28. Cokelat.

2.9K 454 31
                                    

Hari demi hari berganti. Dan Claude semakin sering mengundang Jennete untuk datang menemuinya. Dan berakhir dengan Claude yang selalu tertidur setelah bertemu Jennete.

Seperti hari ini Jennete sedang berjalan meninggalkan Claude yang lagi-lagi tertidur diruangannya.

Jennete berjalan menuju Istana Aquamarine berniat untuk menemui Abigail disana. Dia berpikir jika dia yang menemui Pangeran Abigail secara langsung, mungkin ia tidak akan mengganggu waktunya. Jennete tidak ingin mengulangi kesalahanan yang sama seperti waktu itu.

Kini ia sudah sampai di depan pintu masuk utama istana Aquamarine. Tapi langkahnya terhenti karena di hadang oleh dua pengawal yang berjaga dipintu utama itu.

"Ada tujuan apa Anda kemari?" Kata salah satu dari pengawal itu.

"Sa-saya ingin menemui Pangeran Abigail. Apa beliau ada ditempat?" Kata Jennete meremas sisi gaunnya untuk mengurangi kecemasannya.

"Apakah Anda sudah membuat janji dengan Pangeran Abigail sebelumnya?" Kata Pengawal itu lagi.

Sedangkan Jennete hanya menggelengkan kepala dengan wajah murung.

"Jika Anda belum membuat janji bertemu, lebih baik Anda kembali saja."

Jennete yang mendengar ucapan pengawal itu menatap tidak percaya dengan menggelengkan kepalanya pelan.

"Ku mohon izinkan aku bertemu pangeran. Aku hanya ingin mengucapkan permintaan maafku secara langsung."

"Akuu mohooonnnn." Kata Jennete dengan wajah berharapnya.

'Jika tidak hari ini kapan lagi aku ada kesempatan untuk menemui Kakak? Hari-hari sebelumnya dan mungkin kedepannya pun aku harus segera pulang. Jadi cuma hari ini saja aku mendapat kesempatan.' Pikir Jennete cemas.

Pengawal yang melihat Jennete memasang wajah seperti itu hanya menghela napas.

"Baiklah tunggu sebentar Nona. Biarkan saya mintakan izin kepada Pangeran. Jika Pangeran menolak, Anda harus segera pergi dari sini. Anda mengerti Nona?" Ucap pengawal itu kemudian melenggang pergi.

Jennete yang mendengar itu hanya menganggukan wajahnya dan tersenyum senang.

'Semoga Kakak memberiku izin menghadapnya.' Pikir Jennete berharap.

Jennete terus menunggu di depan pintu itu sambil menyender di dinding istana. Ia melihat ke arah kotak yang ia bawa.

'Semoga dengan ini Kakak akan memaafkanku. Aku benar-benar takut jika Kakak marah dan tidak mau menganggapku sebagai Adiknya.' Pikirnya sambil masih terus menatap kotak itu.

Tak berapa lama kemudian pengawal itu datang dan menunduk memberi hormat.

"Nona Pangeran memberi izin bertemu. Jadi silahkan masuk." Kata pengawal itu mempersilahkan Jennete masuk.

***

Kini Abigail sedang berada di ruangan kerjanya. Ia sedang berdiri didekat jendela dengan salah satu tangannya memegang buku tentang sihir ingatan.

Ia terus fokus membaca buku itu berharap ia menemukan sesuatu yang dapat membantunya mengembalikan ingatan Claude.

Abigail menghela napas. Kemudian ia menatap kaca jendela yang memperlihatkan taman bunga mawar yang ditanam oleh Athanasia dan dirinya ketika usia Abigail 13 tahun.

'Gadis itu lagi ngapain sih? Bikin pusing saja!' Pikir Abigail ketika melihat pantulan Jennete di vas bunganya.

'Katanya dia ingin menemuiku? Kenapa daritadi hanya berdiri seperti orang bodoh!' Pikir Abigail mendengus tak suka.

Older Brother for Athanasia [Fanfic WMMAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang