Thalita terbangun, namun bukan dikamar atau dirumahnya. Ia meneliti sekitar. Seperti ditaman. Itu yang muncul di otak Thalita. Ia berjalan menyusuri tempat itu. Tak lama ia melihat dua orang laki-laki yang tengah bermain.
"Ini dimana si? Mereka siapa? Kok kayak ngga asing?" monolog Thalita.
Ia mendekati dua orang itu dan betapa terkejutnya Thalita saat mengetahui siapa mereka.
"Eza! Qiqi!" Ya, itu kedua adiknya. Seruan Thalita membuat keduanya menengok.
"Kakak!" seru Rifqi dan Eza mendekati Thalita.
"Kalian? Ini beneran kalian?" tanya Thalita masih dalam keterkejutannya.
"Iya kak, ini kita." jawab Eza.
"Kakak kesini mau jemput Qiqi ya?" tanya Rifqi.
"Jemput? Em mungkin. Kakak juga ngga tau kenapa bisa kesini." jawab Thalita ragu.
"Makasih ya kak, udah mau mampir kesini jemput adek. Oh ya! Ingatan adek udah balik lagi. Dan adek udah maafin semua yang pernah terjadi antara kita. Adek juga udah bisa jalan, tadi dibantu mas Eza langsung berhasil." ujar Rifqi memeluk Thalita.
"Adek udah ingat kakak?" tanya Thalita.
"Iya kak, Alhamdulillah." jawab Rifqi.
"Jangan sia-siakan adek ya kak! Cukup adek yang pergi, jangan dek Qiqi." ucap Eza ikut memeluk keduanya.
"Iya dek, In Sya Allah kakak ngga akan nyakitin adek lagi." jawab Thalita.
"Karena kak Thalita sudah datang, kalian pulang ya! Adek kan juga udah lancar jalannya." ucap Eza.
"Sebentar lagi ya, dek. Kakak kepengin main sama adek dulu." jawab Thalita.
"Ya sudah, ayo kita main sebentar!" ajak Eza.
Mereka saling bercanda. Tawa lepas menyelimuti ketiganya. Setelah merasa lelah, Thalita dan Rifqi memutuskan untuk kembali ke tempat seharusnya.
"Mas, adek pulang dulu ya. Mas Eza yang bahagia disini, adek juga akan berusaha bahagia disana." ucap Rifqi memeluk Eza lumayan lama.
"Iya dek, kalo adek sedih adek bisa datang ke makam mas. Atau nanti mas main ke mimpi adek." jawab Eza membalas pelukan Rifqi.
"Terima kasih waktunya. Adek sayang banget sama mas Eza." ucap Rifqi.
Eza bisa merasakan jika air mata Rifqi menetes.
"Iya sayang, sama-sama. Mas juga sayang banget sama adek. Jangan lupakan mas ya!" pinta Eza ikut meneteskan air matanya.
"Hey adeknya kakak kok pada nangis, kakak jadi ikut sedih." ujar Thalita.
Rifqi melepas pelukannya dan menghapus air matanya. Ia berusaha menerbitkan senyuman.
"Jangan nangis lagi ya!" Eza menghapus sisa air mata Rifqi yang malah membuat Rifqi kembali menangis.
"Hiks... Adek ngga mau pisah sama mas hiks..hiks.." lirih Rifqi terisak.
"Mas juga ngga mau pisah sama kalian, tapi gimana lagi belum waktunya kita bersatu lagi." lirih Eza.
"Mas, ikut pulang yuk!" ajak Rifqi tak masuk akal.
"Maaf dek, ngga bisa. Mungkin kalo bisa mas mau pulang bareng kalian, tapi nyatanya ngga bisa dek." jawab Eza.
"Kalian pulang ya! Semuanya nungguin kalian." lanjut Eza.
"Ayo dek!" ajak Thalita.
"Adek pulang mas, sampai jumpa!" ucap Rifqi.
"Kakak pulang ya dek, yang tenang disini." sambung Thalita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fanfiction[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...