PRANGG!!
Semua terkejut saat mendengar suara pecahan kaca dari ruang tamu.
"Suara apa itu?" tanya Zea.
"Ngga tau dek. Sebentar mas cek ke depan." jawab Rifqi beranjak.
"Adek, abi temenin ya!" Abi Fariz mengikuti Rifqi mengecek suara pecahan.
"Astagfirullah bi! Ini kenapa kaca jendela bisa pecah?" Rifqi terkejut saat melihat kaca jendela rumahnya pecah.
"Itu ada kertas kayaknya isi batu deh." Abi Fariz menunjuk sebuah bulatan kertas berukuran sedang.
Rifqi mengambil kertas itu dan seperti yang abi Fariz katakan, isinya batu karena terasa berat. Rifqi membukanya dan lagi-lagi ia dibuat terkejut dengan tulisan yang ada di kertas. Bahkan Rifqi langsung lemas membaca tulisan itu.
"Abi.." lirih Rifqi.
"Ada apa dek?" tanya abi Fariz.
"Ini bi," jawab Rifqi.
Rifqi menunjukkan tulisan di kertas yang bertulis=
PEMBUNUH!!
Tulisan itu ditulis dengan sesuatu yang berwarna merah. Entah itu sebenarnya darah atau sekedar spidol.
"Astaghfirullah! Apa maksudnya ini? Siapa yang berani mengirim teror?" tanya abi Fariz.
"Adek ngga tau bi. Tapi kenapa adek? Adek bunuh siapa? Atau mungkin dek Zea yang punya masalah dengan masa lalunya?" Rifqi benar-benar bingung dengan teror ini. Ia merasa tak punya masalah apa-apa.
"Ada apa mas?" tanya Zea keluar dari ruang makan.
"Ada teror dek." jawab Rifqi.
"Teror? Teror apa mas?" tanya Zea.
"Nih!" Rifqi memberikan kertas tadi.
"Astagfirullah apa maksudnya ini? Siapa yang pembunuh?" tanya Zea.
"Mas juga ngga tau dek." jawab Rifqi.
"Kalian tenang aja ya, mungkin teror ini salah atau hanya orang iseng aja. Jangan terlalu dipikirin." ucap abi Fariz.
"Iya bi." jawab Rifqi.
'Allah, masalah apa lagi ini? Apa hamba masih terlalu jauh dengan Mu? Sampai Kau tak memberikan waktu untuk hamba tenang sebentar saja? Lelah Ya Rabb.' batin Rifqi.
"Sabar ya mas. Ada kita disini." ucap Zea.
"Iya sayang." jawab Rifqi.
"Dek, adek istirahat aja ya! Biar abi yang beresin. Adek udah terlalu lama berdiri, nanti sakit lagi." ujar abi Fariz.
"Bareng-bareng aja ya bi. Adek masih kuat kok." jawab Rifqi.
"Ya sudah, kita beresin bareng-bareng." balas abi Fariz.
Abi Fariz dan Rifqi pun membereskan serpihan kaca jendela. Sedangkan Zea dan umi Farah membereskan tempat makan sekaligus menjauhkan Syifa.
"Abi, kayaknya besok setelah nganter Adit sama Dita, adek mau pulang ke rumah abi dulu sementara. Adek cape hidup kayak gini, adek butuh ketenangan." ucap Rifqi terdengar seperti keluhan.
"Boleh dek. Rumah abi terbuka selalu untuk adek." jawab abi Fariz.
"Makasih bi." ucap Rifqi.
"AAAWWW!!!" Tiba-tiba Rifqi memekik saat tangannya tergores kaca.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fanfiction[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...