Satu bulan Rifqi menjalani hidup dengan penuh keterbatasan. Ia menjadi rentan sakit jika kelelahan. Karena kondisinya, ia juga harus meninggalkan pekerjaannya sebagai dokter. Sudah satu minggu ini Rifqi ikut mengajar di pesantren tempat dulu ia menimba ilmu. Satu bulan ini juga Rifqi tak bertemu Thalita. Jangankan bertemu, melihat atau berkomunikasi lewat HP saja tidak. Rindu? Jelas Rifqi merasakannya. Setiap ia bertanya di mana Thalita tak ada yang mau menjawab. Dan semenjak kejadian itu, keluarga Rifqi memanggilnya Fatih. Yang diambil dari nama belakangnya. Alasannya katanya untuk menjauhkan Rifqi dari hal buruk untuk kesekian kalinya.
"Assalamualaikum, dek!" salam Raffan pada Rifqi yang tengah diam melamun didepan rumahnya.
"Wa'alaikumussalam kak." jawab Rifqi.
"Sudah siap berangkat?" tanya Raffan.
"Sudah kak, sebentar adek kunci pintu dulu." jawab Rifqi.
Rifqi beranjak ke dalam mengambil kunci dan HPnya. Setelah mengunci pintu, Rifqi berangkat ke pesantren bersama Raffan.
"Kenapa diam terus?" tanya Raffan melirik Rifqi.
"Ngga papa kak." jawab Rifqi.
'Kakak tau kamu pasti kangen Thalita. Kakak sebenarnya juga pengin ajak kamu ketemu Thalita, tapi takutnya malah kalian terutama kamu dimarahi umi.' batin Raffan.
"Kak," panggil Rifqi menatap Raffan dari samping.
"Hemm?" Raffan melirik Rifqi.
"Sebenarnya di mana kak Thalita? Tolong kasih tau adek! Jangan pisahkan kami!" ucap Rifqi memohon.
"Dek, maaf kakak ngga bisa ngasih tau." jawab Raffan.
"Kenapa kak? Gara-gara kejadian waktu itu? Tapi kan yang nembak adek itu Reyhan bukan kak Thalita." ujar Rifqi.
"Dek, adek sabar dulu ya. Kakak juga ngga mau pisahin kalian, tapi kakak juga ngga bisa ngelawan umi." ucap Raffan.
"Terserah kalian lah! Percuma Qiqi ngelawan cuma ngabisin waktu dan tenaga." ucap Rifqi pasrah setengah kesal.
"Fatih dek!" ucap Raffan mengoreksi.
"Ngga ada Fatih! Ini aku Rifqi!" tegas Rifqi langsung keluar mobil karena kebetulan sudah sampai.
"ADEK!! FATIH TUNGGU KAKAK!!" teriak Raffan menyusul Rifqi.
"Dek! Tunggu dulu!" Raffan menyekal tangan Rifqi.
"Lepas kak! Aku ada kelas pagi!" ucap Rifqi memberontak.
"Dek, tolong jangan gini!" ucap Raffan.
"Kenapa kakak jadi kasar si?! Lepas kak!" ketus Rifqi terus memberontak.
"Kakak ngga akan lepaskan kalau adek masih keras terus!" ujar Raffan.
"Lepas kak!" Rifqi terus saja memberontak sampai akhirnya terlepas namun..
SREKK
"AAH!!"
BRUK!
"AAWW!!"
"ADEK!!"
Rifqi menarik tangannya dengan kasar tapi malah terpeleset batu. Alhasil ia terjatuh dan perutnya yang masih luka terbentur gazebo yang ada ditempat itu. Dan dari kejauhan ternyata ada Thalita yang terus memperhatikannya. Melihat Rifqi kesakitan, Thalita spontan mendekat. Tapi belum sampai di tempat Rifqi, ia tersadar dan langsung menghentikan langkahnya.
"KAKAK!!!" teriak Rifqi berusaha bangkit dengan menahan sakitnya.
"Kak jangan pergi!" seru Rifqi melihat Thalita berbalik menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fiksi Penggemar[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...