"REYHAN!!!"
Thalita terkejut saat Reyhan tiba-tiba merebut pistol ditangannya dan menembakan pada Rifqi.
Rifqi yang sudah lemas akibat darah yang terus keluar dari luka sayatan di wajahnya tak bisa menghindar sama sekali. Terlebih gerakan Reyhan yang sangat cepat. Tubuhnya langsung limbung ditambah rasa perih serta panas di perut kirinya.
"Reyhan! Kenapa kamu malah nembak beneran! Ini ngga sesuai dengan perjanjian kita!" ujar Thalita marah.
Thalita langsung memangku Rifqi yang sudah setengah sadar.
"Dek, maafin kakak. Kakak ngga ada niatan mau bunuh adek beneran." ucap Thalita menyesal.
"Kak, adek ngga masalahin apa niat kakak sebenarnya. Adek sudah maafin kakak. Tapi yang perlu kakak tau, adek sayang banget sama kakak. Titip keluarga adek ya kak." ucap Rifqi sangat pelan. Napasnya terengah-engah menahan sakit.
"Jangan tinggalin kakak dek, maaf." ucap Thalita meneteskan air matanya.
UWIW UWIW
"Mba, kita bawa adek ke rumah sakit dulu! Sudah ada ambulans didepan. Masalah Reyhan biar ditanganin mas Raffan." ucap abi Fariz.
"Iya bi." jawab Thalita.
"Dek, bertahan ya! Adek kuat!" ucap Thalita membopong Rifqi keluar.
Rifqi dibawa ke rumah sakit dengan didampingi Thalita, Zea dan abi Fariz. Sedangkan yang lain ada yang menyusul dan juga menyelesaikan masalah dengan Reyhan.
'Kak, kalo adek ngga kuat, maafin adek ya kak.' batin Rifqi menahan sakit di perutnya yang terkena peluru.
"Kak..." lirih Rifqi.
"Kenapa? Sakit banget ya? Tahan ya dek." jawab Thalita.
"Ini memang sakit, tapi lebih sakit melihat kakak mengutarakan kebencian. Jangan benci adek ya kak!" lirih Rifqi. Matanya melirik Thalita.
"Ngga dek, kakak sayang sama adek. Maaf ya tadi kakak sudah jahat ke adek. Nanti kalo adek sembuh kakak akan ceritakan semuanya." ujar Thalita menggenggam tangan Rifqi.
"Adek percaya kak, tapi adek ngga bisa jamin adek bisa sembuh lagi. Sakit kak..." lirih Rifqi.
"Mas, mas Qiqi harus sembuh. Kita butuh mas Qiqi." ucap Zea.
"In Sya Allah dek.." lirih Rifqi.
'Ini kah akhir hidup ku? Allah, Allah, Allah..' Mata Rifqi terpejam sempurna. Ia sudah tak bisa menahan rasa sakitnya.
"Dek? Adek?" panggil Thalita.
"Nak, sayang?" sambung abi Fariz.
"Mas? Mas Qiqi?" lanjut Zea.
"Sepertinya adek ngga kuat nahan sakit, jadi pingsan." ujar abi Fariz setelah mengecek nadi Rifqi.
'Maaf dek, gara-gara kakak terjebak Reyhan, adek jadi begini. Kakak nyesel dek. Kalo sampai terjadi sesuatu sama adek, kakak ngga akan maafin diri kakak sendiri.' batin Thalita menyesal.
Beberapa menit kemudian ambulans sudah sampai di rumah sakit. Rifqi langsung dibawa masuk ke ruang operasi untuk mengangkat peluru yang bersarang ditubuhnya. Sedari tadi Thalita terus menangis menyesali perbuatannya.
"Abi, Lita minta maaf. Lita nyesel kayak gini." lirih Thalita.
"Percuma nyesel mba! Ngga bakal bikin adek langsung sembuh!" jawab abi Fariz.
"Umi.." lirih Thalita.
"Saya bukan umi kamu!"
Deg!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fanfiction[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...