26. Festival Tahunan.

3.2K 463 42
                                    

Kurang lebih satu bulan Athanasia menghilang dari istana. Claude juga sudah menyebarkan poster wajah Athanasia dan memerintahkan beberapa prajurit untuk turun langsung mencari Athanasia.

Tapi sampai sekarang belum ada yang berhasil menemukan Athanasia. Bahkan sampai hari dimana festival tahunan diadakan pun Athanasia belum ditemukan.

Kini Abigail dan Lios sedang bersiap-siap untuk pergi ke acara festival tahunan tersebut. Tentu saja tanpa sepengetahuan Claude.

"Lios sudah siap? Kita teleport diacara festival siapa tahu disana ada tanda-tanda keberadaan Athanasia." Kata Abigail yang sudah siap dengan baju yang lebih sederhana.

"Kau yakin akan menemukan Athanasia disana?" Kata Lios sedikit ragu.

Bagaimana Lios tidak ragu sedangkan ia sudah mencari Athanasia sampai kepelosok desa dan hutan, tapi tidak menemukan keberadaan Athanasia. Bahkan mana Athanasia tidak terasa, mungkin Athanasia menghapus jejak mana-nya.

"Iya aku yakin. Mungkin Athanasia penasaran dan ingin mengunjungi festival itu." Kata Abigail tegas.

'Jelas aku sangat yakin anak itu ada disana. Orang udah pernah baca ceritanya hehehe.' Pikir Abigail.

"Baiklah. Ayo!" Kata Lios bersiap menjentikan jarinya.

Ctak..

Kini mereka sudah sampai digang kecil. Setelah itu Lios menyerahkan jubah dengan dilengkapi tudung kepala kearah Abigail.

"Pakai ini. Biar tidak terlalu menarik perhatian." Kata Lios menyerahkan jubah itu.

Abigail menerimanya dan memakai jubah itu.

"Ayo kita pergi." Ajak Abigail yang langsung diangguki Lios.

***
Sedangkan disisi lain.

Kini Athanasia dan Jennete sedang membeli dan menikmati jajanan yang dijual disepanjang jalan. Mereka membeli sate, ice cream, permen kapas dan lain sebagainya.

"Ini Jennete untukmu." Kata Athanasia menyerahkan permen kapas itu kearah Jennete.

"Ah terima kasih tuan putri." Kata Jennete sambil menerima permen kapas itu.

Athanasia yang merasa kurang nyaman dengan panggilan 'Tuan Putri' yang keluar dari mulut Jennete, memintanya untuk memanggil namanya saja tanpa embel-embel tuan putri.

"Emm anu Jennete. Kurasa panggilan 'Tuan Putri' agak kurang nyaman. Bagaimana jika kau memanggilku Athi?"

"Athi dan Jetti. Bagaimana?" Kata Athanasia memberi panggilan nama yang pas.

"Tapi itu tidak sopan tu--"

"Shuuttt sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu. Nah Jetti coba panggil aku Athi." Kata Athanasia memotong ucapan Jennete cepat.

Jennete tampak ragu untuk mengatakan itu. Tapi jauh dilubuk hatinya ia merasa senang karena memiliki panggilan khusus untuk dirinya. Apalagi itu pemberian dari saudarinya, Athanasia.

'Ini seperti panggilan sayang di dalam keluarga hehehe.' Pikir Jennete tersenyum senang.

"A-athi." Cicit Jennete pelan.

Athanasia yang mendengar itu tersenyum.

"Nah bagus Jetti. Lama kelamaan juga nanti kau akan terbiasa." Kata Athanasia sambil menggandeng tangan Jennete untuk berjalan bersama.

Jennete yang diperlakukan seperti itu oleh saudarinya, wajahnya bersemu merah. Ia benar-benar senang hingga rasanya mau meledak.

Tapi tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama Jennete.

Older Brother for Athanasia [Fanfic WMMAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang