalita.
"Maaf mas, tapi adek emang harus pergi," jawab Thalita.
"Terus kapan pulang? Nanti malam? Besok? Lusa? Apa mau ngga usah pulang sekalian?" tanya Raffan kesal.
"Adek usahain pulang secepatnya," jawab Thalita.
Raffan berdecak marah.
"Dek, mas udah sabar ya ngadepin sifat kamu yang seperti ini! Jangan sampai mas ninggalin kamu!" ucap Raffan.
"Kalo memang mas udah ngga mau sama adek ngga papa kok. Mungkin adek emang udah ngga pantas jadi istri mas," jawab Thalita.
"Astaghfirullah.." lirih Raffan mengatur emosinya.
"Dek, dengerin mas baik-baik!" ucap Raffan.
"Mas bukannya ngga mau sama adek lagi, tapi mas cape ngeliat tingkah adek sekarang! Adek bukan lagi Thalita yang mas kenal! Ini bukan sifat Thalita istri mas! Bukan dek! Mas yakin ada yang alasan yang bikin adek jadi gini!" lanjut Raffan penuh penekanan.
Thalita hanya bisa diam. Ia sadar apa yang lakukan memang salah.
"Tapi kalo memang adek udah ngga mau mas atur lagi, silakan keluar! Silakan pulang ke rumah orang tua adek!"
Deg!
'Ya Allah, apa pernikahan hamba cuma bisa sampai sini? Hamba ngga mau dicerai,' batin Thalita.
Ucapan Raffan membuat hati Thalita hancur. Tapi ia juga tak tega kalo harus mengakui sekarang.
"Baiklah kalo mas mau adek pergi, adek akan pergi tapi titip anak-anak ya kalo bisa carikan umi yang lebih baik dari adek dan biarkan barang-barang adek disini, buat Zahra," jawab Thalita beranjak mengambil tasnya.
Sebenarnya Thalita tidak benar-benar ingin melakukan hal ini tapi bagaimana lagi mungkin memang ini jalannya.
'Kenapa adek malah mengiyakan ucapan ku? Ya Allah hamba ngga bermaksud menceraikannya,' batin Raffan.
"Adek pamit ya mas, Assalamualaikum," ucap Thalita.
"Wa'alaikumussalam," jawab Raffan.
Thalita memberikan senyuman sebelum ia keluar. Raffan perlahan mengikuti Thalita keluar. Ternyata di luar ada Shafa yang berniat menjemput Thalita. Karena selama ini Shafa yang selalu mengantar Thalita kemo.
"Kak, kakak kenapa nangis?" tanya Shafa.
"Ngga papa Fa, sekarang kakak ngga tinggal disini lagi, terima kasih untuk waktunya selama ini," jawab Thalita.
"Maksud kakak? Kakak ngga cerai kan?" tanya Shafa.
Thalita hanya tersenyum. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit.
"Ya Allah sakit lagi..." lirih Thalita memegang kepalanya.
"Kak, kenapa kak? Sakit lagi ya?" tanya Shafa panik.
"Kak Raffan ngapain diem aja disitu?! Ngga liat kak Lita sakit gini!" seru Shafa.
"Fa, jangan!" ucap Thalita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fanfiction[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...