26|Firasat

73 11 6
                                    

Satu minggu berlalu kesehatan Rifqi semakin membaik. Zea berniat menjadwalkan operasi Rifqi secepatnya. Keluarga Zea sudah pulang ke Bandung. Tetapi orang tua Rifqi belum. Karena permintaan Rifqi yang menginginkan orang tuanya mendampingi saat operasi nanti. Untuk ingatan Rifqi sudah mulai kembali. Rifqi sudah ingat Raffan dan Rafka, tinggal Thalita yang belum ia ingat. Setiap Rifqi berusaha mengingat Thalita selalu kepalanya langsung sakit. Hal itu membuat abi Fariz melarang Rifqi mengingat sekarang.

"Dek, sebenarnya cewe yang sama kak Raffan itu siapa si? Kok mas susah banget ngingetnya. Apa dia yang paling sering nyakitin mas?" tanya Rifqi.

"Itu kak Thalita, istrinya kak Raffan." jawab Zea.

"Kak Thalita?" gumam Rifqi.

Rifqi berusaha mengingat namun lagi-lagi kepalanya pusing.

"Sshh siapa kak Thalita sebenarnya?" lirih Rifqi.

"Mas?" panggil Zea.

"Hemm, kenapa?" tanya Rifqi.

"Besok siang mas Qiqi udah bisa operasi dan secepatnya mas bisa berjalan normal kembali." jelas Zea.

"Beneran? Alhamdulillah deh." jawab Rifqi.

"Mas Qiqi ngga seneng?" tanya Zea. Pasalnya Rifqi menjawab dengan datar. Tak terdengar semangat apalagi bahagia.

"Seneng cuma gimana gitu. Mas sadar aja, kaki mas kan gampang banget lumpuh. Ini aja udah yang ketiga kalinya. Mas ngga yakin bisa jalan normal lagi." Rifqi menatap lurus ke luar jendela kamar.

"Mas, mas harus yakin kalo mas bisa sembuh. Adek janji adek akan bikin mas Qiqi normal lagi! Mas Qiqi harus yakin, harus semangat untuk sembuh demi adek, demi anak-anak kita." ucap Zea.

Rifqi mengambil tangan Zea dan menggenggamnya, "makasih ya dek, makasih banget. Makasih udah mau bersabar menemani, dan menghadapi mas yang penuh kekurangan. Makasih udah mau setia sama mas. Mungkin kalo perempuan lain sudah pergi meninggalkan mas."

"Mas, adek ngelakuin ini karena adek cinta sama mas Lillahita'ala. Mas saja dulu mau berjuang untuk cinta kita. Mas sampai sakit, stres, hampir dikeluarin dari pesantren, dihukum, dan masih banyak lagi hal yang terjadi sama mas Qiqi hanya demi nyari adek. Jadi sudah seharusnya adek setia sama mas Qiqi. Dan seorang istri kan memang bertugas untuk melengkapi kekurangan suami bukan cuma menuntut kesempurnaa." ucap Zea membalas genggaman tangan Rifqi.

"Ana Uhibbuki Fillah bidadari ku." ucap Rifqi mengecup tangan Zea.

"Aku juga mencintai mu karena Allah pangeran ku." balas Zea mengecup pipi kiri Rifqi.

"Yang ini iri loh!" ucap Rifqi menunjuk pipi kanannya.

"Yee dikasih hati minta jantung!" gerutu Zea tapi tetap melakukannya.

"Makasih sayang," ucap Rifqi dimanis-maniskan.

"Hemm." Hanya itu yang keluar dari Zea.

"Dek, adek ngga ke rumah sakit?" tanya Rifqi.

"Emang mas mau adek tinggal?" Zea balik bertanya.

"Ya mau aja si. Kan ada umi sama abi disini. Mas ngga sendirian." jawab Rifqi.

"Ya sudah adek siap-siap berangkat ya?" ucap Zea.

"Iya dek. Em nanti mas boleh ngga jalan-jalan sekitar rumah? Bosen dirumah terus." pinta Rifqi sedikit merengek.

"Boleh tapi ditemenin abi atau umi," jawab Zea.

"Yey! Makasih ya dek." ucap Rifqi.

"Iya mas, kalo gitu adek berangkat dulu ya." pamit Zea.

Jannah BersamaMu[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang