Flashback On
'Aku ngga bisa gini terus! Aku harus pergi. Tapi pergi kemana?' batin Rifqi.
"Apa aku pindah ke Blitar dulu ya sementara?" monolog Rifqi.
Karena tak fokus dan melamun Rifqi tak sadar jika ia sudah ditengah jalan. Bersamaan dengan itu ada mobil yang ugal-ugalan.
TIIINNN!
Rifqi langsung tersadar dari lamunannya. Namun, naas Rifqi tak bisa menghindar.
BRAKK!!
"Aahh!!" rintih Rifqi saat tubuhnya terpental ke halaman rumah Raffan.
"Astagfirullah sakit... To-long!" lirih Rifqi.
Flashback Off
"..... Cuma itu yang mas inget. Mas lupa kenapa mas berpikir mau pergi." pungkas Rifqi.
"Ngga usah diingat apa yang bikin mas mau pergi. Itu ngga penting." ucap Zea.
"Iya dek." jawab Rifqi.
"Adek? Kalo adek mau pindah sementara, tunggu adek pulih dulu ya." ucap umi Farah.
"Iya mi, nanti adek pikirin lagi." jawab Rifqi.
"Mas, mau keluar ngga? Mungkin mas kangen dunia luar." tawar Zea.
Zea tak mau terjadi hal buruk jika Rifqi tetap didalam kamar.
"Boleh dek," jawab Rifqi.
Zea beranjak mengambil kursi roda Rifqi yang dulu biasa Rifqi pakai. Abi Fariz membopong Rifqi untuk duduk di kursi rodanya.
"Makasih bi," ucap Rifqi.
"Sama-sama sayang," jawab abi Fariz mulai mendorong kursi roda Rifqi.
Baru saja Rifqi keluar, Syifa langsung berlari memeluk kaki Rifqi.
"Bii!!" racau Syifa.
"Anak abi udah gede ya? Kangen abi ngga?" tanya Rifqi mengusap kepala Syifa. Ingin rasanya Rifqi mengangkat Syifa ke pangkuannya. Namun, kondisinya yang masih terbilang lemah, tak memungkinkan untuk melakukan itu.
"Ndong bi!!" rengek Syifa meminta digendong.
"Sayang, maaf ya abi belum bisa gendong adek." ucap Rifqi sedikit bergetar. Ia tak tega melihat putrinya merengek.
"Cucu omah yang cantik, gendong omah aja ya." bujuk umi Farah memahami kondisi Rifqi.
Syifa langsung menggeleng dan menangis, "Bii!!!".
'Ya Allah ngga tega ngeliat anakku seperti ini. Bismillah beri hamba kekuatan.' batin Rifqi.
Perlahan tangan Rifqi terulur dan akhirnya ia berhasil mengangkat Syifa ke pangkuannya.
"Sudah ya sayang, jangan nangis. Kan udah abi pangku." ucap Rifqi mengusap rambut Syifa yang tergerai.
"Bii!!!" Syifa terus meracau sambil menepuk dada Rifqi. Hal itu membuat Rifqi sedikit merasa sakit.
"Sshh udah sayang, abi sakit." ucap Rifqi sedikit merintih.
"Adek, sayang jangan gitu nak. Abinya sakit itu loh." ucap Zea berusaha menjauhkan Syifa dari Rifqi.
"HUAA!!! Bii!!!" Syifa semakin mengeraskan tangisannya.
"Sayang udah ya cup cup cup!" Rifqi mendekap Syifa agar tenang. Ia tau putrinya pasti merindukan dirinya. Satu tahun memang bukan waktu yang singkat. Lama didekapan Rifqi membuat Syifa tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fanfiction[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...