"K-kamu denger apa yang kak Raffan bilang?" tanya Rafka.
"Iya kak, Qiqi denger," jawab Rifqi.
"Kok bisa? Kan jauh, dan kak Raffan ngomongnya ngga keras, kok bisa kedengaran sampai sini?" tanya Rafka penasaran.
"Em..."
Flashback On
Setelah semua keluar, lagi-lagi Rifqi menangis.
'Kenapa aku jadi gini si? Ini bukan aku! Aku ngga pernah diajarin marah kayak gini. Mereka ngga salah. Ya Allah kuatkan hati hamba melewati semua ini,' batin Rifqi.
Rifqi menghapus air matanya dan berniat untuk keluar kamar. Ia ingin minta maaf pada semuanya.
"Heran aku! Sama istrinya kok kerjanya bentak terus! Mending bawa ke rumah sakit jiwa aja tuh! Udah gila kali!" gerutu Raffan.
'Kak Raffan ngatain aku gila?' batin Rifqi.
Keinginannya untuk keluar Rifqi tunda dulu. Ia mendengar pertengkaran kakaknya.
"Kenapa kak Raffan tega ngomong kayak gitu? Apa karena kemarahan ku selama ini? Tapi kenapa malah pengen masukin aku ke rumah sakit jiwa? Aku ngga gila!" lirih Rifqi kembali menetaskan air matanya.
"Aku harus bisa bangkit! Aku ngga boleh gini terus! Ya aku harus bisa jadi Qiqi yang dulu!" ucap Rifqi yakin dan menghapus kembali air matanya.
Setelah itu Rifqi melirik nakas yang terdapat makan siangnya. Ia berniat makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan niatnya untuk keluar. Sayangnya, tangan Rifqi mendadak lemas membuat ia tak bisa memegang piringnya. Akhirnya piring itu jatuh dan membuat Rafka masuk.
Flashback Off
"...gitu kak," pungkas Rifqi.
"Jangan terlalu dipikirin ya. Aku tau kamu ngga seperti yang kak Raffan bilang," ucap Rafka.
"Kak, apa Qiqi masih bisa jalan lagi?" tanya Rifqi.
"Asal kamu mau usaha pasti kamu bisa normal lagi. Karena dokter kan bilangnya cuma sementara," jawab Rafka.
"Kak, bantu Qiqi ke taman belakang rumah," pinta Rifqi.
"Ngga pengen tidur siang?" tanya Rafka.
"Ngga ngantuk. Qiqi pengen keluar," jawab Rifqi.
"Ok!" balas Rafka.
Rafka segera membawa Rifqi ke taman.
"Mau dimana?" tanya Rafka.
"Situ kak! Yang deket kolam ikan," jawab Rifqi.
Rafka kembali mendorong kursi roda Rifqi.
"Dah anteng disini ya! Nih kalo mau kasih makan ikannya!" ucap Rafka memberikan pakan ikan.
'Terus tertawa Qi. Ini baru namanya adikku! Selalu tertawa ceria walau hanya karena hal kecil,' batin Rafka memperhatikan Rifqi yang tengah asik memberi makan ikan.
Rifqi terlihat sangat bahagia. Bahkan ia seperti tak punya beban sama sekali. Tawa lepas terus menghiasi diri Rifqi.
"Qi, aku tinggal kedalam sebentar ya. Jangan mundur-mundur nanti jatuh ke kolam tenggelam kamu!" ucap Rafka.
"Ok kak!" jawab Rifqi.
Rafka berlalu masuk kedalam.
"Titip Qiqi!" ucap Rafka pada Raffan yang tengah berdiri di ambang pintu.
Raffan hanya diam dan tak merespon apapun. Rafka hanya bisa menghela nafas kasar dan melenggang masuk. Ia tau Raffan masih marah pada Rifqi. Karena waktu itu Rifqi pernah membentak dan mendorong Raffan hingga terbentur nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fanfiction[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...