Tanganku mengepal. gigiku bergemeletuk. napasku menderu lebih kencang. mataku panas amat panas.
"DABUS'D!!"
"DABUS'D I LOVE YOU!!"
"SEMANGAT DABUS'D SAYANG!!"
telingaku tidak tahan, rasanya panas mendengar teriakkan heboh mereka meneriaki Dabus'd. dulu saat kompetisi king Parkour aku sempat menggemarinya, menganguminya, tergila-gila meski dia memakai topeng. tapi kini perutku serasa mual mendengar nama itu. aku membenci nama itu dalam sekejap saja, dan akan terus membencinya.
meski Dabus'd masih memakai topengnya aku tetap tahu kalau itu dia. si berengsek itu. Gianyar Andrasmana. yang lain juga ikut terdiam, marah, dan terpukul dengan apa yang tampil di depan sana. gelang tali berwarna hitam yang dipakai Dabus'd itu, aku yakin bahwa itu memang Gian karena gelang itu milik Gian.
"kalian harus tetep tampil! gue ambil alih posisi Gian!" sahutku datar. dalam satu hentakan kaki penuh amarah aku berjalan cepat menuju tenda. aku sudah tidak tahan. si berengsek itu tidak bisa melakukan ini pada timku.
"kalimat itu yang gue tunggu dari tadi luk" celetuk Julian ikut membantu aku bersiap. aku tidak menggubris, mungkin karena aku terlampau emosi dan menyimpan dendam untuk Gian sangat dalam hingga tak fokus.
nomor urut peserta timku terpanggil. para penonton tetap bersorak dan bertepuk tangan tapi tidak seheboh tim Gian, Dabor's One. aku menghembuskan napas dalam-dalam untuk merilekskan. bahkan amarah mampu membuatku lupa bagaimana cara grogi dan gugup saat akan tampil.
aku dan timku naik ke atas panggung dengan sekali lompatan salto. Dian menerobos kerumunan untuk berdiri paling depan. dia bersemangat, bahagia juga lega di atas sana. sekilas aku tersenyum kecil melihat Dian. ini untuk timku maka aku aku melakukan yang terbaik.
tempat tampil yang disebut panggung itu seketika memancarkan banyak cahaya lampu. luasnya panggung itu sangat luas, lebih banyak rintangan untuk melompat dan berlari. bahkan aku bisa salto sepuasnya disana.
aku berlari melompati gundukan yang cukup tinggi lalu bersalto menggulingi badan saat tubuhku masih di udara. aku mendarat dengan sempurna dan memutar berdiri dibelakang Julian. mungkin parkour yang kami bawakan ini lebih terlihat seperti dance saat ber-parkour. apalagi formasi kami rancang sendiri. satu lagi, kami bahkan menyiratkan cerita dalam aksi yang kami tampilkan. bagi mereka yang sadar pasti tahu bahwa kami tak hanya parkour dengan gerakan sedikit dance tapi juga drama cerita untuk membuat kami lebih mudah latihan.
saat aku hendak melompat, bersalto ke belakang pada sebuah tiang mataku sontak berpapasan dengan mata Gian. dia berdiri dengan topeng Dabus'd di tangannya. mataku membelalak kembali merasakan emosi memuncak, mata merah penuh kebencian melihat mata Gian yang sendu, saat itu juga dia gelagapan tiba-tiba cemas mencari tempat untuk menghindar.
dia langsung berlari menjauhi mataku. sepertinya dia cemas mengganggu konsentrasiku. aku tersadar dari tatapan itu dan tanpa sadar pula kaki Vokan ternyata mengambang di udara menampung badanku. dia push up dengan kaki mengambang. di susul dengan julian dan Denim. jadilah formasi kami seperti jarum kompas.
aku menggerutu karena kalau aku jatuh saat salto aku bisa merusak aksi kami. aku sangat berterima kasih pada vokan dan yang lain atas formasi dadakan itu yang tidak ada dalam skenario.
sempurna!! akhirnya kami selesai menampilkan aksi parkour. jujur, aku sangat marah pada Gian tapi aku tepis dulu saat ini karena aku sangat bahagia tampil Parkour, aku merasa kehilangan itu seketika kembali, kebebasan itu melesat di mataku. nyatanya aku tetap ber-parkour. ya meskipun aku harus menerima resikonya nanti dari mama. apalagi dengan kondisi kakiku yang sedikit terasa terkilir, juga tadi kakiku sempat terhempas balok untuk bertopang tangan. sorak dan tepuk tangan penonton untuk kami mensirnakan sakit kakiku.
aku memeluk Dian erat. menangis lega penuh keharuan disana. sesenggukan aku mendengar pujian Dian. tangisku tak terbendung Aku tidak mau merusak hatiku saat ini memikirkan si brengsek itu. aku akan urus dia nanti kalo sudah ketemu.
Denim ikut memelukku, di susul Julian dan Vokan. jadilah kami berpelukan sekarang. melepaskan kelegaan, melupakan sejenak bahwa sebelum itu kami sempat panik dan penuh amarah. aku melepas pelukan terlebih dahulu. menghembuskan napas lega rasanya.
"Tante Kiki gimana Luk?" seketika seyum bibirku turun drastis.
"lo ngerusak mood gue, Den!" ketusku mendorong kasar bahu Denim dengan kedua tangan. aku beralih menuju tenda lebih dulu.
"Hai Luk" sapa seseorang. aku membalikkan badan. seketika hati yang tenang tadi kembali memuncah. mata sedih tadi kini kembali memanas, menatap mata seseorang itu seperti mengirimkan pesan kebencian yang tak ada obatnya.
"penghianat Lo!!"
Brakk!!
Gian bangun, membersihkan kostumnya. mendorong Gian kebelakang sampai menubruk meja disana belum puas rasanya. bahkan belum ada sedikit pun rasa, itu belum ada nilainya. aku ingin meninju rahang nan kokohnya itu.
Gian menyodorkan wajahnya. aku mengernyit. "lo mau ninju gue kan? Nih gue kasih" katanya. ternyata dia paham hanya melihat dari sorot mataku menatap nanar rahangnya.
"Iya! Bugh!!"
ah tanganku menjadi sakit dan kebas. harusnya tadi aku tidak perlu meninjunya dan mengotiri tangan sendiri. Gian menyeka sedikit darah di sudut bibirnya.
"Maafin gue Luk, itulah kenapa semalam gue minta sedikit waktu sama lo. karena gue tahu setelah hari itu lo bakal benci sama gue" jelas Gian datar. tapi tersirat nada penyesalan disana, aku tidak mau merasakan atau melihat nada sesal itu aku menutup seluruh panca inderaku dan kepekaanku.
"gue terpaksa Luk,"
Cih!! "Basi tau gak!!?" ketusku menubruk bahu Gian, melewatinya. aku tidak mau bercakap-cakap dengannya lagi. aku tak butuh alasan basi dan pasaran seperti itu. aku butuh yang valid.
kami berdiri pada tenda masing-masing menunggu pengumuman. jantungku berdetak kencang. menggebu-gebu. berkali-kali aku aku meneguk salivaku. saling berpegangan erat pada tangan Dian.
" CONGRATULATIONS TIGERAIR!DANN!! JUARA KEDUA PADA KOMPETISI PARKOUR ANTAR KOTA KALI INI, DIRAIH OLEH .... OCEANON'S PARKOUR!!"
Prok Prok Prok
Aku berteriak paling kencang melompat-lompat girang bersama Dian. Julian, Vokan dan Denim dalam senang tak ternilai, mereka mengangkatku, menggiringku pada panggung kecil khusus MC dan pengumuman. Aku turun, naik ke atas panggung setelah memeluk tiga sahabat laki-lakiku itu.
aku berdiri disamping perwakilan TigerAir. aku tidak bisa diam menahan rasa bahagia ini. tapi tunggu. kalo juara tiga dan dua bukan Dabor's One berarti juara satu nya.
"DABOR'S ONE!! COME ON DABOR'S ONE! CONGRATULATIONS KING!!"
aku terdiam kaku. seketika itu bibirku terasa kecut. aku tidak sudi jika Dabor's one juara satunya. aku ingin aku karena pengkhianatan Gian membuatku egois ingin mengalahkannya. aku melihat Dabus'd maju. topengnya terpasang rapat. dia berdiri di sampingku. mataku berpaku dengan matanya sesaat. aku masih menatap benci padanya.
"AYO AYO! TIM PEMENANG SILAHKAN NAIK KE ATAS PANGGUNG UNTUK BERFOTO!!"
Vokan, Julian, Denim dan Dian naik ke panggung penuh semangat. Dian berdiri di sampingku, aku saling memeluk dengan Dian. Julian, Vokan dan Denim merangkul aku dan Dian bersamaan dibelakang mereka saling membahu. begitupun tim Gian. aku tidak sadar bahwa foto sudah di ambil saat kepalaku dan kepala Dabus'd dibalik topengnya saling menatap. tapi bukan tatapan asmara tapi tatapan antara si benci dan si sesal.
See You Next Page 👋
LumutHijau_
KAMU SEDANG MEMBACA
Dabus'd & You (END)
Teen FictionCerita Ke-lima Ini tentang 6 manusia tengil yang masih duduk di bangku SMA. Lailu, Dian, Vokan, Denim, Julian dan Gian. Lailu adalah tipe cewe yang bukan feminim bukan juga Tomboy, dia sedikit pembangkang dan keras kepala bukan tak jarang dia berte...