40|Awal Kebahagiaan

149 8 10
                                    

Kelahiran seorang anak pastinya menjadi momen yang ditunggu-tunggu orang tua. Sama halnya dengan Rifqi dan Zea. Menurut perkiraan dokter anak mereka akan lahir minggu ini.

"Sayang, belum kerasa lagi?" tanya Rifqi.

"Belum mas," jawab Zea.

"Pangeran kedua abi, cepat lahir ya. Yang sehat didalam sampai keluar," ucap Rifqi mengelus perut Zea.

"Kok kedua?" tanya Zea.

"Kan ada Adit, sayang." jawab Rifqi.

"Oh iya lupa," balas Zea.

"Huhh sama anak sendiri kok lupa," ujar Rifqi menarik pelan hidung Zea.

"Mas," panggil Zea.

"Hemm?" Rifqi menatap wajah indah istrinya.

"Ngga ke rumah sakit?" tanya Zea.

"Ngga ada jadwal yang penting, mas ambil cuti dulu." jawab Rifqi.

"Mas," Lagi-lagi Zea memanggil. Rifqi mulai dibuat heran dengan tingkah istrinya. Seperti ada yang ingin disampaikan namun sulit.

"Kenapa, dek? Ada masalah?" tanya Rifqi.

"Ngga ada si, cuma mau tanya seperti biasanya," jawab Zea.

"Yang apa?" tanya Rifqi tak paham.

"Kalau setelah melahirkan adek tidur untuk selamanya, apa mas akan cari istri lagi?" tanya Zea.

"Jawaban mas tetap sama. Jika itu terjadi mas ngga akan cari istri lagi sampai kapan pun." jawab Rifqi.

"Mas akan rawat anak ini sendiri?" tanya Zea.

"Iya, karena mas ngga mau nantinya anak kita malah lebih sayang sama ibu tirinya kalau mas nikah lagi. Mas hanya mau adek yang jadi umi kesayangan anak-anak. Walaupun misal hal buruk terjadi, tapi tetap saja harus adek yang ada di hati anak-anak dan mas untuk selamanya." jelas Rifqi.

"Adek beruntung banget punya suami seperti mas Qiqi yang selalu setia," ucap Zea.

"Mas jauh lebih beruntung mendapatkan istri seperti adek yang mau setia dan sabar menghadapi mas yang penuh dengan kekurangan," balas Rifqi.

"Mungkin menurut orang lain mas penuh kekurangan, tapi menurut adek mas adalah suami paling sempurna yang pernah adek temui. Ngga usah jauh-jauh, kita lihat saja kakak kita. Antara mas sama kakak-kakak itu, mas bisa lebih dewasa, lebih sabar dan ngga pernah marah sama adek. Walaupun marah itu hanya sebentar ngga pernah sampai yang gimana gitu." ujar Zea.

"Mas hanya ingin adek, anak-anak bisa bahagia. Mas ngga mau kalian merasakan apa yang mas rasakan selama ini. Cukup mas yang pernah kurang akan kasih sayang. Jangan adek apalagi anak-anak." jawab Rifqi.

"Eeuumm abi terbaik setelah abi adek!" ucap Zea memeluk Rifqi.

"Adek juga," balas Rifqi membalas pelukan Zea.

"Eh!"

"Kenapa sayang?" tanya Rifqi.

"Dedenya nendang jadi adek kaget," jawab Zea.

"Dede ikut senang ya lihat abi sama umi akur? Nanti kalau dede lahir, ikut peluk abi sama umi ya, sayang." ujar Rifqi mengelus perut Zea.

"AAWWW!!" pekik Zea membuat Rifqi panik.

"Kenapa dek? Sakit perutnya?" tanya Rifqi.

"Iya mas, sepertinya dedenya pengin cepat-cepat dipeluk deh," jawab Zea.

"Kita ke rumah sakit sekarang ya dek!" ucap Rifqi dijawab anggukan.

Rifqi meraih kunci mobilnya dan mengambil perlengkapan bayi yang sudah disiapkan.

Jannah BersamaMu[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang