Waktu yang ditunggu akhirnya datang. Hari ini Rifqi akan menjalani operasi kakinya. Tegang. Itu yang Rifqi rasakan.
"Sayang, udah siap?" tanya umi Farah.
"Takut.." cicit Rifqi.
"Jangan takut sayang, semua akan berjalan lancar. Jangan tinggalkan do'a, dzikir dan sholawat, dek. Istighfar biar tenang!" ucap umi Farah.
Rifqi menghela nafas panjang dan beristighfar dalam hati.
"Dek, ayo berangkat! Nak Zi udah ngabarin nih." ucap abi Fariz.
"Sekarang bi?" tanya Rifqi.
"Iya sayang sekarang." jawab abi Fariz.
Rifqi menghela nafas panjang, "ayo bi!"
Rifqi mulai menjalankan kursi rodanya. Sejak kemarin Rifqi terus berusaha mandiri. Setiap ingin didorongkan ia selalu menolak. Ia hanya mau dibantu untuk berpindah karena memang kakinya masih sakit untuk mencoba berdiri. Dimobil Rifqi hanya diam menyandarkan kepalanya pada umi Farah. Ia memainkan jarinya untuk mengurangi rasa tegang serta takut yang ada pada dirinya.
"Umi?" panggil Rifqi.
"Kenapa sayang?" tanya umi Farah.
"Adek takut gagal..." lirih Rifqi.
"Jangan negatif thinking dulu sayang. Umi percaya operasi adek akan berjalan lancar dan adek bisa jalan normal lagi." ujar umi Farah.
"Hemm iya mi," jawab Rifqi.
'Astagfirullah kenapa hati ku resah banget? Akan terjadi apa sebenarnya? Ya Allah jaga diri hamba dan juga semua keluarga hamba.' batin Rifqi gelisah.
'Adek kenapa? Kok mukanya gelisah gitu? Apa ada masalah?' batin Raffan melirik kaca mobil. Karena Raffan yang sekarang mengantar Rifqi.
"Jangan gelisah dek. Kakak yakin akan berhasil dan adek bisa sembuh seperti semula. Adek kuat!" ujar Raffan.
"Iya kak, makasih." jawab Rifqi.
Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di rumah sakit. Diparkiran ternyata Zea sudah menunggu.
"Assalamualaikum," salam mereka.
"Wa'alaikumussalam," jawab Zea.
Zea berjongkok didepan Rifqi dengan senyuman.
"Jangan tegang ya mas. Adek yakin semua akan berjalan sesuai harapan. Mas Qiqi pasti bisa sembuh lagi." ucap Zea menggegam tangan Rifqi.
"In Sya Allah, do'akan mas ya!" jawab Rifqi.
"Pasti mas. Do'a adek, do'a kita selalu mengalir buat mas Qiqi." ucap Zea.
Rifqi menangkup wajah Zea dan mencium keningnya lumayan lama.
"Mas sayang adek." gumam Rifqi.
"Adek juga sayang mas Qiqi." balas Zea.
Rifqi tersenyum tenang seakan rasa tegang serta takut yang ia rasakan hilang begitu saja.
"Siap mas?" tanya Zea.
Bukannya menjawab, Rifqi malah menatap dalam mata Zea.
"Are you okay, dear?" tanya Zea.
"Yes, i'm fine." jawab Rifqi tersenyum.
"Are you ready?" tanya Zea.
Rifqi hanya mengangguk dan tersenyum.
'Jika ini pertemuan dan senyuman terakhir ku, semoga kita sama-sama bisa mendapatkan kebahagiaan masing-masing. Love You Caliana Zea Syafiqa.' batin Rifqi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah BersamaMu[END]
Fanfiction[Squel KEKUATAN CINTA] Menyembunyikan rahasia dengan alasan takut? Itu salah besar. Bukannya menyelesaikan masalah tapi malah membuat masalah baru. Bagaimana rasanya jika harus memilih satu diantara dua yang kita sayang? Sakit pastinya. Diuji denga...