65. Kawasan Hutan Siluman.

695 104 19
                                    

Hai guyss aku Up😄

Kali ini ngaretnya makin ngelunjak yah..😅🙏

Okeh langsung aja baca..!!

Selamat Membaca..!!
_______________________________________________________

Malam yang sunyi terasa begitu dingin. Menambah kesan kaku yang dirasakan oleh seorang pria bersurai maroon. Kini pria malang itu harus berhadapan dengan Kaisar Obelia yang tengah menatap dirinya dingin sedingin malam ini. Suasana begitu menegangkan tak kala saat dirinya bersitatap dengan netra biru sang kaisar.

"Bagaimana bisa kau kehilangan jejak Putraku, Felix Rovein?!!"

Felix semakin menunduk kala sang kaisar menekan nada bicaranya. Sungguh mengerikan aura yang dikeluarkan oleh Tuannya ini. Wajar saja jika dirinya kini tengah menghadapi kemarahan sang kaisar. Ia saja telah gagal menjalankan perintah atasannya.

"Jawab aku, FELIX..!!"

"Apa kau mendadak bisu saat ini, hah?!!"

Tubuh Felix meluruh, ia berlutut dihadapan Claude. Ini memang salahnya yang tak becus menjalankan perintah Claude untuk mengawasi dan melindungi Abigail dalam perjalanan menuju hutan larangan.

"Ampun Yang Mulia, saya bersalah." Felix semakin menunduk.

"Saya lalai dalam melaksanakan tugas kali ini Yang Mulia. Saya kehilangan jejak Pangeran saat diperbatasan. Mana sihir milik Pangeran tidak bisa saya kesan." Lanjutnya merasa bersalah.

Felix merasa khawatir jika sesuatu yang buruk telah menimpa Pangeran Abigail. Terlebih saat ia mendengar geraman tertahan milik Claude, rasa bersalah semakin membumbung dihatinya. Walau ia percaya Tuan Lios akan melindungi Pangeran dan tidak akan membiarkannya dalam keadaan bahaya. Tapi mengingat ia lalai dalam tugas, Felix merasa gagal dalam melindungi calon Kaisar masa depan.

"Salah aku mempercayakan semua ini pada bocah harimau itu." Gumam Claude yang masih bisa didengar oleh Felix.

Felix semakin menundukkan kepalanya dalam, saat Claude berjalan melewatinya begitu saja. Dapat Felix lihat, Claude berdiri didepan jendela besar yang berada didalam ruang kerja miliknya. Dapat Felix rasakan perasaan gelisah dan kekhawatiran yang dirasakan oleh Tuannya sekarang. Tatapan sendunya menyorot pemandangan yang ada diluar sana.

"Kemana Anak itu membawa Putraku." Bahkan gumaman lirih penuh kekhawatiran pun mengalun begitu saja dipendengaran Felix.

***

Ditempat lain, disebuah bangunan kokoh. Dengan dinding batu yang ditumpuk untuk menahan atap kayu diatasnya. Sebuah rumah, yang terkesan biasa namun sangat nyaman. Karena letaknya dipuncak pegunungan timur. Membuat udara disana terasa sejuk, ditambah dengan jajaran pepohonan yang menambah kesan eksotis tersendiri.

Didalam rumah itu, tepatnya disalah satu ruangan. Terlihat seorang pemuda tengah memejamkan matanya damai tanpa menghiraukan keadaan diluar sana atau orang-orang yang tengah mengkhawatirkannya. Pemuda itu benar-benar terpejam atau bisa dikatakan tidak sadarkan diri.

Terlihat di sebelah lengan kiri atasnya, terlilit sebuah kain putih yang kini menampakan sedikit bercak berwarna merah. Dan beberapa luka kecil seperti goresan diwajah dan disekitar tubuh lainnya. Pemuda ini benar-benar terlihat tidak berdaya dengan kondisinya yang seperti itu.

Bruk..

"Hosh.. hosh.. Dasar kumpulan serigala sialan."

Pemuda lain datang, dengan tangan bercucuran darah ia melempar sesuatu. Pemuda itu, Lios baru saja melempar empat kepala serigala tanpa badan. Serigala-serigala itulah yang beberapa saat yang lalu menyerang Abigail secara tiba-tiba. Hingga membuat bocah itu terlempar dari atas kudanya karena serangan tiba-tiba itu.

Older Brother for Athanasia [Fanfic WMMAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang