"Mba..." panggil umi Farah.
"Umi..." lirih Thalita.
"Umi minta maaf mba, masalah ini disebabkan keegoisan umi yang umi pikir baik untuk adek." ucap umi Farah.
"Umi ngga salah. Umi lakukan itu untuk kebaikan adek, hanya caranya yang salah." balas Thalita.
"Mba Lita mau maafkan umi?" tanya umi Farah.
"Kalau umi bisa memaafkan Lita, kenapa Lita ngga? Lita pasti maafin umi." jawab Thalita.
"Tapi lebih baik umi minta maaf ke adek. Karena disini adek yang lebih dirugikan." lanjut Thalita.
"Ya mba pasti. Tapi apa adek mau memaafkan?" tanya umi Farah.
"Lita tau sifat adek. Dia pasti mau memaafkan." jawab Thalita.
"Kita sekarang masuk aja yuk!" ajak Thalita.
"Ayo mba!" Umi Farah langsung membalikkan kursi roda Thalita dan mendorong masuk.
Ummi Farah mendekati Rifqi yang masih terlelap. Tangannya terangkat membelai kepala Rifqi.
"Maafkan umi, dek." gumam umi Farah semberi mengecup kening Rifqi.
Merasa tidurnya terganggu, Rifqi menggeliat dan membuka matanya.
"Eh kok bangun? Umi ganggu ya?" tanya umi Farah.
Rifqi hanya diam mengerjap.
"Kakak disini dek," ucap Thalita.
"Kakak dari mana?" tanya Rifqi.
"Tadi keluar sebentar, kakak ngga kemana-mana kok." jawab Thalita.
'Ngapain semua disini? Mau pisahin aku sama kak Thalita lagi?' batin Rifqi.
"Sayang, umi minta maaf. Maaf sudah melukai hati adek. Sekarang umi sadar, bukan hanya perhatian yang adek butuhkan, tapi apa yang adek inginkan bisa didapatkan. Maaf ya dek." ucap umi Farah membelai Rifqi.
Rifqi terdiam bingung dengan yang terjadi sekarang. Ia hanya menatap dengan mata yang terus mengerjap.
"Maaf? Maksudnya?" Akhirnya Rifqi angkat bicara, dari pada ia terus dibuat bingung.
"Hey! Tadi adek bilang apa coba? Minta apa?" tanya Thalita.
"Hemm?" Rifqi nampak berpikir. Sepertinya karena masih mengantuk Rifqi menjadi loading.
"Jangan terlalu dipikirkan, dek. Intinya umi minta maaf ya," ucap umi Farah.
"Maaf untuk yang keberapa?" tanya Rifqi.
"Adek cape ya? Mendengar maaf dari umi?" ujar umi Farah.
"Mungkin," jawab Rifqi sekenanya.
"Adek, ngga boleh kayak gitu sayang!" tegur Thalita dengan lembut.
"Maaf," Rifqi langsung mengalihkan pandangannya.
"Bisa biarkan aku istirahat dulu? Tolong keluar!" pinta Rifqi tanpa menatap.
"Adek, dengar kakak!" pinta Thalita.
Rifqi menghela napas lelah.
"Kak, umi, semua, tolong banget! Biarkan adek istirahat sebentar saja! Luka adek masih perih banget. Tolong sekali ini aja ngertiin adek!" pinta Rifqi terlihat memelas.
"Kalau kalian mau disini ngga papa, tapi jangan ganggu istirahat adek." tambah Rifqi.
"Umi temenin ya dek," ucap umi Farah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fiksi Penggemar[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...