42. Insidentil.

2.9K 377 37
                                    

Warning!!
Chapter kali ini banyak perbacotan politik.


---------------------------------------------------------------------------

Tiga hari kemudian.

Tampak seorang pemuda tengah bersandar disandaran tempat tidur seseorang. Genggaman tangannya tidak lepas dari tangan seseorang yang sedang terbaring lemah.

Mata sayunya membuktikan bahwa seberapa lelah dan letihnya pemuda itu. Kumpulan bintang bersinar ditengah kegelapan malam. Namun sepertinya tak cocok untuk menggambarkan suasana hati Abigail yang sedang dilanda gelisah dan ketakutan.

Abigail sudah tiga hari ia tidak beristirahat dengan benar setelah kejadian waktu itu. Ia terus memperhatikan keadaan Claude. Bahkan semua aktifitas ia lakukan didalam kamar Claude.

Malam sudah menunjukan pukul 12 malam. Terbukti dari lonceng jam yang berdentang mengeluarkan bunyi sebanyak 12 kali. Dan Abigail belum ada niatan untuk beristirahat.

Mata kosong Abigail menatap depan kearah jendela yang menunjukan langit malam bertabur bintang itu. Ia sedikit tersentak kala melihat seorang pemuda berambut putih muncul tiba-tiba didalam kamar Claude.

Lios berjalan menghampiri Abigail. Dan mengulurkan tangannya dihadapan Abigail.

"Ayo Gail ini waktunya istirahat. Kau harus istirahat untuk hari esok." Kata Lios dengan posisi yang masih sama.

Abigail hanya menggelengkan kepalanya tanda ia menolak. Lios hanya menghela napasnya saja kemudian ia menyeret bangku yang ada dipinggir tempat tidur Claude.

"Abigail kau juga harus memperhatikan kesehatanmu juga. Jika kau juga ikutan sakit seperti Ayahmu.. siapa nanti yang akan menjaga Adikmu? Athanasia pasti akan kerepotan sendiri." Kata Lios setelah mendudukan dirinya dikursi tadi.

Lios mengarahkan tangannya untuk menyentuh dahi Abigail. Namun yang punya dahi itu sendiri menahan tangan Lios kuat.

"Jangan mencoba untuk menyihirku Lios!" Ancam Abigail yang mengerti akan maksud pergerakan Lios.

Lios hanya berdecih kesal kearah Abigail. Ia melipatkan kedua tangannya dan menatap Abigail malas.

"Siapa yang ingin menyihirmu?! Jangan kepedean deh huh!" Kata Lios mengkerutkan dahinya kesal.

Padahal yang sebenarnya Lios memang berkeinginan memberi sihir tidur untuk Abigail. Supaya bocah itu mau mengistirahatkan tubuh letihnya. Lios yang sudah tidak tahan pun ia menyerang Abigail dengan alibi bahwa dirinya kesal sekarang.

Ia menjitak dahi Abigail keras dengan alasan dia kesal terhadap Abigail.

"Kau gila ya?! Ini sakit bodoh!" Kata Abigail mengusap dahinya yang memerah.

Namun tak berapa lama mata Abigail terasa berat. Abigail menguap dengan lebar sambil mengucek kedua matanya.

"Lios.. kau berani sekali menyihir-- zzz😪" Kata Abigail sebelum menutup matanya.

Lios terkekeh karena mendengar suara lemah Abigail yang seperti mengancamnya. Dan berakhir ia tertidur dengan dengkuran kecil.

Kemudian Lios membawa tubuh lemas Abigail kekamarnya yang bersebelahan dengan kamar Claude. Setelah kejadian waktu itu Abigail memutuskan untuk tinggal diIstana Garnet sekalian untuk menjaga dan memantau kondisi Claude.

Lios membaringkan tubuh Abigail diatas ranjangnya, menggantikan pakaian dengan menggunakan sihir dan berakhir menyelimuti tubuh Abigail.

Ia mengusap lembut dahi Abigail yang memerah akibat perbuatannya tadi. Lios juga memberi sihir penyembuhan untuk menghilangkan bekas kemerahan itu.

Older Brother for Athanasia [Fanfic WMMAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang