23|Rifqi&Reza

75 10 22
                                    

"Anak ibu saat ini mengalami koma." jawab dokter.

Deg.

Semua mematung mendengar jawaban dokter. Koma? Antara hidup dan mati? Kenapa harus seperti ini?

"Tapi dia bisa sadar kan? Kira-kira berapa lama untuk sadar?" tanya Rafka.

"In Sya Allah jika tubuhnya merespon baik dan bisa kembali berfungsi baik kemungkinan bisa sadar. Tapi jika dalam waktu beberapa minggu tak ada respon apapun maka terpaksa alat bantunya harus dilepas karena akan makin merusak organ tubuhnya. Untuk berapa lamanya saya tidak bisa memastikan. Jika tubuhnya kuat, bisa saja tidak sampai satu minggu In Sya Allah bisa sadar. Tapi kalo tubuhnya lemah atau bahkan tidak merespon pada alat medis yang dipasang maka pasien akan ... Maaf bisa meninggal." jelas dokter.

"Astagfirullah..."

Tangis semuanya langsung pecah.

"Kak, mas Qiqi kak!" racau Zea didekapan Raffan.

"Sstt Qiqi ngga papa ya, jangan nangis terus. Do'ain Qiqi aja biar cepet sadar ya." jawab Raffan.

'Ya Allah kenapa jadi gini? Ini salahku! Ngga seharusnya Qiqi yang sakit!' batin Rafka.

"Boleh kami masuk?" tanya Rafka.

"Silakan! Saya permisi dulu," jawab dokter berlalu pergi.

Semua masuk kedalam ruangan. Berbagai alat medis memenuhi tubuh Rifqi. Bayangan-bayangan saat Rifqi diposisi ini kembali lagi. Mereka seakan mengalami hal sama namun waktu yang berbeda.

"Mas, bangun.." lirih Zea.

"Tenang ya dek. Kakak percaya Qiqi kuat. Qiqi pasti bangun lagi ya. Udah jangan gini, Qiqi ngga suka kalo adek nangis terus." ucap Raffan mendekap Zea agar tenang.

"Adek udah kangen banget main sama masnya ya? Sampai adek milih tidur dulu. Jangan lama-lama sayang tidurnya. Umi tunggu adek bangun ya." ucap umi Farah membelai lembut rambut Rifqi.

'Pasti sekarang kamu udah ketemu mas Eza kan? Kamu pasti bahagia banget bisa main sama mas Eza lagi. Kamu jahat Qi! Kenapa kamu pergi sendiri? Harusnya kamu ajak aku! Aku juga kangen mas Eza!' batin Rafka.

'Bercandanya ngga lucu dek! Kakak kira kamu mau pergi ke rumah. Tapi kenapa malah kesini? Adek ngga mau ketemu kakak lagi ya? Kakak jahat ya dek. Gara-gara kakak adek ngambek sampai tidur terus. Bangun yuk dek! Kakak janji kalo adek bangun, kakak ngga akan pernah bentak adek lagi. Kakak bakalan temenin adek main. Apapun yang adek mau pasti kakak turutin dek. Bangun ya!' batin Thalita.

"Aawwss..." rintih Thalita merasakan perutnya sakit.

"Mas! Mas Raffan!" panggil Thalita.

Raffan langsung melepas dekapannya pada Zea dan berbalik mendekati Thalita.

"Kenapa dek?" tanya Raffan.

"Perut adek sakit banget." jawab Thalita.

"Astagfirullah. Kita periksa ke dokter ya. Takut dedenya kenapa-napa." ucap Raffan dan dijawab anggukan.

Raffan menuntun Thalita keluar. Tak lama setelah mereka keluar, abi Fariz masuk kedalam.

"Bagaimana kondisi adek?" tanya abi Fariz.

"Adek koma bi." jawab Rafka.

Abi Fariz hanya menghela nafas kasar dan mendekati putra bungsunya yang tengah terbaring lemah.

Jannah BersamaMu[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang