Setelah berapa menit akhirnya 2R sampai di rumah sakit. Mereka langsung masuk kedalam dan menuju tempat yang sudah Thalita tunjukkan. Ternyata Shafa sudah berada di ruang operasi.
"Kak, Shafa kenapa bisa jatuh?" tanya Rafka.
"Kakak juga ngga tau, tapi kayaknya tadi kepleset," jawab Thalita.
"Arghh tau gini ngga aku tinggal sendirian!" ucap Rafka menyalahkan dirinya.
"Raf, tenang dulu jangan gini, kamu do'ain Shafa aja ya," ujar Thalita.
"Aku salah kak, aku ngga bisa jaga istriku," lirih Rafka.
"Sstt kamu ngga salah dek, kamu tenang ya," ucap Thalita sambil memeluk Rafka.
Jarang sekali Thalita seperti ini. Karena memang Rafka tipe yang masa bodo akan masalah. Beda dengan adiknya, Rifqi.
"Dek, kamu kesini sama siapa?" tanya Raffan.
"Sama Qiqi mas, tadi pas banget Qiqi baru mau berangkat," jawab Thalita.
"Sekarang Qiqi dimana?" tanya Raffan.
"Didalam, Qiqi ikut bantu nanganin Shafa. Tadi Shafa juga sedikit kebentur. Sebenarnya ini bukan bidangnya Qiqi, tapi berhubung darurat jadi Qiqi ikut bantu." jelas Thalita.
"Oh ya Raf, tadi Qiqi bilang izin buka cadarnya Shafa," lanjutnya.
"Ngga papa kak," jawab Rafka.
Selang beberapa menit akhirnya dokter Riska keluar disusul Rifqi.
"Suami pasien?" tanya Riska.
"Saya dok, gimana?" jawab Rafka.
"Kondisinya kurang memungkinkan untuk menyelamatkan keduanya. Saya sarankan putuskan selamatkan salah satu, ibu atau anaknya?" ucap Riska, "saya tunggu keputusannya secepatnya atau kemungkinan besar ngga ada yang selamat, permisi," lanjutnya berlalu pergi.
"Qi, apa ngga ada pilihan lain?" tanya Rafka.
Rifqi menggeleng dengan menunduk, "maaf kak, hanya ini jalan terbaik. Walaupun ada kemungkinan bisa menyelamatkan keduanya tapi itu sangat kecil. Kalau kak Shafa bisa bertahan bisa saja selamat keduanya dengan syarat harus mendahulukan bayinya tapi kalo kak Shafa yang diselamatkan kemungkinan bayi selamat sangat kecil bahkan tak ada."
"Raf, sholat dulu ya, minta petunjuk Allah, In Sya Allah ada jalan terbaik," ucap Raffan merangkul Rafka.
Rafka hanya mengangguk dan mengikuti Raffan menuju mushola.
"Dek, apa bener-bener ngga ada jalan pintas lain?" tanya Thalita.
"Satu-satu nya jalan yang memungkinkan selamat keduanya hanya dengan memilih bayinya kak. Adek udah berusaha bikin kak Shafa kuat tapi nyatanya gagal kak, tetep harus dikorbankan salah satu. Benturan di kepala kak Shafa ngga seringan yang kita kira tadi. Hampir sama parahnya dengan adek dulu. Itu juga bikin kak Shafa makin drop. Sekali lagi adek minta maaf, kak. Adek gagal." jelas Rifqi. Begitu besar kegagalan yang Rifqi rasakan hingga membuat ia tak berani menatap kakaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fanfiction[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...