Sesuai perkiraan dokter, satu jam berlalu Zea mulai sadar. Kondisinya semakin membaik hanya tinggal luka jahitnya saja yang masih perih.
"Kak, gimana kondisi anakku?" tanya Zea.
"Alhamdulillah Zi, anak kamu sehat sempurna. Sekarang ada di ... Dimana mas? Kamu yang bawa!" jawab Shafa dengan bertanya pada Rafka.
"Anak kamu ada di ruangan Qiqi. Tadi niatnya biar diazanin tapi ternyata Qiqi setelah sadar tidur lagi, jadi aku taruh disana dulu," jelas Rafka.
"Anterin aku ke mas Qiqi kak!" pinta Zea.
"Sebentar, kamu ngga boleh jalan sampai lukanya bener-bener kering," jawab Rafka mengambilkan kursi roda.
Setelah diambilkan kursi roda, Zea dibantu Shafa untuk turun dari brankar. Shafa juga yang mendorong kursi rodanya. Sedangkan Rafka memimpin di depan.
"Assalamualaikum," salam mereka.
"Wa'alaikumussalam," jawab semuanya.
"Udah sadar nak? Gimana? Masih sakit?" tanya umi Farah.
"Iya umi. Tinggal perihnya aja," jawab Zea.
"Mau ngasih ASI ya?" tebak umi Farah.
"Iya mi, sekalian mau liat mas Qiqi," jawab Zea.
"Qiqi nya masih tidur, lelap banget tuh," ujar umi Farah menunjuk Rifqi.
Terlihat Rifqi sesekali menggeliat kecil menyesuaikan posisinya. Zea yang melihat itu, rasanya sakit yang ia rasa langsung lenyap.
"Oh iya umi, dedenya mana?" tanya Zea.
"Itu ada di box. Sebentar umi ambil dulu," jawab umi Farah mengambil bayi Rifqi dan Zea.
"Ini nak, pelan-pelan ya," ucap umi Farah.
Dengan hati-hati dan perlahan Zea menerima anaknya dan memberi ASI pertamanya.
"Cantiknya umi yang sehat ya nak," gumam Zea.
Setelah dirasa sudah cukup, Zea menghentikan ASInya. Namun, sesuatu terjadi. Seakan belum kenyang, bayi Zea langsung menangis dengan kencang. Bahkan Rifqi yang masih pulas ikut terbangun.
"Ada apa si? Berisik banget," tanya Rifqi mengucek matanya.
"Eh adek, udah bangun dek?" ujar abi Fariz.
Rifqi hanya mengangguk lesu. Rasanya matanya masih sulit membuka.
"Dek, adek tau itu suara tangisan siapa?" tanya abi Fariz.
"Siapa bi?" tanya Rifqi balik.
"Anak adek udah lahir. Perempuan cantik, sehat, sempurna," jawab abi Fariz.
"HAH!?" Rifqi langsung membuka matanya lebar. Ia terkejut dengan penuturan sang abi.
OEK OEK
"Astagfirullah mas! Baru aja diem nangis lagi kan! Gara-gara kaget denger teriakan abinya!" gerutu Zea menimang bayinya.
Sedangkan Rifqi masih terdiam memperhatikan sekitar. Perlahan Rifqi memahami keadaan sekarang. Istrinya sedang menimang bayi? Tapi bukannya belum waktunya?. Pertanyaan itu muncul di kepala Rifqi.
"Nak Zi mengalami pendarahan dan pecah ketuban jadi mau ngga mau anak kalian harus dilahirkan. Alhamdulillah anak kalian sehat dan sempurna walau belum masanya. Nak Zi juga sudah pulih tinggal luka operasinya yang belum sembuh," ujar abi Fariz.
Sekarang Rifqi paham apa yang terjadi. Bibirnya tertarik membuat lengkungan keatas.
"Anak adek udah lahir? Adek ngga mimpi kan?" tanya Rifqi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fanfiction[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...