Pagi-pagi sekali Rifqi sudah mendapatkan pesan dari si peneror atau penculik anaknya. Dalam pesan itu terdapat sebuah alamat tempat yang digunakan untuk menyekap anaknya. Rifqi dan yang lain akan pergi ke tempat itu setelah dzuhur sesuai perjanjian.
"Dek, nanti kakak ngga bisa ikut ya. Ada urusan dadakan sama teman." ucap Thalita.
"Dek.."
"Ngga papa kak, kan ada yang lain." sela Rifqi memotong perkataan Raffan.
"Mas, adek pergi dulu ya." pamit Thalita pada Raffan.
"Mau mas antar?" tawar Raffan.
"Ngga usah mas, nanti ada teman yang jemput kok." tolak Thalita.
"Ya sudah hati-hati ya!" ucap Raffan.
"Iya, pergi dulu ya. Assalamualaikum." salam Thalita.
"Wa'alaikumussalam." jawab semuanya.
Thalita berlalu keluar rumah.
"Anak-anak nanti siapa yang mau jaga? Kan niatnya kak Thalita karena ada Alma," tanya Rifqi.
"Biar aku aja, Qi. Kebetulan ngga ada urusan apa-apa." jawab Shafa.
"Terima kasih kak," ucap Rifqi.
"Ngga perlu terima kasih kali, kita semua kan keluarga. Sudah sepantasnya saling membantu." ujar Shafa.
"Maaf ya dek, Thalita ngga bisa bantu." ucap Raffan.
"Ngga papa kak, namanya juga urusan dadakan." jawab Rifqi.
"Mending sekarang anak-anak tidurin dulu, biar nanti ngga repot kalo kita pergi." lanjut Rifqi.
"Eh tapi kakak sedikit heran sama masalah ini. Kenapa boleh bawa temen? Sedangkan pada kasus umumnya kan ngga boleh bawa orang lain apalagi polisi. Lah ini boleh rame-rame? Kan aneh." ujar Raffan.
"Iya juga ya, baru sadar aku!" timpal Rafka.
'Ada betulnya juga kata kak Raffan. Siapa sebenarnya orang ini? Apa mungkin dia tau siapa aja yang dekat sama aku? Dan dia pengin semuanya tau dia yang bikin ulah, tapi siapa dia? Pusing aku mikirin ini.' batin Rifqi.
"Mungkin ngga si kak, kalo si dia itu kenal sama kita semua dan tau kalo palingan kita bakal pergi bareng?" tanya Rifqi.
"Mungkin aja si, dek." jawab Raffan.
"Sepertinya orang ini kenal kita sudah lama dan paham sifat kita seperti apa." ujar Rafka.
"Dia juga seperti ngikutin pergerakan kita. Masa waktu di rumah abi, si dia kirim pesan dan bilang mental Qiqi tuh gampang dijatuhkan. Kan hanya kalian-kalian yang tau gimana kondisi mental Qiqi." sambung Rifqi menimpali.
"Sebenarnya ada suatu hal yang kakak curigai, tapi masa iya si?" ucap Raffan bimbang.
"Curiga apa kak?" tanya Rifqi.
"Maaf nih ya kakak hanya merasa aneh bukan mau fitnah tapi kenapa setiap kejadian bersamaan dengan perginya Thalita?" ujar Raffan.
"Maksud kakak dalang dibalik teror ini kak Thalita?" tebak Rifqi.
"Gini loh waktu kaca rumah dilempari batu entah gimana Thalita baru aja izin ke kakak mau ketemu temannya. Waktu sikembar diculik, Thalita telfon bilang mau ketemu sama temannya. Dan sekarang kita mau ketemu sama penculiknya, dia tiba-tiba izin ada urusan dadakan. Terus waktu kakak cerita rumah adek dilempari batu, dia cuma jawab 'ooh gitu'. Dan biasanya kan Thalita paling khawatir dengan kondisi adek tapi sekarang? Dia malah kayak ngga peduli sama sekali." jelas Raffan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fanfiction[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...