64. Katedral.

942 116 21
                                    

Hai guys aku Up lagi yeeeyyy😄

Siapa yang malem tahun barunya dirumah aja? Cung☝️😅

Kalo ada, bati kita sama🤣

Langsung aja baca..!

Selamat Membaca..!

_________________________________________________________

Setelah beristirahat sejenak, Abigail dan Lios melanjutkan kembali perjalanan yang sempat tertunda. Singkat cerita keduanya telah sampai pada tempat yang mereka tuju. Abigail turun dari kuda yang ia tunggangi, menuntun kudanya untuk diikatkan pada tempat yang sudah disediakan.

Melangkah masuk menuju gerbang besar yang sudah terbuka lebar. Pandangannya ia sapu menatap pada halaman luas Katedral di wilayah selatan ini. Di tengah-tengah halaman tersebut, terdapat sebuah kolam pancuran air dengan tujuh patung Dewi yang masing-masing membawa kendi. Mungkin kolam itu adalah tempat air suci yang digunakan untuk berdoa. Abigail juga kurang tau.

Yang pasti kini dirinya sudah masuk kedalam bangunan. Terdapat pilar-pilar besar yang menjulang tinggi disetiap sisi kanan kirinya. Keramik yang berwarna putih, berlapis karpet hijau seperti rerumputan mampu membuat kesan tersendiri. Dengan beberapa ukiran-ukiran unik yang terdapat pada dinding yang dihiasi dengan tanaman daun rambatan. Serta terdapat beberapa lukisan para tokoh pemuka agama dan patung-patung yang Abigail tidak tahu namanya.

Tiba dirinya disebuah ruangan besar didalam Katedral itu. Terdapat patung Dewi Demeter yang menjulang diruangan tersebut. Dengan berbagai hiasan bunga dan lilin-lilin kecil disekitarnya. Abigail juga dapat melihat beberapa orang yang sepertinya tengah berdoa disana. Ada pendeta agung dan beberapa Saintess yang sepertinya tengah membimbing orang-orang yang tengah melakukan peribadatan.

Abigail menatap Lios yang berdiri disampingnya. Agak merasa sedikit canggung dengan suasana yang berada didalam Katedral tersebut.

"Lios, apa kita datang diwaktu yang tepat? Melihat beberapa orang yang tengah berdoa, aku merasa tidak enak. Aku takut, kedatangan kita mengganggu kegiatan mereka." Ucap Abigail pelan seperti berbisik.

"Tunggu saja sampai mereka selesai. Atau kau ingin ikut gabung? Lagipula kau juga jarang berdoa'kan?"

Abigail sedikit mengerutkan alisnya tak terima. Walaupun dirinya bukan orang yang Agamis atau orang yang sangat tekun dalam beribadah, tapi Abigail masih bisa berdoa dan mendatangi kuil suci jika dirinya mau. Jujur saja perkataan Lios sedikit menyinggungnya.

Namun Abigail yang sudah tidak bisa apa-apa, pada akhirnya ikut menyertakan diri pada kumpulan orang-orang yang tengah berdoa pada Dewi Demeter. Daripada Lios semakin mengejeknya karena dirinya malas dalam menjalankan kewajibannya sebagai umat yang memiliki keyakinan.

Para penduduk masyarakat didesa ini memiliki kepercayaan pada Dewi Demeter ketimbang Dewa Apollo. Mereka yakin tanah didearah tempat yang mereka tinggali, memiliki tingkat kesuburan dan pertanian yang dibilang maju dari daerah manapun, itu disebabkan karena restu dari Dewi Demeter. Dewi yang dikenal dengan pertanian dan kesuburan.

Lain halnya dengan keyakinan masyarakat didaera lain. Mayoritas mereka lebih menyembah pada Apollo (Dewa Matahari) atau pun pada Zeus (Dewa cuaca). Yah apapun itu, asalkan tidak memicu masalah dan keributan dalam sebuah keyakinan tidak ada salahnya,kan?

Beberapa menit pun berlalu, satu persatu orang yang tadinya tengah melakukan ibadah pun keluar. Dan kini hanya menyisakan Abigail dan Lios yang masih diam ditempat. Tanpa sengaja tatapan mata Abigail bertemu dengan salah satu pendeta yang tengah berdiri didekat patung Dewi.

Pendeta itupun menyunggingkan senyum lembutnya. Seolah-olah tahu apa yang ada didalam pikirannya, pendeta itupun menghampiri Abigail dan memberi salam hormat.

Older Brother for Athanasia [Fanfic WMMAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang